Gandrung Keilmuan dan Optimalisasi Ruang Temu

FATA AZMI
Guru Sekolah Dasar, Fasilitator Kelas Peradaban, Mahasiswa Magister Aqidah dan Filsafat Islam Pascasarjana STFI SADRA,
Konten dari Pengguna
25 Maret 2022 21:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FATA AZMI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Menelisik pendidikan saat ini yang belum menemukan jati diri sesungguhnya, terlebih belum dapat mendekati tujuan yang diamanahkan konstitusi haruslah ditanggapi dengan sigap oleh segenap kaum pembelajar.
ADVERTISEMENT
Kemunduran yang kita rasakan saat ini perlu kiranya dicermati sebagai bahan pelajaran dan perenungan untuk dapat mengambil posisi menjawab masa depan peradaban atau memilih terlelap dalam mimpi panjang dengan hanya membanggakan histori masa lampau dengan banyaknya pemikir hebat lahir dari rahim ibu pertiwi tanpa adanya daya dan upaya untuk merekonstruksi apa yang telah diperjuangkan.
Sebuah adagium mungkin sangat relevan dengan saat ini: "Tidak akan baik umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah membuat baiknya umat terdahulu."
Pertanyaan pun muncul, apa yang membuat generasi sebelum kita begitu gemilang sampai masih terkenang dan dijadikan rujukan hingga hari ini, tentu bukan hanya duduk rebahan, menonjolkan eksistensi di dunia maya dengan sekelumit kenaifannya.
ADVERTISEMENT
Adapun landasan agar proses pendidikan dapat terus eksis dalam mengarungi dinamika kehidupan tidak lain adalah selalu menghidupkan apa yang disebut oleh Nurcholis Madjid dengan “Etos Ilmiah”.
Etos ilmiah sebagai upaya sadar dan bersemangat dalam mendalami ilmu pengetahuan tentu akan menyuburkan khazanah intelektual dalam iklim positif dan produktif dengan menstimulasi kesadaran berpikir kritis sehingga kreativitas dan inovasi di dunia pendidikan dapat terwujud dengan baik.
Kendala terbesar dalam meningkatkan etos ilmiah di kalangan kaum pembelajar adalah rasa cepat puas diri akan pencapaian yang telah didapat padahal hakikat belajar adalah proses sepanjang hayat, kepuasan tertinggi dalam fase belajar yaitu ketika muncul kesadaran akan pengetahuan yang dimiliki sangatlah terbatas sehingga kegandrungan akan belajar selalu terpelihara.
ADVERTISEMENT
Selain rasa puas diri yang merupakan bencana terbesar kaum pembelajar, kemalasan akut adalah momok yang tidak henti menghampiri. Kemalasan untuk meningkatkan kualitas diri adalah jalur menuju kepasrahan total pada nasib.
Ketika penyerahan dilakukan tanpa adanya upaya dan usaha memperbaiki keadaan sama halnya menjerumuskan diri menuju kegelapan, sebab lentera ilmu hanya dapat dinyalakan melalui niat yang tulus dan usaha pantang menyerah untuk menggapainya.
Berdasarkan tinjauan sekilas di atas, maka dapat diketahui dua hal pokok kendala kaum pembelajar. Selanjutnya penulis ingin menyajikan sebuah pandangan terkait bertebarannya ruang pertemuan dalam jaringan ataupun luar jaringan (Seminar, diskusi, kajian, dll) yang banyak tersedia saat ini, akankah dengan derasnya arus informasi dan jamaknya tempat belajar akan dapat menghadirkan ruang kondusif dalam mengaktualisasikan beberapa gagasan demi peningkatan kualitas pendidikan saat ini atau malah sebaliknya.
Sumber gambar : pixabay.com
Ruang Temu
ADVERTISEMENT
Di zaman serba terbuka seperti saat ini tentu tidaklah sulit untuk membuat sebuah pertemuan demi pertemuan. Pertemuan itu hadir karena adanya keinginan akan sesuatu. Sesuatu yang besar tentu bermula dari kesadaran untuk mewujudkan suatu kondisi yang diinginkan.
Ruang temu adalah tempat terbuka untuk sama-sama meluapkan kegandrungan untuk dapat menambah pengalaman, keilmuan juga berbicara tentang apa saja yang diinginkan, bertanya dan belajar berbagai hal dalam hidup.
Banyaknya ruang yang dapat kita ikuti adalah anugerah zaman dan harus disyukuri, selanjutnya apakah ruang temu yang telah diikuti menghasilkan transformasi ke arah perbaikan atau hanya berhenti sebatas pertemuan.
Ratusan hingga ribuan seminar, kajian dan yang lainnya harusnya dijadikan kanal yang menghantarkan pada pembangunan peradaban. Memang terasa megah jika bangunan ruang temu yang diikuti tercermin dalam konstruksi arus pikiran dan tindakan.
ADVERTISEMENT
Sejauh pembacaan penulis terkadang antusias dalam pertemuan tidak selalu diiringi dengan kesadaran aplikatif dalam membumikan ilmu yang telah didapat, untuk itu komitmen di ruang temu bukan hanya hadir sesuai jadwal yang ditentukan, mencatat materi atau bertanya kepada sang fasilitator.
Selanjutnya harus ada tindak lanjut dari pertemuan minimal ilmu itu tidak berhenti bagi yang hadir saja tetapi dapat dibagikan ke yang lain atau lebih dari itu ruang temu yang diikuti adalah titik tolak menuju perubahan.
Mengoptimalkan ruang temu hendaknya berangkat dari kesungguhan ingin dan mau belajar, kesungguhan ini perlu di pupuk dalam suasana komunikasi yang adaptif dengan perkembangan zaman karena jika pola yang diterapkan masih monoton hanya mengejar kepentingan sesaat (gelar, sertifikat dan macamnya) tidaklah mustahil ruang temu yang bertebaran pada akhirnya bias makna, banyaknya tidak menimbulkan peningkatan kualitas, maka ruang temu perlu menghindari pertemuan yang hanya menyisakan lupa.
ADVERTISEMENT
Setelah Pertemuan
Seharusnya yang paling ditekankan setelah pertemuan adalah manfaatnya dalam praksis kehidupan, mudahnya, ilmu harus amaliah dan amal harus ilmiah. Beranjak dari pertemuan maka refleksi diri merupakan keniscayaan dan harus dilakukan oleh kaum pembelajar.
Tujuan dari ruang temu yang telah diikuti saatnya diterjemahkan dengan nalar sehat agar ilmu yang didapat berlipat ganda. Berbagai tesis yang diajukan para fasilitator saatnya diujicobakan dalam lapangan nyata, berhasilkah atau belum maksimal, dari situlah kita akan berdialektika sehingga perjalanan keilmuan lebih dinamis dan berkembang.
Untuk mewujudkan sesuatu yang baru tidaklah perlu risau dengan perubahan dan perbedaan, sikap berani menyatakan keberatan dengan dalil yang kuat juga perlu dimiliki kaum pembelajar. Berani mengeksplorasi dan ber kreativitas adalah awal dari lahirnya berbagai inovasi baru.
ADVERTISEMENT
Saatnya mengambil peran di tengah meriahnya kemajuan teknologi dan informasi, maju berkarya atau diam tidak melakukan apa-apa. Mencerahkan kehidupan adalah tugas manusia dalam sejarah. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang setiap detiknya, Alam raya adalah tempat belajar terindah, Apakah kita hanya bisa terperangah sembari berkata “ Ya Sudahlah”.