Konten dari Pengguna

Dont Call Me Daddy (2) Namanya adalah Ran

FAT BOY
Penulis Horror Amatir di dunia sosial dengan nama FATBOY Project di grup creepy pasta indonesia
9 Desember 2021 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FAT BOY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Design & Art From Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Design & Art From Canva.com
ADVERTISEMENT
Dunia memang selalu penuh dengan kejutan. Kejutan itu selalu datang tiba-tiba dengan cara yang tidak terduga. Seseorang mendapatkan 100 ribu Yen di tengah jalan. Orang itu memiliki masa-masa yang teramat sulit. Dia pernah berpikir kalau hidupnya sudah berakhir bahkan saat dia dilahirkan ke dunia ini. Tapi dengan menemukan uang itu, dia berpikir untuk menggunakannya.
ADVERTISEMENT
Berubahlah hidupnya. Dia selalu hidup dengan penuh kemewahan. Mempunyai banyak istri yang sudah lama dia impikan, menjadi semudah membalik telapak tangan. Dia bahkan tidak perlu mencari uang yang dia habiskan selama dua bulan. Karena dia bisa memutar balik uang yang dia keluarkan setiap harinya.
Namun beberapa tahun setelahnya. Uang yang dia temukan beberapa tahun lalu bukanlah kejutan yang awal dan terakhirnya. Kejutan lainnya malah semakin parah. Kehilangan uang, istri-istrinya hingga segala hal. Dan pada akhirnya dia kembali seperti dulu hingga kematiannya menanti.
Hah? Penjelasanku terlalu dramatisir katamu?
Baiklah, aku akan menjelaskan satu kasus lagi yang menurutku layak untuk kau ketahui.
Seorang pria yang berusia 20 tahunan. Dia tidak memiliki banyak sesuatu yang istimewa. Dia sangat menyukai dunia hiburan animasi dan game. Ya, dia adalah otaku animasi. Kehidupannya yang selalu datar. Dia ingin melakukan sesuatu yang unik. Maka dari itulah dia menyatakan perasaannya kepada seorang kakak kelas yang cantik saat itu.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang, dia tidak bisa mendapatkan cintanya. Ya aku di tolak secara tidak langsung. Hah? Aku tidak menceritakan masa lalu ku. Ini hanya perasaanmu saja, Sungguh!
Baiklah! Aku mengaku! Orang yang aku ceritakan itu adalah diriku sendiri.
Kehidupan memang selalu penuh dengan kejutan. Aku kembali bertemu dengan seniorku setelah setahun telah berlalu. Namun dia sepertinya sudah memiliki kekasih yang jauh lebih menarik daripadaku.
Ya, ini memang mengesalkan. Sungguh membuatku sangat mengesalkan.
Kejutan lainnya tidak hanya sampai segitu saja. Setelah menyelesaikan belanja makan malam. Aku melihat sebuah bintang jatuh yang melesat ke hutan kecil tidak jauh dari tempat dimana aku tinggal.
Seharusnya aku tidak perlu mengikutinya sampai memasuki hutan itu.
Aku menemukan sebuah peswat ruang angkasa yang menyerupai telur. Pesawat itu sudah tua dan terdapat sebuah tulisan R.U.N. Sebelum aku menyadari apa yang barusan saja terjadi. Tiba-tiba pesawat itu mengeluarkan sebuah suara yang entah darimana.
ADVERTISEMENT
Tidak lama kemudian pesawat itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Perlahan cahaya itu mulai memudar dan membentuk seorang anak perempuan kecil tanpa busana. Anak perempuan itu membentuk posisi tubuhnya seperti sedang dalam rahim dan mengambang di udara.
Ketika cahaya itu mulai mengjhilang sepenuhnya, aku langsung mencegah dia terjatuh dari udara.
Kau tahu peristiwa anak ayam dan mainan?
Ini merupakan sebuah contoh kasus sederhana yang terjadi dalam keseharian kita sendiri. Cara melakukan pengujian sangatlah sederhana. Hanya ada sebuah telur dan mainan ayam yang terbuat dari kayu. Ketika telur itu menetas, anak ayam itu membuka matanya untuk pertama kali dan melihat sebuah mainan ayam.
Kau tahu apa yang terjadi?
Ya, anak ayam itu mengikuti mainan ayam itu kemanapun kita bawa. Seolah-olah mainan ayam itu merupakan induknya. Miris bukan? Tapi itu memanglah terjadi.
ADVERTISEMENT
Situasi yang ku alami ini mungkin sangat persis dengan anak ayam dan mainan tersebut.
