Konten dari Pengguna

Bahaya Gangguan Jiwa Dan Kesalahpahaman Masyarakat

Faris Nurwinarno
Mahasiswa Kedokteran - Universitas Islam Indonesia
12 November 2024 8:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faris Nurwinarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image: "Despair" by Gerd Altmann - geralt - Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image: "Despair" by Gerd Altmann - geralt - Pixabay
ADVERTISEMENT
Karena stigma sosial, saat mendengar istilah “orang gila” atau “penyakit jiwa,” yang sering terbayang dalam pikiran kita adalah seseorang yang tidak dapat memahami situasi di sekitarnya atau berperilaku di luar norma. Meskipun anggapan ini tidak sepenuhnya salah, kenyataannya banyak orang dengan gangguan jiwa tetap memiliki kemampuan berpikir dan berperilaku secara normal. Bahkan, gejala gangguan jiwa sering kali tidak disadari, baik oleh orang lain maupun oleh penderita itu sendiri, yang terkadang menghalangi mereka untuk mengidentifikasi masalah yang sedang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Gangguan jiwa tidak selalu berkaitan dengan keterpisahan total dari kenyataan. Kecemasan berlebihan, emosi yang berubah-ubah, dan prasangka buruk yang terus-menerus adalah contoh gangguan jiwa yang sering dianggap sepele dan diabaikan oleh banyak orang. Seseorang dengan gangguan kecemasan, bipolar, atau depresi sering kali enggan mencari bantuan profesional karena merasa masalah yang mereka alami tidak cukup besar atau penting untuk dibagikan, serta tidak ingin membebani orang lain dengan beban emosional mereka.
Jika dibiarkan begitu saja, gangguan ini dapat berdampak buruk, tidak hanya bagi penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka. Gangguan jiwa ini bersifat kumulatif; tanpa perawatan medis yang tepat, penderita mungkin mencoba mengatasi kesulitan mereka sendiri, yang seringkali berakhir dengan keputusan-keputusan yang keliru dan justru memperburuk kondisi mereka lebih jauh lagi.
ADVERTISEMENT
Jika tidak segera ditangani, gangguan jiwa dapat membawa seseorang pada keputusan-keputusan yang berbahaya, serta tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Beberapa individu mungkin mencari pelarian dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang, yang pada akhirnya membawa mereka pada ketergantungan dan kehancuran lebih lanjut. Penderita gangguan jiwa tertentu juga dapat mengembangkan pandangan moral atau perspektif yang berbeda dari orang pada umumnya, sehingga mereka bertindak sesuai dengan keyakinan yang menurut mereka benar. Salah satu contoh nyata adalah Terry Davis, seorang programmer berbakat yang, karena mengalami schizophrenia, percaya bahwa dirinya berkomunikasi langsung dengan Tuhan.
Sering kali, mereka tidak menyadari bahwa kondisi mental mereka dapat memicu perilaku kriminal atau tindakan destruktif lainnya. Pada kasus-kasus ekstrim, kondisi mental yang tidak ditangani ini bahkan dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan berat seperti pembunuhan, dengan alasan kuat atau "benar" menurut perspektif mereka yang terganggu. Salah satu contoh lainnya adalah Daniel Gonzales, yang terinspirasi untuk melakukan serangkaian pembunuhan setelah terpengaruh oleh film horor seperti Nightmare on Elm Street dan Friday the 13th, yang menanamkan ideologi kekerasan dalam pikirannya.
ADVERTISEMENT
Gangguan jiwa adalah bahaya yang dampak paling parahnya sering kali tidak terlihat sampai sesuatu yang lebih buruk terjadi. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan yang tepat, serta penanganan yang cepat, untuk menjaga kesehatan mental kita dan orang-orang di sekitar kita.
Pencegahan dimulai dengan memperhatikan kondisi diri sendiri. Kenali kebiasaan psikologis Anda: apakah Anda sering merasa sedih, mudah putus asa, hampa, atau pesimis? Cobalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi pemicu perasaan tersebut, dan pertimbangkan siapa saja yang bisa Anda ajak berbicara atau minta bantuan. Kesadaran terhadap kondisi mental kita sendiri adalah langkah awal yang sangat penting dalam mencegah gangguan jiwa yang lebih serius.
Untuk membantu orang lain, amati ekspresi dan pola emosional mereka dengan lebih sensitif. Tanda-tanda seperti menghindari untuk menunjukkan lengan atau memberikan alasan yang tidak masuk akal terkait bekas luka bisa menjadi indikasi bahwa seseorang sedang menyakiti diri. Memperhatikan detail ini, serta menunjukkan perhatian dan kepedulian, dapat memberikan mereka rasa dukungan yang penting dan mendorong mereka untuk lebih terbuka dalam mencari bantuan.
ADVERTISEMENT