Dongeng Sebelum Tidur: Lubang

FAT BOY
Penulis Horror Amatir di dunia sosial dengan nama FATBOY Project di grup creepy pasta indonesia
Konten dari Pengguna
1 April 2021 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FAT BOY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dongeng Sebelum Tidur: Lubang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ini adalah cerita dua tahun lalu ketika aku menginap di sebuah losmen tua ketika berliburan di Bandung.
ADVERTISEMENT
Kamar yang ku tempati memiliki lubang yang cukup besar untuk mengintip dari sisi kamarku.
Dikala aku sedang bingung melakukan apapun disana, aku mencoba mengintip dari lubang tersebut.
Satu Hari.
Dua Hari.
Aku terus melakukannya hingga tanpa ku sadari ini menjadi rutinitasku selama disini.
Suatu malam, aku baru kembali ke penginapan setelah mengunjungi beberapa tempat wisata yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya.
Aku melihat seorang perempuan berbaju tipis berwarna putih sedang berdiri di depan kamar tetanggaku.
"Wuih. Jadi dia penghuni kamar itu? Aku dengar kamar itu tidak disewakan tapi... Apakah dia putri pemilik penginapan ini?"
Aku berjalan seperti biasa melewati perempuan itu sedang berdiri di depan kamarnya.
Ketika aku membuka kamarku, aku hendak menyapanya. Tapi dia sudah tidak ada disana.
ADVERTISEMENT
"Buset. Cepat amat menghilang ya? Apa dia dedemit?"
Aku membuat pikiranku sendiri negatif sehingga aku merasa seperti orang bodoh.
"Hahaha. Mana mungkin! Dedemit itu tidak Ada"
Aku terus berpikir seperti itu dan memasuki kamarku.
Tepat jam 2 pagi.
Aku tidak bisa tidur dan memutuskan untuk mengintip lubang itu lagi.
"Ini bukan mengintip! Aku hanya memastikan kalau dia manusia atau bukan. Kalau aku melihat sesuatu yang tidak bisa ku abaikan biarkan saja itu terjadi, toh itu kecelakaan bukan?"
Aku mencoba mengintip dengan jantung dan napas berat. Aku siap apapun yang akan terlihat di dalam lubang itu.
Deg!
Aku melihat sepasang mata sedang mengintip dari sisi yang lain.
"Wuaaah!!!!" Teriak ku sembari melompat ke belakang.
ADVERTISEMENT
Aku merasa melakukan sesuatu tindakan kriminal. Aku berharap dia tidak berpikiran apapapun
Ketika aku memantapkan hatiku untuk berbicara.
Aku mendengar suara lembut dari lubang itu.
"Anu... Ada perlu apa ya?"
"Ahahaha. Maaf mbak. Aku tidak sengaja"
"Be-begitu ya. Aku baru saja pulang dari rumah sakit karena penyakitku kambuh lagi dua minggu lalu. Aku kaget dan khawatir kalau ada orang aneh..."
Ketika dia mengatakan itu, aku merasa jantungku berdetak dengan kencang.
"Maafkan aku mbak!!"
"E-eh kenapa? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun kan?"
"Maaf. Sebenarnya aku mengintip dengan niat tertentu"
"E-eeh?"
"Aku berpikir kalau mbak itu dedemit"
Perempuan itu tidak membalas perkataanku. Lima detik kemudian suara tawanya pecah keheningan malam sesaat.
"Hahahaha. Dedemit? Hahaha aduh.. perutku hahaha"
ADVERTISEMENT
"Ahaha... Serius? Mbak bukan mbak kunti kan?"
"Astaga. Bukan lah. Namaku Asri Fratika. Panggil saja Tika"
"Namaku Bayu Prakasa"
Begitulah aku mengenal seorang gadis cantik bernama Asri Fratika. Tika memiliki kelainan pada kulit sehingga dia tidak tahan dengan sengatan matahari.
Aku mengetahuinya ketika aku hendak mengajaknya keluar setelah lima hari berkenalan. Dia hanya mengintip dari celah pintu yang terantai. Wajahnya pucat, sama seperti yang ku lihat beberapa hari lalu.
Tika tidak pernah mengizinkanku memasuki kamarnya karena dia sepenuhnya belum percaya denganku.
Tapi meskipun tidak bisa bertemu tatap muka, kami sering berbicara lewat lubang di antara kamar kami.
Berbagai cerita dari kota asalku aku sampaikan kepadanya. Tika tidak banyak bercerita tentang dirinya.
