Bagaimana Donald Trump Merencanakan Kemenangannya

Muhammad Fahreihan Fatahillah
media yang memberikan opini berbentuk esai yang berlandaskan kajian atas kejadian di sekitar kita.
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2020 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fahreihan Fatahillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Donald Trump Wallpaper. Foto: wallpapercave
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump Wallpaper. Foto: wallpapercave
ADVERTISEMENT
Hanya beberapa bulan lagi pemilihan umum akan dilaksanakan, pengejaran tanpa akhir dari citra kesuksesan Donald Trump yang dengan hati-hati ia ciptakan berlahan semakin memburuk. Posisi yang sekarang dimiliki seharusnya berkuasa dalam membantu lebih jauh memperkuat citranya, justru malah menjadi awal dari merosotnya citra Amerika di kalangan sekutu lama setahun sesudah Presiden Donald Trump melontarkan kata-kata sengit terhadap negara-negara seperti Kanada dan Jerman, demikian menurut Pew Research Center, seperti dilaporkan oleh Reuters.
ADVERTISEMENT
Memiliki nama lengkap Donald Jhon Trump, dia lahir pada 14 Juni 1946 di New York, Amerika Serikat. Trump dikenal sebagai pengembang dan pengusaha real estate dengan kekayaan sekitar US$ 3-10 miliar. Trump mengukir sejarah baru di Amerika sebagai pengusaha pertama yang menjadi presiden Amerika. Namun, sebelum seperti sekarang ini, banyak rintangan yang sudah dia lalui. Mulai dari harus sekolah di militer akibat kelakuan buruknya, bisnis yang bangkrut, hingga dihidupkan kembali sebagai public figure.
Trump selama 40 tahun hidupnya telah dikukuhkan dengan citra yang kasar dan vulgar sehingga menjadi bahan olokan. Namun, dua penulis biografinya menilai, kepribadian Trump terdiri dari tiga kata, yaitu cinta diri sendiri. Percaya tidak percaya, sikap narsisme yang sering ia tunjukkan dengan ekspresi wajah yang sangat optimis akan suatu hal tampak sangat percaya diri. Dengan sikap seperti itu, Trump mampu memberikan energi positif. Orang-orang akan menilai bahwa Trump benar-benar bisa melakukan apa yang ia katakan.
ADVERTISEMENT
Sikap pantang menyerah yang dimiliki Donald Trump juga bukanlah isapan jempol belaka, seluruh hidupnya yang telah dia dedikasi pada kesuksesan telah membuahkan banyak hasil. Bagaimanapun juga, sudah seharusnya segala sesuatu yang sudah dia dapatkan menjadi hal yang layak dipertahankan, bahkan sangatlah wajar jika dia akan melakukan segala cara agar dapat terpilih kembali menjadi presiden Amerika periode selanjutnya. Lantas strategi apa yang akan dia gunakan dalam pemilihan pemilu yang beberapa bulan lagi akan berlangsung.
Presiden AS Donald Trump diperkirakan sudah merencanakan skenario sebagai upaya mempertahankan kekuasaannya jika terjadi kekalahan dalam pemilihan AS pada November mendatang. Joe Biden selaku kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat mengatakan bahwa Trump akan menunda pelaksanaan pemilihan presiden Amerika Serikat 2020. Menurut Biden, upaya tersebut dilakukan agar Trump menang di pemilihan presiden mendatang.
ADVERTISEMENT
“Catat kata-kata saya, saya pikir dia akan mencoba untuk menunda pemilihan, entah bagaimana,” kata Joe Biden, Kamis malam (23/4/2020). Banyak pengamat mengatakan, enam bulan sebelum pemilihan, pikiran Trump sudah terarah pada pemilu. Namun peluang Trump untuk menang kian menipis diakibatkan wabah virus corona yang masih merebak dan ditambah lagi dengan 26,4 juta orang yang kehilangan pekerjaan. Trump sepertinya benar-benar harus menemukan langkah terbaiknya agar bisa terpilih kembali menjadi presiden Amerika Serikat.
