Konten dari Pengguna

Limbah Nuklir Jepang: Limitasi Eksternalisme dalam Hubungan Internasional?

Fathanaditya R
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Magister Ilmu Hubungan Internasional Minat Khusus Digital Transformation and Competitiveness
30 Agustus 2023 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathanaditya R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi area nuklir. Foto: Unsplash Free Licensed
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi area nuklir. Foto: Unsplash Free Licensed
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa saat lalu masyarakat Internasional telah dihebohkan dengan langkah yang telah dilakukan Jepang dengan membuang air limbah nuklir Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik yang mengandung radioaktif hasil dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dengan pembuangan air limbah nuklir tersebut memunculkan banyak kontroversi seperti adanya aksi penolakan dari warga jepang, kritik dari nelayan sekitar, dan respons Tiongkok mulai memberhentikan dan membatasi produk laut dari Jepang.
ADVERTISEMENT
Dapat diketahui bahwa dengan adanya pembuangan air limbah nuklir Fukushima ke laut, kita dapat melihat bentuk limitasi eksternalisme dalam studi Hubungan Internasional, dikarenakan studi Hubungan Internasional yang diketahui oleh masyarakat umum adalah Interaksi dari aktor negara maupun aktor Internasional dalam skala global.
Dan sering sekali ada jarak antara ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap studi Hubungan Internasional tradisional, limbah nuklir Jepang sebagai studi kasusnya, umumnya Hubungan Internasional akan melihat dampak regional dan Internasional, keamanan dan pembatasan nuklir, transparansi dan pengawasan Internasional, diplomasi publik dan persepsi publik ,dan kerja sama Internasional.
Konsep limitasi eksternalisme dalam Hubungan Internasional hadir dalam buku Science, Technology, and Art in International Relations karya J.P Singh, Madeline Carr dan Renée Marlin-Bennett yang menjelaskan bahwa aspek-aspek sains dan teknologi diakui dan memiliki keterlibatan penting dalam Hubungan Internasional.
Ilustrasi pencemaran laut. Foto: Unsplash Free Licensed
Dengan limitasi eksternalisme kita dapat melihat Hubungan Internasional ini sebenarnya juga dapat meneliti dari aspek teknologi dan sains seperti dalam kasus limbah nuklir Jepang ini. Cara Jepang dalam menggunakan teknologi dan sains yang canggih pada pengolahan air limbah nuklir tersebut dan memastikan bahwa air tersebut dapat diolah secara benar. Perlu adanya diskusi yang komprehensif dengan membawa banyak negara maupun aktor Internasional sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia, lingkungan dan meminimalisasi adanya kecaman Internasional.
ADVERTISEMENT
Penggunaan elemen-elemen teknologi dan sains seperti pemisahan isotop, proses desalinasi, pemodelan komputer, pengendalian jarak jauh dan robotika, serta teknologi-teknologi lain akan menjadi dasar yang sangat relevan dalam analisis hubungan Internasional terkait kasus pembuangan limbah nuklir Jepang ini. Sehingga dengan melibatkan teknologi dan sains dalam hubungan internasional dapat mencakup isu yang luas dan dapat memberikan pemahaman atas tantangan baru yang akan muncul.