Melihat Sisi Lain Debat Pertama Capres dan Cawapres

Fathin Robbani Sukmana
Penulis dan Pengamat Kebijakan Publik, Manajer Riset, Publikasi dan Media di Seknas LS-VINUS
Konten dari Pengguna
14 Desember 2023 11:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathin Robbani Sukmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tiga Pasangan Capres dan Cawapres || Sumber : Kumparan.com/
zoom-in-whitePerbesar
Tiga Pasangan Capres dan Cawapres || Sumber : Kumparan.com/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
12 Desember atau 12.12 dikenal sebagai hari belanja online nasional namun tahun ini berbeda, 12.12 kali ini adalah pelaksanaan debat Capres dan Cawapres 2024 jilid pertama. Hebatnya lagi, masyarakat tidak hanya antusias dengan diskon harbolnas namun juga menunggu dan melihat jalannya debat.
ADVERTISEMENT
Debat pada Selasa malam menurut saya sangat menarik untuk disaksikan, bahkan tidak hanya sekali tayangan, saya sendiri sudah melihat debat tersebut kedua kalinya secara utuh.
Jika kita lihat, debat pertama Capres penuh dengan gagasan, emosional hingga juga beberapa gelak tawa sehingga para pendukung berteriak dengan riang gembira.
Tapi yang jelas pagi ini (13/12) seluruh media sosial ramai dengan berbagai potongan video debat hingga tanggapan tokoh dan tak ketinggalan warganet yang ikut meramaikan hasil debat semalam.
Lalu, saya melihat beberapa istilah-istilah baru yang ramai di media sosial contohnya adalah wakanda no more, Indonesia forever hingga istilah angin memiliki KTP.
Namun tetap saya menilai masih banyak blunder yang diciptakan para kandidat, ya memang manusia tidak bisa sempurna, namun setidaknya kecerobohan yang diciptakan masih dalam batas wajar tidak seperti kekalahan Manchester United.
ADVERTISEMENT

Apresiasi untuk KPU, Membuat Debat Capres dan Cawapres Lebih Berwarna

Dalam debat Capres dan Cawapres jilid satu ini perlu diapresiasi, konsep debat sudah sedikit mencair dibandingkan debat pada Pemilu sebelumnya, salah yang kontras adalah tanpa adanya mimbar.
Lalu, tempat duduk pun dibuat berbeda, di tahun 2019, posisi duduk pendukung hanya dibuat dengan konsep U, para kandidat di depan serta di belakang layar ada layar besar. Namun untuk debat kali ini posisi duduk penonton dibuat memutar dan membuat suasana debat menjadi hidup.
Tentunya konsep teknis seperti ini perlu diapresiasi, KPU sudah mulai keluar dari Zona yang kaku dalam pelaksanaan debat Capres dan Cawapres. Meskipun demikian, dari sisi materi debat, KPU masih banyak kekurangan dalam beberapa aspek sehingga tidak hanya apresiasi, usulan perbaikan pun harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Saya menyaksikan debat pertama capres seperti tidak fokus, terlalu banyak tema dan sub tema sehingga kedalaman visi, misi dan kemampuan capres belum bisa terlihat, karena bagi saya debat kandidat merupakan salah satu sarana untuk menguji kesiapan setiap calon dalam mempersiapkan langkah ke depan.
Lalu isu dan pertanyaan yang diangkat tidak jauh berbeda dengan pemilu sebelumnya seperti kasus HAM Prabowo hingga isu yang berputar di persoalan Ibukota Nusantara atau IKN.
Ketiga dalam isu pelayanan masyarakat tidak ada pembaharuan, masing-masing hanya membanggakan hasil kerja mereka saja, padahal isu mengenai migrasi e-KTP menjadi Identitas Kependudukan Digital (IKD) tidak kalah penting karena masih dalam lingkup pelayanan masyarakat.
Selanjutnya, tidak ada isu mengenai Hukum dan HAM yang terkini, hanya kasus di Stadion Kanjuruhan dan KM 50 saja yang sempat dibahas oleh salah satu paslon, padahal masih ada kasus lain seperti dibungkamnya aktivis Fathia dan Haris Azhar hingga warga yang ditangkap akibat menolak pembangunan proyek strategis nasional.
ADVERTISEMENT
Terakhir, saya melihat belum adanya pertanyaan mengenai kepastian Hukum dan HAM bagi anak-anak muda di masa depan, serta panelis yang mewakili generasi muda khususnya Gen Z, karena kita semua tahu, Pemilu 2024 didominasi oleh pemilih yang berusia di bawah 40 tahun.