Kenapa? Ketika anak perempuan itu membuka matanya, dia langsung menganggap aku papanya. Dan saat aku menanyakan apa alasannya memanggilku seperti itu? Dia terlihat tidak mengetahuinya dan mengatakan kalau aku adalah memang papanya.
Ya, dunia ini memang penuh dengan kejutan.
Setelah penemuan anak perempuan itu, seorang siswi SMP melihatku memeluk seorang anak perempuan dalam keadaan telanjang bulat.
Pada akhirnya aku berakhir di dalam kantor polisi terdekat. Entah kenapa, polisi yang mengawasiku menjauhiku dari anak perempuan itu.
Aku tidak tahu alasan—maaf sepertinya aku mengetahui alasannya.
Pedofilia.
Hanya kalimat itu yang terlintas dalam pikiranku. Pedofilia sebuah aktifitas sampah yang selalu ada di seluruh dunia. Perbuatan sampah yang cocok untuk dilakukan oleh seorang sampah juga.
ADVERTISEMENT
Hahaha…
Berarti aku termasuk salah seorang sampah itu?
Tidak-Tidak. Tentu saja tidak!
Aku memang otaku animasi akut. Tapi aku tidak suka dikatakan no life dalam keseharianku. Aku tetap meningkatkankan prestasiku di kelas selama tiga tahun di SMA. Dan karena itu aku mendapatkan beasiswa dan bisa kuliah di unversitas favorit Toho.
Aku sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Seandainya ingatanku di dalam kepala bisa di ekstrak ke dalam sebuah video, mungkin ini semua bisa teratasi dengan mudah.
Sayang, itu tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Baiklah, aku memang terlalu larut dalam dunia imajinasi.
“A-anu! Aku, Rima Uehara”
Aku mendengar suara seorang perempuan yang terdengar akrab dari pintu masuk. Pandanganku saat ini gelap. Aku bahkan hampir tidak mendengar suara selain suaraku sendiri.
ADVERTISEMENT
Tapi entah kenapa aku mendengar suara perempuan itu.
“Anu apakah kamu mengenal orang itu?” kata seorang polisi wanita.
Dia mengangguk lalu berkata “Aku adiknya!”
“Haa….”
Kami berdua duduk di taman dan mendesah panjang. Aku tidak pernah menyangka introgasi itu memakan waktu selama 25 menit. Tapi apapun itu, aku bersyukur tidak berakhir memasuki jerusi besi yang dingin itu selama 24 bulan.
“Papa!” kata anak perempuan yang selalu menyebut dirinya Ran ketika berbicara kepadaku. Mungkin dia menganggap kode R.U.N dalam kapsulnya itu merupakan namanya.
Dia berlari dengan cepat dan langsung memelukku dengan erat.
“O-oh. Akhirnya kamu memang kembali lagi kesini” kataku dengan sedikit kecewa.
Ran tersenyum lalu berkata “Umm! Karena papa adalah papanya Ran!”
ADVERTISEMENT
Di tengah introgasi yang bikin aku semakin kesal. Muncul seorang gadis yang terlihat seusia denganku.
Aku tidak tahu siapa dia dan asalnya. Entah bagaimana dia meyakinkan kepada para polisi kalau anak perempuan yang bersama denganku adalah keponakan jauhnya dari Hokkaido.
Rima berdiri dan langsung membungkuk hormat kepada gadis misterius itu.
“Ah! Jangan begitu! Aku hanya berniat menolong saja kok!” kata gadis itu dengan sangat terkejut.
“Tapi kami memang harus berterima kasih kepadamu karena menolongku” kataku menambah sembari melepaskan pelukan Ran dan mendudukkannya di pangkuanku.
Rima kembali seperti biasanya lalu berkata “Bagaimana kalau kita makan malam bersama?”
“Oi, kamu serius? Makan malam kita Cuma untuk dua orang loh? Ah, maaf sepertinya akan menjadi jatah ketiga” kataku sembari melihat Ran yang terlihat tidak tahu apa yang barusan saja terjadi. Ya, itu karena dia masih anak-anak sih.
ADVERTISEMENT
Gadis itu tersenyum lalu dia berkata “Tidak apa-apa. Tidak perlu repot-repot. Aku ada urusan untuk bertemu dengan seseorang. Jadi bye-bye, Um Ran-chan dan…”
“Aku, Rima dan ini kakak bodohku, Tomoya” kata Rima sembari menyikut pinggang kananku.
Gadis itu tertawa kecil lalu berkata “Kita pasti akan bertemu lagi”. Dia pergi meninggalkan kami tanpa mengetahui siapa dan alasannya dia menolongku tadi.
