Konten dari Pengguna

Inovatif! Limbah Pertanian Menjadi Briket sebagai Sumber Energi Alternatif

Fathia Rizki Amalia
Saya seorang mahasiswi Universitas Diponegoro dari Fakultas Sains dan Matematika, Prodi Biologi
15 Agustus 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathia Rizki Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pelaksanaan Proker
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pelaksanaan Proker
ADVERTISEMENT
Kulurejo, Nguntoronadi, Wonogiri - Desa Kulurejo merupakan kawasan agraris yang menghasilkan banyak limbah pertanian, salah satu di antaranya adalah bonggol jagung serta sekam padi. Limbah tersebut sering kali tidak dimanfaatkan dengan baik atau bahkan dibuang secara cuma-cuma, tetapi faktanya limbah pertanian memiliki potensi yang tinggi jika diolah dengan baik. Melihat potensi tersebut, Mahasiswa KKN TIM 2 Universitas Diponegoro tahun 2024 melaksanakan program multidisiplin di Desa Kulurejo yang berfokus pada edukasi dan pendampingan pembuatan briket dari bahan dasar bonggol jagung dan sekam padi. Program ini dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2024 berlokasikan di posko KKN. Mahasiswa Universitas Diponegoro melihat potensi besar dari limbah pertanian ini dan berinisiatif untuk memberikan nilai tambah bagi para petani dengan mengubah limbah tersebut menjadi briket yang bernilai ekonomis.
ADVERTISEMENT
Briket merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari material padat, seperti kayu, arang, dan limbah pertanian maupun biomassa lainnya dan dipadatkan agar dapat berbentuk seperti blok atau silinder. Briker dimanfaatkan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan karena bahan bakunya yang berasal dari limbah sehingga dapat mengurangi limbah dan polusi. Briket mempunyai nilai kalor yang tinggi sehingga lebih efektif penggunannya dalam keperluan memasak, pemanas ruangan maupun industri kecil. Penggunaan briket dinilai lebih ekonomis dan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan akses terhadap bahan bakar fosil.
Produk Briket dari Bonggol Jagung dan Sekam Padi
Dalam pelaksanaan program, mahasiswa memberikan edukasi kepada masyarakat desa mengenai proses pembuatan briket. Edukasi ini mencakup pengenalan bahan baku, pengolahan, hingga tahapan produksi. Tahapan pembuatan briket dimulai dengan pengumpulan dan pengeringan bonggol jagung serta sekam padi. Setelah bahan-bahan tersebut kering, mereka dihancurkan menjadi serbuk halus menggunakan alat penggiling, yang kemudian dicampur dengan perekat alami seperti tepung tapioka untuk membentuk adonan briket. Langkah selanjutnya adalah mencetak adonan tersebut menjadi briket dengan menggunakan cetakan khusus. Mahasiswa mengajarkan teknik pencetakan yang tepat agar briket memiliki bentuk yang konsisten dan kokoh. Setelah dicetak, briket menjalani proses pengeringan, baik secara alami di bawah sinar matahari maupun dengan oven pengering, hingga briket benar-benar kering dan siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
ADVERTISEMENT
Program ini tidak hanya berhenti pada edukasi teori, tetapi juga melibatkan pendampingan langsung di lapangan. Mahasiswa mendampingi para petani dalam setiap langkah pembuatan briket, mulai dari pengumpulan bahan baku hingga proses pencetakan dan pengeringan. Pendampingan ini bertujuan untuk memastikan bahwa para petani mampu mempraktikkan pengetahuan yang telah mereka terima secara mandiri dan dapat mengembangkan usaha briket ini sebagai sumber pendapatan tambahan.
Program pembuatan briket dari limbah pertanian ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa dan masyarakat setempat. Mahasiswa Universitas Diponegoro berharap bahwa inisiatif ini dapat berkelanjutan dan diterapkan di desa-desa lain yang memiliki potensi serupa, sehingga semakin banyak petani yang dapat merasakan manfaat ekonomi dari pengelolaan limbah pertanian. Dengan program ini, Desa Kulurejo berpotensi menjadi contoh sukses dalam inovasi pertanian berkelanjutan.
ADVERTISEMENT