Konten dari Pengguna

Gerombolan Semut, RKUHP dan Hari Anti Korupsi

Fathin Robbani Sukmana
Penulis dan Pengamat Kebijakan Publik, Manajer Riset, Publikasi dan Media di Seknas LS-VINUS
7 Desember 2022 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathin Robbani Sukmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Segerombolan Semut yang Berbaris
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Segerombolan Semut yang Berbaris
ADVERTISEMENT
Sabtu lalu, akhirnya saya bisa menikmati istirahat di kamar kost setelah hampir 30 hari berkelana mencari sesuap nasi. Saat istirahat di kasur menghadap pintu, saya sedikit terganggu dengan gerombolan semut yang sedang baris berbaris layaknya pasukan bendera di depan kamar saya.
ADVERTISEMENT
Entah mengapa, hari itu saya penasaran terhadap semut yang baris berbaris menuju markas mereka tanpa membawa apa-apa. Saya mengamati dengan seksama barisan semut yang sangat rapi membuat saya sedikit bergetar karena mereka sangat kompak layaknya tentara.
Seketika, saya ingin coba iseng karena “kegabutan” saya menikmati hari istirahat. Saya coba menyimpan martabak manis sisa semalam di dekat barisan semut yang kokoh tersebut. Awalnya tidak ada yang menghampiri hingga akhirnya saya tinggalkan.
Beberapa menit kemudian setelah saya sedikit membaca buku saya amati kembali semut-semut yang berbaris di lantai tersebut. Mereka sudah mengelilingi martabak yang saya simpan, dan bergantian mengambil potongan kecil lalu membawanya ke lubang kecil tak jauh dari pintu kamar kos saya.
ADVERTISEMENT
Mereka dengan hati-hati membawa potongan kecil, saling berbaris dan mengantre, ukuran potongan tersebut terlihat sama, seperti sudah ada komando walau saya melihat tidak ada semut yang dominan dalam gotong royong tersebut.

Hukuman Semut dan Hukuman Korupsi RKUHP

Saya selalu kagum dan bahagia ketika melihat semut yang berbaris di dinding maupun di lantai, mereka sangat disiplin, tidak saling rebut, tidak saling menyalip dan sabar menunggu antrean jika terjadi antrean.
Lalu saya meninggalkan sejenak gerombolan semut tersebut, dan sedikit berpikir bahwa semut sebagai sebuah kesatuan bisa dijadikan contoh. Mereka bisa melakukan sesuatu dengan disiplin dan tentu memiliki harap bahwa manusia bisa seperti itu walaupun secara sosiologis di beberapa tempat akan sulit disiplin.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian, ada sedikit pandangan yang membuat perhatian saya kembali ke barisan semut yang sedang bekerja. Ada dua semut yang berusaha untuk keluar jalur tanpa baris berbaris. Sekilas semut tersebut lebih besar dan lebih hitam dari pasukan lainnya.
Awalnya saya mengira, dua semut tersebut bukan bagian dari kelompok yang sedang baris berbaris. Ternyata mereka merupakan semut yang sedikit “nakal” karena keluar barisan dan mementingkan potongan martabak untuk mereka sendiri.
Kedua semut tersebut, dihampiri oleh salah satu semut yang sedikit besar ukurannya dan mengejarnya dengan cepat. Mungkin karena bawaan kedua semut tersebut terlihat berat, mereka terkejar oleh satu semut besar yang menghampiri.
Saya mengamati dengan seksama, mereka seakan berbincang. Cukup lama, saya tidak mengerti apa yang mereka perbincangkan, tapi saya mengira mereka sedang dalam perdebatan yang sengit akibat membawa potongan martabak ke luar barisan.
ADVERTISEMENT
Saya membayangkan semut yang agak besar seperti pengawas. Dengan tegasnya bertanya kepada dua semut yang keluar barisan.
“Kalian mau ke mana?”, “Kami ingin membawa ke tempat lain,” Ujar kedua semut yang keluar barisan. Tak lama kemudian datang beberapa semut yang sepertinya lebih muda dengan badan yang lebih kecil dari ketiga semut tersebut.
Segerembolan semut yang terpisah dari barisan itu akhirnya berjalan ke sarang mereka, perlahan. Kedua semut yang melanggar diposisikan di tengah, sehingga saya memahami bahwa dua semut tersebut seperti tahanan.’
Ya mereka bersalah karena mencoba untuk memperkaya diri sendiri atau ingin makanan itu dikonsumsi sendiri tanpa disimpan di gudang penyimpanan semut seperti di film-film. Karena biasanya kawanan semut tidak membawa makanannya untuk diri sendiri tetapi untuk satuan kawanan yang ada.
ADVERTISEMENT
Ketika semut-semut bermasalah itu berlalu, saya yakin mereka akan diadili sesuai ketentuan semut yang berlaku. Bukan malah mengurangi hukuman bagi pelaku korupsi seperti pada RKUHP yang baru saja disahkan oleh DPR.
Pelaku korupsi perlu dihukum berat karena merugikan banyak orang. Belum lagi, banyak hal yang tertunda akibat perilaku korupsi. Mereka hanya mempedulikan diri sendiri seperti dua semut yang memilih keluar barisan dan membawa makannya. Maka seharusnya semut-semut itu dihukum berat sesuai regulasi, namun apa daya ternyata regulasi terhadap hukuman korupsi juga ternyata lemah.

Anak Muda dan Hari Anti Korupsi

Setelah drama semut seperti drama Korea tadi, saya melihat kembali situasi makanan yang diambil oleh semut-semut kecil. Sudah tinggal dikit, namun ada beberapa semut yang sepertinya masih tangguh berkumpul.
ADVERTISEMENT
Saya tidak yakin apa yang mereka perbincangan, namun sepertinya membicarakan keserakahan dan keegoisan dua semut yang ada. Mereka seakan mengajarkan kepada semut-semut yang masih berusia muda untuk tidak mengikuti perilaku dua semut yang korupsi.
Terkadang, perilaku korupsi bukan hanya diajarkan sosialisasi di dalam kelas, tetapi disampaikan kepada anak-anak yang nongkrong seperti semut yang bergerombol di sisi lain. Hal terkecil seperti peduli sesama bisa mencegah perilaku korupsi terjadi.
Tentu, harapannya di Hari Anti Korupsi Se-Dunia, anak-anak muda bisa berperan untuk saling peduli untuk menciptakan perilaku anti korupsi. Bukan hanya sosialisasi di kelas tetapi di semua tempat yang anak muda sukai.
Salam Damai
Fathin Robbani Sukmana, Penulis