Namun sangat disayangkan, upayanya dalam memperbaiki citranya justru semakin memburuk. Upaya Trump dalam menangani penyebaran covid-19 ternyata juga mengikutsertakan kepentingan pilpres AS. Pada awal bulan april lalu, Trump menegaskan bahwa semua perusahaan Amerika dapat kembali bekerja pada tanggal 12 April nanti.
ADVERTISEMENT
Joe Biden selaku kandidat presiden Partai Demokrat AS langsung mengkritik pedas pernyataan Trump. Biden memperingatkan dimulainya kembali pekerjaan yang terburu-buru dapat menyebabkan bencana besar. Kamar Dagang Amerika juga mendesak untuk mengikuti saran dari para profesional medis dan tidak melanjutkan pekerjaan dengan gegabah. Lantas mengapa Trump sangat ingin memulai kembali ekonomi AS tanpa memikirkan dampak penyebaran covid-19?
Menurut Bloomberg Business Week, bagi Trump, pandemi ini datang terlalu mendadak. Kedatangannya bertepatan dengan tahun pemilu AS. Sedangkan penilaian voters dalam menentukan presiden selanjutnya juga salah satunya berdasarkan situasi ekonomi pada tahun pemilu. Menurutnya, yang terpenting sekarang warga memiliki pekerjaan dan penghasilan. Namun tidak berlangsung lama setelah pernyataan tersebut, dampak yang dirasakan Amerika justru sebaliknya. Pada tanggal 12 juli 2020, Florida sebagai negara bagian ini menembus rekor angka nasional dengan melaporkan kasus covid-19 sebanyak 15.300 dalam 24 jam.
ADVERTISEMENT
Presiden Trump tampaknya sangat putus asa dalam mengamankan kekuasaannya pada periode selanjutnya. Seperti yang di lansir dari independent (3/7/2020), Kali ini mantan senator dari Partai Demokrat, Tim Wirth, menuduh Trump akan berusaha untuk mempertahankan kekuasaan melalui penindasan suara pemilih. Wirth meyakini bahwa lokasi pemungutan suara fisik akan dibatasi. Menurut imajinasinya, pemungutan suara fisik secara terbatas ini bertujuan agar hari pemilihan berlangsung panjang dan mematahkan semangat untuk melakukan pemilihan.
Beberapa pengamat juga meyakini bahwa telah terjadinya penurunan kinerja dari kantor pos setelah Louis Dejoy selaku donatur kampanye Trump telah mengambil alih kepala kantor pos Amerika Serikat. Dia di angkat oleh Trump lantaran perusahaan yang sudah merugi USD 2,2 miliar (Rp 32 triliun) pada kuartal II 2020. Jika memang diangkatnya Dejoy untuk memperbaiki kantor pos Amerika Serikat, lantas mengapa setelah kepemimpinannya justru terjadi penurunan kinerja?
ADVERTISEMENT
Demokrat jelas telah dibuat resah oleh Trump. Di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang, banyak pemberi suara yang memilih berpartisipasi via surat dan sebagian besar di antaranya adalah pendukung Demokrat. Sebab, para pendukung Trump kebanyakan adalah masyarakat yang tidak percaya pada wabah covid. Maka, mereka akan tetap datang ke tempat-tempat pemungutan suara.
Menurut Wirth, cara Trump mempertahankan kekuasaan di pemilihan umum 2020, tidak akan berakhir hanya di kotak suara. Dia percaya jika Trump kalah, dia akan mengklaim bahwa pungutan suara telah dicurangi dan Trump akan mengambil langkah kompleks dengan menggandeng aliansinya.
Pada akhirnya, rencana pemilihan yang diulang adalah fokus trump dalam sabotase dan penundaan layanan pos dalam upaya pencegahan surat suara datang tepat waktu untuk dihitung, dan akan menyatakan kemenangan dengan cara menyalahkan surat suara yang berada di swing state telah di sabotase, lalu dia bisa meminta kekuatan darurat untuk meluncurkan departemen kehakiman agar menyelidiki dugaan sabotase.
ADVERTISEMENT