Konten dari Pengguna

Potensi Hilangnya Budaya Indonesia

Fathin Robbani Sukmana
Penulis dan Pengamat Kebijakan Publik, Manajer Riset, Publikasi dan Media di Seknas LS-VINUS
14 Juli 2022 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathin Robbani Sukmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pergeseran Budaya Pakaian || Sumber Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Pergeseran Budaya Pakaian || Sumber Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, media sosial diramaikan dengan anak-anak remaja yang memenuhi kawasan Sudirman, mereka memakai pakaian serba unik, bahkan kabarnya mereka memiliki pakaian khas sebagai budaya baru dan dijuluki Citayam Fashion Week karena pakaian yang menarik perhatian.
ADVERTISEMENT
Remaja-remaja tersebut menampilkan pakaian ala-ala kontes fashion, belum lagi kegiatan seperti breakdance, sesi foto seperti model yang sedang berjalan di atas catwalk. Kegiatan mereka juga banyak muncul di beranda media sosial.
Kegiatan ini, menurut saya memiliki sisi positif sebagai kreativitas anak-anak muda, belum lagi mereka sengaja berpenampilan tersebut untuk membuat konten di media sosial, ini pertanda bahwa anak-anak remaja tersebut sudah melek dunia digital.
Di sisi lain, saya juga merasa khawatir bahwa dengan adanya kreativitas pakaian di ruang publik tersebut akan sedikit mempengaruhi ketenaran budaya Indonesia, ya dari segi bahasa, pakaian hingga tempat-tempat budaya hanya jadi perbincangan saja di ruang sekolah.
Berpakaian ala-ala dunia barat memang sangat keren dan memikat banyak perhatian, namun lupa akan kekayaan budaya Indonesia dapat menghapus identitas Bangsa, apalagi jika anak-anak mudanya lupa terhadap budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saya jadi teringat Selo Soemardjan pernah mengatakan perubahan kebudayaan terjadi karena dipengaruhi suatu sistem sosial, baik sikap, nilai dan perilaku seseorang dalam masyarakat. Maka tidak aneh jika semakin banyak remaja yang berpakaian ala-ala barat di Sudirman karena memang pengaruh dari sistem sosial barat yang sudah banyak masuk di Indonesia

Budaya Indonesia Tanggung Jawab Siapa?

