Konten dari Pengguna

Stop Body Shaming! Buat Orang Lain Lebih Percaya Diri

Farras Ghina
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Desember 2021 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farras Ghina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/
ADVERTISEMENT
“Eh! Kok lu gendutan sih?”, “Lu iteman deh!”, “Makannya yang banyak dong! Badan kaya tripleks begitu ga malu apa?”, “Lu kok sekarang jerawatan sih?”, dan lain sebagainya. Perkataan-perkataan barusan pasti sudah tidak asing lagi dong di telinga teman-teman, barangkali di sini ada yang pernah menerima perkataan tersebut atau pernah mengatakannya pada orang lain. Mungkin maksud kamu hanya bercanda, tetapi kamu tau ga sih kalau hal tersebut termasuk ke dalam bentuk bullying? bisa saja orang yang menerima perkataan tersebut merasa sakit hati atas perkataan kamu dan bisa buat dia (korban body shaming) tidak percaya diri atau juga minder loh.
ADVERTISEMENT
Menurut Zulfikri (2018), body shaming bisa dikategorikan sebagai bentuk kekerasan verbal, atau yang lebih dikenal dengan bullying. Lalu, apa sih body shaming itu? body shaming menurut Oxford Living Dictionaries yaitu sebagai suatu tindakan ejekan atau hinaan dengan mengomentari fisik (bentuk atau ukuran) dan penampilan tubuh seseorang. Atau, bullying yang berkaitan dengan penampilan orang yang tidak memenuhi kriteria ideal, seperti pada contoh di atas.

Mengapa body shaming sering kali terjadi?

Mengomentari penampilan seseorang (body shaming) seringkali dianggap biasa saja, sebagai gurauan, atau sekadar lelucon bagi si pelaku, padahal perlakuan tersebut memiliki dampak psikologis yang sangat negatif bagi si korban loh. Kehadiran body shaming bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya first impression culture yaitu adanya kesan pertama bertemu seseorang, yang sering dijadikan sebagai ajang untuk menilai penampilan seseorang, yang kemudian mengomentari kekurangan orang lain. Penyebab body shaming selanjutnya adalah memaksakan standar kecantikan diri pada orang lain yang mungkin juga terpengaruh oleh standar kecantikan di media massa. Hal tersebut sudah sering terjadi dan kebanyakan orang menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa.
ADVERTISEMENT

Dampak body shaming terhadap kesehatan mental

Adanya body shaming dapat membuat seseorang merasa malu dan dapat berdampak buruk pada cara berpikir seseorang. Menurut sebuah studi yang dilakukan Eva (2016), perlakuan body shaming dapat menyebabkan penilaian harga diri yang rendah pada diri sendiri. Selain itu, seseorang yang mendapatkan perlakuan body shaming juga cenderung mengikuti apa yang orang lain sampaikan tentang bentuk tubuh, menjadikan seseorang merasa tidak percaya diri, merasa malu, tidak nyaman, tidak menarik, dan tidak berharga jika sedang berhadapan dengan seseorang atau kelompok sosial tertentu.
Fathi (2011) menjelaskan pengaruh perilaku body shaming pada pelaku itu sendiri maupun korban, seperti rendahnya rasa percaya diri, malu, marah, mudah tersinggung, bahkan mengalami stres. Selain itu, body shaming juga berdampak terhadap gangguan makan seperti bulimia, anorexia, dan binge eating, serta gangguan mental seperti depresi. Mukhlis (2013) juga mengemukakan dampak body shaming terhadap aktivitas sehari-hari dari segi fisik, psikologis dan sosial seseorang seperti menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
https://pixabay.com/
Meskipun body shaming memiliki dampak positif, yaitu mendorong seseorang untuk memperbaiki tubuh mereka dengan berusaha untuk hidup sehat, olahraga yang teratur, dan makan secukupnya. Tetapi perilaku body shaming ini tetap saja merupakan hal yang buruk dan membuat seseorang merasa bahwa apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan harapannya juga lingkungannya. Sehingga dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri, selalu merasa malu, merasa tidak puas atas dirinya sendiri, menimbulkan penyakit mental dengan risiko depresi, menimbulkan gangguan makan, gangguan kecemasan sosial, menimbulkan efek pada kesehatan tubuh, dan lebih buruknya lagi yaitu menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri.
ADVERTISEMENT