ADVERTISEMENT
Dia mengajak bicaraku ketika malam tiba. Siangnya, dia tertidur.
"Jadi hari ini kamu terakhir disini?"
"Benar. Mbak Tika. Aku boleh bertemu untuk terakhir kalinya. Pertemuan pertama kita, aku tidak sempat menyapamu karena waktu itu Mbak langsung menghilang"
Tika terdiam sejenak lalu dia berkata "Mas Bayu. Kamu mau mendengar kisahku?"
"Kisah? Hmm. Selama Kita berbicara, mbak selalu menghindar pertanyaan ini sih. Tapi baiklah. Aku akan mendengarkan"
Asri Fratika dikucilkan oleh keluarganya sendiri karena dia selalu membuat mereka kesulitan. Asri Fratika dibawa ke penginapan ini setahun yang lalu dan menghabiskan waktunya sendirian.
Lubang yang ada di dalam ruangnya sudah ada dan dia selalu mengajak berbicara siapapun di dalam kamar itu.
"Aku terus melakukan itu hingga tanpa ku sadari, itu sudah menjadi rutinitasku setiap Hari. Aneh kan? Ahahaha"
ADVERTISEMENT
"Tidak. Itu sama sekali tidak aneh. Wajar kalau kamu tinggal seorang diri disana. Mbak pasti kesepian bukan?"
"Umm. Aku kesepian. Keluargaku tidak pernah mengunjungiku lagi. Dan mereka juga sudah menghentikan kiriman uang kepadaku"
Aku tidak pernah mengira pembicaraan ini semakin berat. Aku berhasil membuatnya berbicara ke hal lain.
Keesokan paginya, aku bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Aku berniat mengintip lubang itu untuk terakhir kalinya.
Kali ini aku melihat rambut tika terurai. Dia sepertinya tertidur di samping lubang itu.
"Baiklah Bu. Ini kuncinya" kataku sembari menyerahkan kunci kamarku.
"Gimana di Bandung? Menyenangkan kan?"
"Benar. Menyenangkan. Terutama tetangga di sebelah kamarku"
"Tetangga? Ruang 404 itu?"
"Iya? Kenapa bu?"
"Apa dia sudah pulang? Selama ini aku hampir tidak melihatnya tiga bulan lalu"
ADVERTISEMENT
"Benarkah? Katanya dia tidak bisa keluar rumah karena penyakitnya"
"Hmmm.... Dari yang ku dengar sih. Dia memang menderita suatu penyakit sih..."
Setelah berbicara banyak Hal, aku kembali menelusuri lorong lantai dimana aku menyewa kamar dan terhenti pada kamar Tika.
"Mbak. Aku pergi dulu ya? Sesekali kunjungi tetangga. Jangan sendirian disana"
Tidak ada jawaban sama sekali. Dia pasti masih tertidur.
Ketika aku hendak pergi, pintu kamarnya terbuka. Dan aku mendengar suara sayup Tika yang memanggilku.
Aku memberanikan untuk pertama kalinya memasuki ruang seorang gadis.
Tapi.
Begitu aku memasukinya, aroma tidak sedap tercium di hidungku.
Perasaanku tidak enak, dan aku cemaskan Tika.
Aku berjalan menelusuri ruangan berantankkan dan mataku terbuka lebar.
Keringat dingin mulai bercucuran.
ADVERTISEMENT
Ya, aku melihat seorang gadis yang sudah membusuk terduduk bersandar di dekat lubang itu.
Kulitnya sudah melepuh. Wajahnya sudah rusak dipenuhi belatung.
Apakah dia Tika? Jadi siapa yang berbicara denganku selama ini?"
Aroma busuk seharusnya tercium lewat lubang itu. Tapi aku hanya mencium aroma parfum yang kuat.
Aku menyadari kalau ruangan ini terpasang pewangi aroma otomatis. Dan mesinnya sudah terhenti karena terpasang sejak tiga bulan lalu.
Tika pasti kesepian. Bahkan setelah dia meninggal, dia berniat untuk berbicara siapapun di dalam kamar tersebut.
Jasad Tika dibawa ke rumah sakit. Tika sudah meninggal tiga bulan lalu. Karena itulah ibu pemilik tidak pernah melihatnya lagi.
Aku menyembunyikan fakta kalau aku berbicara dengan Asri Fratika. Mereka pasti tidak akan percaya
ADVERTISEMENT
Jadi, jika kalian mengunjungi tempat itu. Ajaklah dia berbicara selama tinggal disana.