Konten dari Pengguna

Platform Merdeka Mengajar, Akankah Kualitas Pembelajaran Meningkat?

Fathin Robbani Sukmana
Penulis dan Pengamat Kebijakan Publik, Manajer Riset, Publikasi dan Media di Seknas LS-VINUS
3 Maret 2022 21:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathin Robbani Sukmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Dalam Melakukan Proses Pembelajaran || Sumber : Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Guru Dalam Melakukan Proses Pembelajaran || Sumber : Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Semenjak Pandemi, mungkin pembelajaran dari rumah secara daring membuat siswa dan guru terbiasa melakukan proses belajar mengajar di luar kelas. Bahkan beberapa cukup melakukan interaksi dan pemberian tugas dari chat Whatsapp saja.
ADVERTISEMENT
Bisa kita lihat, selama proses belajar mengajar selama pandemi banyak menggunakan aplikasi pertemuan virtual dan juga aplikasi pesan singkat. Kapan lagi, proses belajar mengajar resmi hanya menggunakan aplikasi pesan singkat seperti kita berinteraksi dengan "Ayang".
Sebetulnya, pembelajaran daring sudah banyak dilakukan. Namun untuk secara resmi hanya berupa pembelajaran tambahan oleh lembaga-lembaga les untuk menambah suplemen pengetahuan yang tidak sempat atau tidak didapat pada proses pembelajaran di sekolah.
Adaptasi model pembelajaran yang baru karena dipaksa oleh negara api, eh oleh Virus Covid telah berkembang dengan cepat, walaupun awalnya terkaget-kaget karena terbiasa belajar tatap muka dengan guru dan mengerjakan ujian dengan “mengambil sumber” dari teman sebelah, tiba-tiba harus belajar dari rumah dan terkadang diperbolehkan ujian dengan mengambil dari “sumber yang ada”.
ADVERTISEMENT

Platform Merdeka Mengajar, Teknologi Untuk Membantu Guru

Platform Merdeka Belajar merupakan teknologi pendukung agar guru dapat melaksanakan dengan baik kurikulum merdeka serta meningkatkan kompetensi sebagai pengajar dan juga meningkatkan karier-nya (Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. 2020)
Saya mengira Platform Merdeka Mengajar seperti aplikasi bimbel yang suka menyewa seluruh stasiun televisi setiap ulang tahunnya. Namun dugaan saya salah, Platform Merdeka Mengajar lebih menekankan agar guru lebih mudah dalam mewujudkan pelajar Pancasila.
Visi dari Platform Merdeka Mengajar adalah menciptakan ekosistem kolaboratif untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran dan iklim kerja yang positif dengan membentuk konten berbasis kontribusi, komunitas belajar daring, dan beberapa misi lainnya.
Platform Merdeka Mengajar ini dilengkapi dengan fitur mengajar, sepertinya berupa referensi agar guru mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Dan juga ada fitur Asesmen Murid yang dipergunakan untuk membantu guru.
ADVERTISEMENT
Asesmen Murid ini agar guru mudah melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan dan juga perkembangan yang sudah dilakukan oleh peserta didik.
Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi guru, tim Mas Menteri Nadiem Makarim menambahkan fitur Belajar. Di dalamnya terdapat pelatihan mandiri bagi guru untuk bisa diakses secara mandiri dan memperoleh materi-materi yang berkualitas.
Selain itu, pada fitur belajar ini ditambahkan fasilitas Video Inspirasi untuk mengembangkan diri seorang guru dan dapat diakses dengan tidak ada batasan. Dalam video inspiratif ini ada beberapa cara agar guru dapat meningkatkan kompetensinya.
Melalui Platform ini, Guru didorong untuk berkarya dan menyediakan wadah berbagi praktik. Contohnya guru bisa membagikan portofolio karya bisa berupa tulisan maupun video untuk selalu berbagi inspirasi dan juga kolaborasi.
ADVERTISEMENT

Akankah Kualitas Pembelajaran Meningkat?