Rima kembali mengelah napas. Dia melirikku dan Ran tanpa sepatah katapun.
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” kata Rima dengan pasrah.
“Ya… Aku tidak mau dia berkeliaran diluar karena banyak sekali pedofil bukan aku- yang selalu mengintai anak-anak polos seperti dia jadi--”
Rima terlihat kesal lalu dia mengepal tangan kanannya dan meninju tapak tangan kirinya sembari berkata dengan penuh ancaman “Kakak, pastikan kamu menceritakan semuanya ya?”
ADVERTISEMENT
“O-oke…”
Pada akhirnya, kami membawa pulang Ran ke rumah kami. Apartemenku tidak terlalu besar tapi setidaknya cukup untuk menambah penghuni seorang lagi disini.
“Kami pulang- eh?“ kata Rima.
Rima terkejut ketika Ran berlari dengan riangnya kesana-kemari sembari menerbangkan perabotanku.
“Kakak…”
“Apa?”
“Sepertinya kakak harus menceritakan semuanya dengan sangat terperinci kepadaku setelah makan malam nanti”
“Oke…”
Seusai makan malam, aku menceritakan semuanya kepada Rima. Selama aku bercerita, Rima menopang dagunya di atas meja makan sembari mengakat alisnya sebelah.
“Ya bewgitu… awealnya aku kawget… tapi dia tiba melekat kepwadaku…”
Anak perempuan itu mencubit kedua pipiku dengan gemasnya sembari tertawa dengan riangnya. Aku melepaskan cubitannya dan mendudukkannya diatas pangkuanku.
“Ya.. aku bisa melihat betapa lengketnya dia kepadamu…”
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Rima mengajaknya untuk mandi bersama. Dan untuk pakaiannya, Ran dapat membentuk baju kesukaannya sendiri dengan hanya membayangkannya saja.
“Kekuatan alien memang selalu mengejutkan ya?” kata Rima sembari mengambil hair dryer. Dia menyuruh Ran duduk di kursi rias. Rima mengeringkan rambut Ran sembari berkata “Ini mungkin sedikit kurang nyaman, tapi bertahanlah ya…”
Seperti yang Rima duga, ini pertama kalinya bagi Ran. Dia terlihat terkejut ketika mesin itu mulai menyala.
“Yak… dengan ini kamu tampak lebih rapi… umm namanya siapa ya…” kata Rima sembari mengeringkan rambutnya.
“Ran…”, jawab anak perempuan itu dengan riangnya.
“Oh iya.. nama itukan yang tertulis pada kapsulnya. Tapi bukannya dia tidak mempunyai nama?”
Rima meletakkan pengering rambutnya di atas meja rias, lalu dia melihat Ran sembari tersenyum.
ADVERTISEMENT
“Senang berkenalan denganmu Ran-chan…”
Sebelum tidur, aku menyempatkan diri untuk memeriksa penemuan aneh hari ini. Aku mengetikkan beberapa kata kunci dalam internet, namun sama sekali tidak menemukan apapun informasi mengenai kapsul yang menyerupai telur tersebut.
Seingatku, pada dibawah tulisan R.U.N terdapat nomor series. Aku sangat yakin, kapsul itu adalah buatan seseorang. Dalam hal ini, aku menduga mereka mengikuti cerita jaman dahulu yang berjudul Momotaro. Ya, kejadian yang aku alami sangat persis dengan cerita tersebut.
Hanya saja yang membedakan adalah anak yang aku temukan adalah anak perempuan berusia 5 tahun sedangkan Momotaro ditemukan saat masih bayi.
“Tapi… kenapa alien sangat mengetahui seluk beluk cerita Momotaro sih…”
Beberapa menit kemudian aku menyerah dan beralih untuk tidur. Aku harus mempersiapkan segala urusanku untuk ke kuliah minggu depan.
ADVERTISEMENT
“Hmm… ada pesan? Kanako… jarang-jarang dia kirimkan SMS kepadaku…”
“Upps… aku lupa dia berada disekitar sini. Tapi bagaimana dia mengetahui kalau aku sudah sampai disini? Dan bagaimana dia tahu alamatku?”
“…”
“Sumber Informasi Kanako memang mengerikan….”
Setelah membalas SMS darinya, aku langsung meletakkan smartphone ku di samping dan segera tidur.
Besok paginya, aku merasakan seluruh tubuhku terasa berat. Mungkin ini karena masalah kejutan yang berkali-kali dalam seharian itu.
