Konten dari Pengguna

Kilas Balik Indonesia 2023: Membaca Ulang Realita Sistem Pendidikan di Indonesia

Farkhan Fardian Syah
Mahasiswa Pendidikan Sosiologio dan Antropologi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Negeri Semarang
27 Mei 2024 15:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farkhan Fardian Syah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: (Canva, 2024) Refleksi Pendidikan 2023 Nasional
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: (Canva, 2024) Refleksi Pendidikan 2023 Nasional
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan aspek paling mendasar dalam pembentukan pola fikir masyarakat yang lebih luasnya akan turut membentuk kepribadian suatu bangsa. Adanya kemajuan dan kemunduran suatu peradaban bangsa sangat bergantung kepada sistem pendidikan yang dijalankan. Karena itu pendidikan membutuhkan perhatian khusus terutama dalam perumusan sistem yang perlu adanya suatu pertimbangan yang matang supaya sistem tersebut sempurna tanpa celah tatkala dijalankan.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini banyak negara di dunia termasuk Indonesia, masih menerapkan sistem pendidikan Behaviorisme, suatu sistem yang lahir dari derasnya arus industrialisasi pasca revolusi industri di Inggris tahun 1760 – 1830, dengan tujuan mencetak sumber daya untuk memenuhi kebutuhan industri itu sendiri. Corak sistem pendidikan ini meyakini bahwa terdidik dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pendidik, dalam arti lain, sistem ini mencoba mematikan sisi kreativitas setiap individu.
Sejauh ini di Indonesia, penerapan sistem behavior tidak menunjukan kefektifannya dalam mendongkrak kualitas pendidikan yang bersaing di kancah internasional. Hal ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada, misalnya dari pemeringkatan sistem pendidikan oleh Worldtop20.org tahun 2023. Dalam pemeringkatan tersebut, Indonesia berada di urutan ke 67 dari 203 negara yang diikutsertakan. Sementara itu, pemeringkatan yang dilakukan oleh UNESCO terhadap 14 negara berkembang di Asia Pasifik tahun 2022, pendidikan Indonesia menempati urutan ke 10, sedangkan kualitas gurunya menempati urutan terakhir atau 14.
ADVERTISEMENT
Dinamika di atas didorong oleh beberapa faktor diantaranya carut marutnya sistem per-politikan di Indonesia yang secara tidak langsung turut mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diterapakan untuk sistem Pendidikan. Misalnya, selalu berubahnya kurikulum pendidikan setiap adanya pergantian kabinet, sehingga kurikulum di Indonesia tidak pernah digodok dengan matang. Hal ini menjadi sinyal betapa sistem pendidikan di Indonesia memerlukan alternatif dari kebekuannya.
Sistem Pendidikan di Indonesia secara berkala terus-menerus mengalami perubahan yang ekstrem. Terbaru adalah penerapan Kurikulum Merdeka, suatu kurikulum yang menggunakan pendekatan kebebasan bagi siswa dalam memilih pelajaran-pelajaran yang diminati. Hal ini bertujuan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya, dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi peradaban Indonesia.
Adanya kurikulum tersebut mencoba menggoyang sistem behavior yang meletakkan siswa sebagai objek industri. Kendati demikian, kurikulum merdeka belajar masihlah seumur jagung, dimana masih banyak kekurangan, diantaranya internalisasi prinsip merdeka belajar terhadap tenaga pengajarnya. Karenanya dalam proses pembelajaran, guru masih mendominasi dan mengintervensi murid maupun mahasiswanya di ruang belajar. Akibatnya, tujuan luhur pemberlakuan merdeka belajar dalam Kurikulum Merdeka belum terlaksana dengan efisien dan efektif, sebaliknya proses pembelajaran pada masa pembaharuan sistem pendidikan ini masih berkutat pada sistem yang usang, yaitu behavior. Maka karena itu pula, perlu suatu strategi alternatif guna memaksimalkan tujuan luhur di balik Kurikulum Merdeka yang merupakan Langkah awal perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia menuju lebih baik.
ADVERTISEMENT