Konten dari Pengguna

Demonstrasi Buruh 2025: LMID Soroti Militerisasi Kampus dan Krisis Pendidikan

Fathan Muslimin Alhaq
Content Writer (Freelance) - Journalism Student at Esa Unggul University - Writer Enthusiast
1 Mei 2025 21:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathan Muslimin Alhaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi Demonstrasi LMID | Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Demonstrasi LMID | Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Demonstrasi buruh 2025 kembali menggema di berbagai kota besar Indonesia, termasuk Jakarta. Di tengah lautan massa dan tuntutan soal upah, suara mahasiswa juga ikut menggema.
ADVERTISEMENT
Hari buruh menjadi momen bagi Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) untuk menyatakan dukungan terhadap aksi buruh. Namun, mereka membawa isu tambahan yang tak kalah genting yaitu militerisasi kampus dan krisis pendidikan.
Ketua Umum Eksekutif Nasional LMID, Tegar Afriansyah, menegaskan bahwa pendidikan nasional kini dalam kondisi darurat. "Kampus hari ini tak lagi jadi ruang aman bagi berpikir kritis. Tentara masuk, mahasiswa dibungkam," ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Bagi LMID, gerakan buruh dan mahasiswa tidak bisa dipisahkan. Keduanya menghadapi represi yang sama, hanya dengan bentuk yang berbeda.

Kampus dan Bayang-Bayang Seragam Loreng

Isu militerisasi kampus bukan sekadar bumbu teori konspirasi. Beberapa tahun terakhir, keterlibatan aparat keamanan dalam aktivitas kampus semakin nyata.
Bukan hanya dalam bentuk pengawasan, tapi juga pelatihan wajib semi-militer di sejumlah perguruan tinggi. Ini dianggap sebagai cara sistemik untuk melemahkan daya kritis mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Tegar Afriansyah menilai kondisi ini membahayakan demokrasi. "Saat ruang akademik dikuasai militer, maka cita-cita pendidikan kritis musnah," tegasnya.
LMID juga menyoroti intervensi dalam organisasi mahasiswa. Beberapa kampus melarang diskusi publik atau pembentukan serikat mahasiswa.
Di tengah situasi itu, LMID menyerukan perlawanan bukan hanya di jalan, tapi juga di ruang kelas.

Pendidikan Mahal, Mimpi Mahasiswa Makin Mustahil

Ketua Umum LMID, Tegar Afriansyah | Dokumentasi Pribadi
Di balik militerisasi kampus, krisis biaya pendidikan juga menjadi momok. LMID menyoroti kesenjangan biaya kuliah antara mahasiswa lokal dan internasional.
Menurut LMID, hal ini menciptakan stratifikasi dalam akses pendidikan. Pendidikan akhirnya hanya jadi hak kaum elite.
Bagi banyak mahasiswa dari kelas pekerja, mimpi mengejar ilmu perlahan redup. LMID menyebut pendidikan nasional tak lagi mencerminkan asas keadilan sosial.
ADVERTISEMENT
"Tanpa pendidikan demokratis dan gratis, mahasiswa hanya jadi pelanggan, bukan warga negara yang sadar," tambahnya.

Mahasiswa dan Buruh Harus Satu Barisan

Dalam demonstrasi buruh yang diadakan di depan gedung DPR RI ini, LMID mendorong lahirnya aliansi strategis antara mahasiswa dan pekerja. Mereka menyebutnya “persatuan kelas tertindas”.
Menurut Tegar, tidak ada perubahan sosial tanpa kekuatan kolektif yang terorganisir. Ia menyebut kerja sama mahasiswa dan buruh sebagai ‘fondasi sejarah gerakan rakyat’.
"Kalau buruh ditindas di pabrik, mahasiswa dikekang di kampus. Ini dua sisi dari koin yang sama," katanya.
LMID percaya, perubahan tak lahir dari elite politik, tapi dari akar rumput yang sadar dan bersatu. Maka, seruan mereka jelas: dari kampus ke jalanan, lawan penindasan di segala bentuknya.
ADVERTISEMENT