“hmm, aku merasakan hembusan hangat di wajahku…”
Hembusan hangat yang menyentuh wajahku membuka mataku. Dan aku melihat Ran sedang tertidur di atasku dalam keadaan telanjang.
ADVERTISEMENT
Ini bakalan akan menjadi masalah serius. Ya, ini memang akan terjadi hal yang lebih merepotkan dari yang semalam. Jika Rima melihat ini, dia pasti akan membunuhku.
Aku tidak mau itu terjadi. Dengan hati-hati, aku mengakat tubuh mungil Ran dan menidurkannya di sampingku. Setelah itu, aku menyelimutkan dia kembali tapi entah sejak kapan sebuah kamus esiklopedia besar mengambang dan melayang di atas kepalaku.
“Ahaha… ini pasti ulahmu ya, Ran. Bahkan dalam tidur, kamu bisa menge--?!!!”
Kamus itu terjatuh tepat di atas kepalaku dan aku hamper menimpa Ran yang sedang tertidur.
“Aduh… sakitnya. Tapi aku harus segera keluar dari sini. Hmm…”
Aku merasakan hawa membunuh dari belakangku. Aku tidak mau menoleh ke belakang. Karena jika melakukannya, entah kenapa aku berpikir hidupku bakalan berakhir pagi ini.
ADVERTISEMENT
Ran membuka matanya dan melihatku dengan wajah kesal.
“Pagi… Papa… aduh…”
“Ke-kenapa Ran?”
Ran mengeluarkan air matanya dan berkata “Yang tadi malam, sakit sekali! Ran tidak suka!!!”
“Eh?”
Kali ini hawa membunuh itu semakin kuat. Aku merasakan seseorang sedang memegang salah satu kakiku.
Ya, sepertinya aku mengetahui ini bakalan yang terjadi.
“Matilah kau, kakak iblis pedofil maniak otaku berengsek!!!!” teriak Rima sembari menarik kakiku dan melemparkan tubuhku ke rak buku dengan kuat.
Karena gesekan tubuhku, semua buku jatuh dan menimpaku yang tidak berdaya.
Setelah melemparkan tubuhku, Rima menghampiri Ran dan memakaikan selimut kepada Ran yang masih menahan untuk tidak menangis.
“Ran-chan? Bagian apa yang sakit? Katakan kepadaku ?” kata Rima dengan sangat cemas.
ADVERTISEMENT
“Ran tidak suka dengan alat angin panas itu” kata Ran
“Eh? Alat angin panas itu, ah… Hair Dryer? Memangnya kenapa?” kata Rima dengan sedikit heran.
Rima menyadari ada beberapa merah kecil pada kening, pipi dan tangan kanannya.
“Jangan bilang kamu alergi dengan alat itu?” kata Rima.
Ran menganggukkan kepalanya dengan cepat.
“Sudah aku duga, ini dia yang dia maksud. Aduh… Rima. Biasakan tanya dulu apa yang terjadi” kataku dengan kesal sembari berdiri kembali dengan susah payah.
Seluruh tubuhku terasa sakit akibat hempasan kuat ke rak buku itu.
“Ahaha… maaf…”
Pagi ini, aku dan Rima pertama kali makan bersama dengan Ran, seorang alien yang entah darimana datangnya. Sekilas jika kau perhatikan di ruang makan ini, kau akan melihat seorang ayah yaitu aku. Seorang bibi, Rima. Dan tentunya seorang anak kecil yang bernama Ran.
ADVERTISEMENT
Ya, aku tahu. Ini benar-benar seperti aku sudah membentuk sebuah keluarga baru dalam kurun waktu semalam saja.
“Ah… Ran… ada saus dipipimu…”
Aku membersihkan nasi yang menempel pada pipinya.
“Ran jangan pilih-pilih makanan dong…”
“Tapi Ran benci wortel….”
“Jangan banyak bicara…”
“Heeek….”
Rima yang sedari tadi memperhatikan kami, hanya senyum-senyum sendirian dan berkata “ Apa kakak yakin, Ran-chan bukan anakmu?”
“Bodoh, jangan bercanda….”
Ran terlihat memiringkan kepalanya karena dia tidak memahami apa yang sedang kami bicarakan.
Seusai sarapan, aku melanjutkan kegiatanku untuk melacak tentang kejadian aneh ini sekali lagi di dalam kamarku. Tapi sesuai dugaanku, masih tidak ada pemberitaan tentang pesawat luar angkasa jatuh. Ya, ini karena aku sudah menyembunyikannya dengan susah payah, tidak lama sebelum aku ditangkap oleh kepolisian dan berakhir memasuki kepolisian setempat. Itu benar-benar menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, aku masih belum mengetahui siapa sebenarnya anak alien yang bernama Ran itu. Apa tujuannya datang ke bumi? Dan kenapa dia seperti baru pertama kali kenal dunia luar?