Hukum yang mengatur

Teman-teman tau ga sih kalau perilaku body shaming bisa kita laporkan ke kepolisian? Peraturan tindak pidana body shaming dapat dirujuk pada pasal 315 KUHP sebagai tindak pidana penghinaan ringan terhadap citra tubuh. Selain itu, pelaku juga dapat dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jika tindak pidana dilakukan melalui media sosial, maka pelaku body shaming dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat 3 (jo), Pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang saat ini yang berubah menjadi UU No. 19 Tahun 2016. Dengan hukuman yang dijatuhkan yaitu paling lama 4 tahun dalam bui atau membayar dalam bentuk uang maksimal sebesar Rp 750 juta.
ADVERTISEMENT

Menghadapi perlakuan body shaming

Banyak upaya yang dapat kita lakukan untuk menghindari perlakuan body shaming, seperti lebih mencintai diri sendiri dengan berpikir positif, menerima diri apa adanya. Selain itu, Rhoshandhayani (2019) menjelaskan tentang caranya melawan body shaming, yaitu dengan memperbaiki diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kesehatan, bukan karena mengikuti apa yang orang lain katakan. Katakan pada diri bahwa saya berolahraga dan makan-makanan bergizi untuk diri saya sendiri, karena saya peduli dengan kesehatan saya sendiri, bukan karena perkataan orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih bersyukur, menerima dan mencintai diri sendiri. Kemudian, Sabarini (2018) mengatakan kalau kita bisa menghiraukan atau menanggapi perkataan orang lain dengan kata-kata yang positif dan bisa bersikap tidak peduli dengan perlakuan body shaming. Katakanlah bahwa mereka iri dan cemburu dengan apa kita miliki dan jangan membebani diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Nah, sekarang teman-teman sudah tahu kan apa itu body shaming dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan mental seseorang.
Kita sebagai manusia harus ingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, Kita juga harus belajar untuk menjadi diri yang lebih baik lagi, dan berhenti memikirkan kekurangan orang lain. Dengan begitu, kita bisa menjadi diri kita sendiri.
Yuk! Mulai dari diri sendiri apabila ingin mengatakan sesuatu hendaklah lebih berhati-hati. Tanya dahulu pada diri sendiri, "Apakah perkataan saya akan menyakiti orang lain atau tidak?" karena setiap perkataan yang keluar dari bibir kita bisa saja memiliki makna yang berbeda di telinga pendengarnya.
ADVERTISEMENT

Daftar Pustaka

Fauzia, T. F., & Rahmiaji, L. R. (2019). Memahami pengalaman body shaming pada remaja perempuan. Interaksi Online, 7(3), 238-248.
Hidayat, R., Malfasari, E., & Herniyanti, R. (2019). Hubungan perlakuan body shaming dengan citra diri mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 79.
KT, R. (2019, February 10). Retrieved from https://www.halokakros.com/2019/02/pengalaman-body-shaming.html
Lestari, S. (2019). Bullying or Body Shaming? Young Women in Patient Body Dysmorphic Disorder. PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 3(1), 59-66.
Maharani, D., Hendrayani, Y., & Mahdalena, V. (2020). Pengaruh Isi Pesan Stop Body Shaming Pada Sikap Followers Terhadap Body Shaming. Jurnal Pustaka Komunikasi, 3(1), 112-122.
Micheal, M., & Azeharie, S. S. (2020). Perlawanan Penyintas Body Shaming Melalui Media Sosial. Koneksi, 4(1), 138-146.
ADVERTISEMENT
Muhammad, F. (2021). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGHINAAN CITRA TUBUH (BODY SHAMING) MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Doctoral dissertation, Hukum).
Rismajayanthi, N. G. A. A. P., & Priyanto, I. M. D. (2018). Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Citra Tubuh (Body Shaming) Menurut Hukum Pidana Indonesia. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 9, 1-16.