Melihat Sisi Lain Debat Capres dan Cawapres

Jika melihat semua hiruk pikuk serta di luar kelebihan dan kekurangan debat Capres maupun Cawapres jilid pertama, tentu saya melihat sisi lain yang tidak kalah menarik dari serangkaian kegiatan debat.
Salah satunya adalah melihat indahnya pertemuan Gibran putra Presiden Jokowi beserta anak dari Ganjar Pranowo yaitu Alam Ganjar yang duduk berseberangan dengan Gibran.
Dalam video tersebut, terlihat Gibran Rakabuming Raka berjalan ke arah belakang lalu Alam Ganjar menghampirinya serta bersalaman layaknya seorang sahabat. Saya melihat ini adalah fenomena yang sangat langka melihat keakraban Cawapres bersama anak dari Capres lain.
ADVERTISEMENT
Ya, tentu kita ketahui bersama Gibran yang menjabat Wali Kota Solo tentu memiliki kedekatan khusus dengan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, bahkan dalam beberapa kesempatan saat keduanya menjabat kehangatan dan keakraban sangat diperlihatkan.
Bukan hanya Ganjar dan Gibran namun juga keluarganya yang pada lebaran lalu saling mengunjungi sehingga suasana kekeluargaan sudah terbentuk sejak lama dan dipertemukan dalam sekitar ring debat Capres dan Cawapres.
Selanjutnya saya melihat satu fenomena yang jarang terjadi, yaitu momentum setelah debat ketika tiga pasangan Capres bergandengan tangan di depan, di belakang ketiga pasangan Cawapres pun ikut berpelukan dan bersalaman.
Terlihat dalam layar bahwa Mahfud MD, Gibran dan juga Gus Imin saling menyalami, berpelukan hingga bersenda gurau, tidak tahu apa yang mereka bahas namun kehangatan dan kekeluargaan sangat terlihat di arena yang panas.
ADVERTISEMENT
Saya menganggap debat Capres jilid satu ini adalah sebuah kelebihan dan keniscayaan agar kita bersyukur, karena seluruh pasangan calon terlihat sangat akbar dan penuh rasa kekeluargaan.
Saya yakin tujuannya adalah agar masyarakat pun dapat bersatu walaupun dalam suasana berkompetisi, paslon satu, dua maupun tiga sedang menunjukkan contoh agar mereka tidak saling baku hantam di dunia nyata maupun di dunia maya.
Ketika semua paslon mengusung pemilu yang damai, ramah dan tidak berisik, seharusnya tim sukses, pendukung fanatik hingga simpatisan pun ikut melakukannya agar tidak lagi terjadi perpecahan, jangan sampai kejadian di 2019, tetangga, teman hingga pasangan rusak hubungannya akibat beda pilihan dalam Pilpres.
Lalu dalam dunia digital bagi para buzzer, saya tahu itu adalah mata pencaharian kalian, tapi cukup membela paslon sewajarnya serta bertarung narasi dalam media sosial agar tensi politik terus stabil hingga pembacaan hasil.
ADVERTISEMENT
Terakhir, siapa Capres dan Cawapres pilihan saya? Ah biarlah tidak ada yang tahu kecuali ada yang meminang saya untuk bergabung dengan tim pemenangan hehe.