Pertanyaan ini akan pasti selalu muncul untuk merespons kemunculan dari Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Pasalnya (Mohon Maaf) terkadang masih ada guru yang kualitasnya mengajarnya masih kurang.
Contohnya saja, seharusnya proses pembelajaran dilakukan secara menyenangkan akan tetapi malah dilakukan membosankan. Khususnya jika pembelajaran dengan metode daring yang sudah dilakukan semenjak pandemi.
Bayangkan saja, masih ada tenaga pendidik yang bermalas-malasan mengajar dengan hanya memberikan tugas tanpa membuat proses berpikir siswa menjadi lebih matang dan juga siap untuk menghadapi masa depan.
Saya kira, akan tetap percuma walaupun kurikulum dan platform yang sudah bagus ini, jika pemerintah melupakan beberapa hal yang membuat guru menjadi berkualitas dan konsisten dalam mengajarkan proses berpikir siswa.
ADVERTISEMENT
Guru yang berkualitas yaitu guru yang berkompeten memahami tugas dan fungsinya sebagai seorang guru. Kita bisa ingat apa yang disampaikan Barfom dalam Suparlan (2005:92) guru yang kompeten adalah guru yang mampu melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
Dari apa yang disampaikan Barfom maka guru yang kompeten merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan kompetensinya. Jangan sampai guru hanya cenderung memenuhi target minimal dari keseluruhan capaian yang diharapkan dalam proses belajar mengajar (Suyanto, 2001:142).
Walaupun dengan adanya Platform Merdeka Mengajar ini, menurut saya pemerintah jangan sampai menghilangkan peningkatan kompetensi dan profesi guru. Walaupun dapat diakses secara mandiri, pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan kompetensi guru melalui sertifikasi ataupun pelatihan-pelatihan yang ada.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak instrumen pelatihan baik melalui Platform Merdeka Mengajar ataupun instrumen secara luring, saya yakin kompetensi guru akan terus meningkat sebagaimana yang disebutkan Barfom. Apalagi dengan kurikulum Merdeka yang sedikit berbeda cara mengajarnya. Yaitu menggunakan cara kolaborasi.
Selanjutnya adalah akses dan jenjang guru yang jelas. Saya kira pemerintah harus merumuskan konsep jabatan akademis bagi guru untuk termotivasi terus berkarya dan juga memaksimalkan profesinya sebagai seorang guru.
Lihat saja, banyak lulusan sarjana pendidikan yang “Tidak Merdeka” karena mereka berprofesi tidak sebagaimana mestinya. Bahkan mereka cenderung menghindari profesi guru karena ketidak-jelasan masa depan seorang guru di mata lulusan sarjana pendidikan.
Terakhir, yang paling penting pemerintah harus mulai memerhatikan kesejahteraan guru baik di sekolah negeri maupun swasta. Harus diingat, guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan amanat UUD 1945. Jangan sampai kesejahteraannya tidak terperhatikan.
ADVERTISEMENT
Walaupun Kurikulum yang dibuat terbaik sedunia, dengan platform tercanggih di era digital jika kesejahteraan guru tidak diperhatikan maka hasilnya akan nihil. Karena jika pendapatan guru belum sesuai, mereka tidak akan fokus dalam profesinya dan sambil mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya.
Saya jadi ingat, seorang Influencer pendidikan mengatakan, bahwa majunya pendidikan di Jepang dan beberapa negara karena kesejahteraan seorang guru yang sangat diperhatikan oleh pemerintah. Mereka jadi bisa mengabdikan dirinya untuk pendidikan secara penuh dan menghasilkan siswa-siswa yang luar biasa.
Tidak harus berupa uang, bisa saja guru mendapatkan privilege dari pemerintah seperti prioritas mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, atau mendapatkan kuota spesial dari pasar murah dan beberapa akses gratis dalam menggunakan jasa transportasi.
ADVERTISEMENT
Langkah lainnya tentu meningkatkan pendapatan guru khususnya guru honorer yang tidak lelah terus mencerdaskan anak bangsa. Saya yakin, Indonesia jika serius memerhatikan kesejahteraan guru pastinya pendidikan di Indonesia akan semakin meningkat kualitasnya.
Fathin Robbani Sukmana, Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bekasi Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, Pemerhati Kebijakan Publik