Semakin aku berpikir keras, berbagai macam pertanyaan aneh mulai bermunculan dan itu semakin membuatku kesal.
“Papa!!!”
“Wuah!!”
“Ra-ran?!!”
Tiba-tiba Ran melompat ke pangkuanku ketika aku meregangkan sedikit bahuku karena berada di depan komputer seharian.
“Ada apa Ran?”
“Ran mau pergi ke luar! Ran bosan di dalam rumah ini!”
“Eh? Ke-kenapa tidak bermain sama Bi- Maksudku Rima?”
Ran memasang wajah cemberut lalu dia berkata “Rima-san keluar rumah. Dia mengatakan kepada Ran, kalau mau pergi ke luar. Tanya kepada papa”
Rima, sialan!
Dia benar-benar melimpahkan masalah ini kepadaku sendirian?
ADVERTISEMENT
Dasar anak itu, selalu bersikap seenaknya saja di rumah ini.
Aku melihat Ran menundukkan kepalanya karena kecewa. Lalu aku mengelus kepalanya dengan lembut dan berkata “Apa boleh buat. Kebetulan hari ini libur kerja. Ayo kita main ke taman dekat sini”
Mata Ran mendadak berbinar-binar karena kesenangan lalu dia menganggukkan kepalanya sembari berkata “Umm! Ran mau!”
“La-la-la Jalan-jalan. La la-la”
Ran berjalan disampingku dengan bergandengan tangan. Dia melantukan lagu anime yang tentang gadis penyihir dari luar angkasa, Rinko. Rinko juga memiliki kararestik yang sama dengan Ran. Rinko juga memiliki telinga dan ekor kucing ketika dia berubah menjadi gadis penyihir. Mungkin karena itulah, Ran tertarik dengan acara tv pertama baginya.
Ketika Ran melantukan lagunya dengan riang, entah kenapa aku senyum-senyum sendirian. Seperti aku menikmati tingkah lucunya itu.
ADVERTISEMENT
Tidak lama kemudian, akhirnya kami sampai di sebuah taman kota. Taman itu tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Di sekitar taman itu, terdapat sebuah gedung tinggi yang ketika musim panas akan tertutupi bayangannya dan membuatnya terasa sejuk ketika bermain disana.
“Papa! Ran mau main, papan goyang-goyang itu!”
“Papan goyang-goyang?” kataku sembari memperhatikan apa yang ditunjuk oleh Ran dengan semangat.
Ketika dia berbicara ‘papan goyang-goyang’, itu maksudnya adalah permainan jungkat-jungkit.
Permainan itu membutuhkan dua atau tiga anak. Ini merupakan kesempatan emas bagi Ran lebih beradaptasi dengan likungannya.
“Ok! Bermainlah sepuasmu!” kataku dengan mengacungkan jempol dengan senyuman menampakkan gigi rapatku.
Ran menganggukkan kepalanya lalu dia berlari menuju ke tiga orang anak perempuan seusianya. Sesuai dugaanku, Ran terlihat lebih mudah beradaptasi dengan likungan barunya.
ADVERTISEMENT
Aku meregangkan tubuhku sedikit karena masih kelelahan karena berada di depan komputer seharian. Sembari meregangkan tubuhku, mataku mencari sesuatu yang nyaman untuk beristirahat sejenak. Dan beruntung! Kursi taman di dekat pohon itu, tidak digunakan oleh orang tua anak-anak itu.
Aku melemparkan pantatku ke kursi kayu yang dingin itu. Tapi karena badanku sedikit berkeringat serta mantel yang ku gunakan cukup tebal, aku tidak merasakan kedinginan.
“Ini benar-benar menyegarka. Hmm?”
Mataku tertuju kepada seorang lelaki berambut cat pirang. Dia terlihat memarahi seorang anak kecil yang sedang menjahili seorang anak perempuan dengan ular mainannya.
“Orang itu kan… Takeru Oda dan anak lelaki berwajah menjengkelkan itu pasti adiknya”
Untuk kedua kalinya, dalam setahun tidak berjumpa. Aku bertemu dengan orang yang ku kenal. Kali ini, seorang lelaki berandal , Takeru Oda.
ADVERTISEMENT
Kehidupan memang selalu penuh kejutan bukan? Selalu seperti itu.