Sensasi Horor dalam Film Adiwira Sri Asih

Faris Muhammad Rafiq
Mahasiswa Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
13 Desember 2022 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faris Muhammad Rafiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster film Sri Asih. Sumber: Faris Muhammad Rafiq
zoom-in-whitePerbesar
Poster film Sri Asih. Sumber: Faris Muhammad Rafiq
ADVERTISEMENT
Sri Asih merupakan film dengan tokoh adiwira perempuan pertama garapan Jagat Sinema Bumilangit yang kurang berhasil menarik minat penonton. Mengutip dari filmindonesia.or.id, film yang diproduseri Joko Anwar dan disutradarai Upi Avianto ini telah ditonton 567.864 penonton semenjak penayangannya pada 17 November 2022.
ADVERTISEMENT
Kesan pertama ketika film baru dimulai adalah terasanya sensasi horor film Pengabdi Setan. Mulai dari cara pengambilan gambar dan efek suara, dapat menyebabkan bulu kuduk berdiri. Masih terasa kental campur tangan Joko Anwar dalam film Sri Asih, walaupun yang menjadi sutradara adalah Upi Avianto. Namun itu merupakan hal baru yang patut diapresiasi, karena kapan lagi kita menonton film adiwira tapi bulu kuduk berdiri karena merasa takut.
Film berdurasi 135 menit ini bercerita tentang Alana yang merupakan penerus Dewi Kesuburan, yaitu Dewi Asih. Alana sejak kecil selalu dihantui mimpi buruk yang disebabkan oleh Dewi Api. Dewi Api merupakan tokoh antagonis yang mencoba membangkitkan amarah Alana agar kelak Alana bergabung bersamanya. Kemunculan Dewi Api yang hanya sebentar dan dipenuhi efek CGI, penonton dibuat terkejut karena ternyata pemeran Dewi Api adalah Dian Sastrowardoyo.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Dian Sastrowardoyo dan Pevita Pearce, Sri Asih menjadi film adiwira Indonesia yang bertabur bintang. Reza Rahardian, Ario Bayu, Jefri Nichol, bahkan Najwa Shihab turut meramaikan film Sri Asih. Meskipun bertabur bintang, tidak membuat Sri Asih luput dari kekurangan, banyak adegan yang dirasa kurang natural dan terasa begitu kaku dalam percakapannya. Fase dalam film Sri Asih terasa terlalu cepat, terutama ketika Alana sudah beranjak dewasa. Dengan terburu-burunya suatu fase dalam film, menyebabkan pembangunan karakter tidak dapat feel-nya.
Pevita Pearce memang sudah cukup baik dalam mengeksekusi adegan bertarung, namun tetap ada kekurangan dalam adegan bertarung di film ini, seperti penggunaan senjata berat yang terasa sia-sia. Ada beberapa adegan memperlihatkan seseorang membawa senjata berat ketika bertarung, namun senjata tersebut tidak digunakan dengan semestinya. Senjata tersebut hanya dipegang menghadap ke bawah, sementara tokoh yang memegang senjata berat itu berlari mendekati Sri Asih dan dengan mudah dikalahkan. Akan lebih baik lagi apabila senjata tersebut ditembakkan dan Sri Asih tetap bisa mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Ada juga beberapa catatan lain untuk film Sri Asih, seperti terdapat adegan antiklimaks yang terasa begitu hambar dan terlalu terburu-buru untuk mencapai klimaks. Kakunya beberapa percakapan antar tokoh juga menyebabkan kurang tersampaikannya kritik sosial. Banyaknya jokes yang kurang pas penempatannya juga menjadi hal yang harus diperbaiki oleh Jagat Sinema Bumilangit.
Pemilihan Najwa Shihab sebagai pemeran Nani Wijaya yang merupakan titisan pertama Dewi Asih, dinilai kurang cocok karena Najwa Shihab yang berwajahkan orang Arab, namun memerankan adiwira yang berasal dari tanah Jawa.
Namun bukan berarti film Sri Asih tidak memiliki kelebihan. CGI dalam film Sri Asih sudah jauh lebih baik dari film terdahulunya, Gundala (2019). Sri Asih berhasil menetapkan standar baru bagi Jagat Sinema Bumilangit, bahkan bagi dunia film adiwira Indonesia. Memasukkan kritik sosial, menyentil mafia dan pemerintahan menjadi salah satu kelebihan dalam film Sri Asih.
ADVERTISEMENT
Menurut penulis, meskipun film Sri Asih bertabur bintang, tidak membuat film tersebut menjadi sempurna, justru membuat semakin terlihatnya perbedaan kualitas di antara pemerannya. Jagat Sinema Bumilangit bisa menitikberatkan perbaikan di sisi pengembangan karakter, fase, dan keluwesan dalam naskah, agar lebih relate dan terasa feel-nya kepada penonton.