Secara kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap kebudayaan adalah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Perguruan Tinggi. Kementerian di bawah Mas Nadiem Makarim menjadi sorotan mengenai pergeseran budaya anak-anak muda.
Memang tidak mudah, Kemendikbudristek harus mengelola empat domain penting sekaligus yaitu pendidikan, kebudayaan, riset, serta perguruan tinggi membuat tugasnya semakin berat dan banyak, belum lagi para tim yang sudah mengeluarkan banyak ide.
ADVERTISEMENT
Jika kita lihat, Kemendikbudristek masih fokus terhadap bidang pendidikan. Menurut survei Litbang Kompas, Kementerian di bawah mas Nadiem memiliki kepuasan dari warga sebesar 75% di bidang pendidikan.
Belum lagi, program-program merdeka belajar. Contohnya adalah program yang dianggap warga sangat bermanfaat di antaranya program Pembelajaran Tatap Muka, Kartu Indonesia Pintar Kuliah Merdeka, Bantuan Kuota Internet, Bantuan Operasional Sekolah yang ditransfer langsung hingga Permen tentang PPKS.
Program pendidikan yang dianggap cukup bermanfaat bagi masyarakat adalah Bantuan untuk pelaku budaya, lalu program guru penggerak, Matching Fund Vokasi, Sekolah Penggerak serta Platform Merdeka Belajar.
Hasil capaian Kemendibudristek tentu merupakan kerja keras dari seluruh tim dan juga tidak lepas dari peran Mendikbudristek Nadiem Makarim, tangan-tangan dinginnya membuat pendidikan di Indonesia memiliki perubahan.
ADVERTISEMENT
Namun dari sisi kebudayaan Kemendikbudristek masih belum maksimal dalam menjalankan programnya, terakhir yang cukup bermanfaat adalah bantuan untuk pelaku budaya yang dilaksanakan selama pandemi.
Program lainnya seperti Pekan Kebudayaan Nasional, di mana dihadiri oleh 200 ribu pengunjung. Dalam survei yang dilaksanakan, 92% pengunjung menjawab akan datang kembali pada pekan kebudayaan nasional.
Terakhir adalah Kemah Budaya Kaum Muda yang diselenggarakan tahun 2021 lalu, di mana anak-anak muda memamerkan karya-karya budaya yang dimiliki mereka. Dan juga program tersebut memadukan antara budaya dan inovasi kekinian.
Namun, semua program yang ada menurut saya belum maksimal, dalam seluruh rangkaian kebudayaan yang ada belum ada program yang maksimal menyentuh anak-anak muda, adapun program Kemah Budaya hanya orang-orang tertentu yang bisa mengakses acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Padahal fungsi Kemendikbudristek menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2021 memiliki tugas kebudayaan seperti pelaksanaan kebijakan pelestarian cagar budaya dan pemajuan kebudayaan.
Selain itu kebijakan pembinaan perfilman nasional dan pengembangan bahasa serta sastra serta bimbingan kebudayaan dan pendidikan di seluruh daerah Indonesia, sehingga langkah-langkah kebudayaan yang ada belum cukup memadai.
Tantangan Kemendikbudristek dalam pemajuan budaya di masa kini adalah menjaga generasi muda dari arus deras globalisasi, sehingga anak-anak yang melakukan fashion week di Sudirman dapat diedukasi dengan baik khususnya mengenal kebudayaan di Indonesia.
Bahkan Survei dari Habibie Center pada tahun 2020 menyebutkan, generasi muda lebih banyak tertarik dengan K-Drama dan K-Movie, patut dipelajari mengapa budaya luar negeri sangat diminati generasi muda dibandingkan negara sendiri.
ADVERTISEMENT

Arah Baru Budaya Indonesia

Jika dunia memiliki tagline arah baru pendidikan Indonesia, di bidang Budaya juga harus memiliki tagar sama sehingga gerakan yang dilakukan oleh Mas Menteri dapat dilakukan secara maksimal baik secara kebijakan maupun gerakan.
Dalam melestarikan budaya, Widjaja (1986) menyampaikan bahwa pelestarian budaya harus dilakukan secara terus-menerus, terarah, dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.
Melihat apa yang disampaikan Widjaja, saya memandang Kemendikbudristek perlu melakukan langkah-langkah cepat, konsisten dan kekinian untuk melakukan pelestarian budaya Indonesia baik nasional maupun lokal.
Misalnya, pelestarian budaya melalui film. Baik layar lebar ataupun series. Kemendikbudristek harus bisa memunculkan inovasi dan mengajak sutradara dan aktris untuk bisa membuat film budaya sekaligus edukasi generasi muda.
ADVERTISEMENT
Ada satu film menarik yang sangat mengenalkan budaya yaitu film Ngeri Ngeri Sedap, film ini sukses menceritakan tentang budaya keluarga batak di Sumatera Utara. Alurnya sangat kental dengan kondisi terkini anak-anak Indonesia. Bahkan saking menariknya, film ini telah ditonton oleh 2,6 juta penonton sampai tanggal 3 Juli 2022 lalu.
Langkah berikutnya untuk melestarikan budaya bahasa bisa melalui lagu. Lagu bahasa Jawa yang berjudul Mendung tanpo udan berhasil membuat anak-anak muda di Indonesia menikmatinya bahkan sampai viral beberapa waktu di media sosial.
Aransemen, makna dan juga pembawaan lagu yang menarik serta dikemas sebagai cerita yang mengandung percintaan sukses menggaet anak-anak muda untuk mendengar dan mencari makna lagu yang berbahasa Jawa tersebut.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek bisa menggaet teman-teman Influencer dari berbagai daerah untuk mengenalkan budaya masing-masing baik konten bahasa, makanan, cagar budaya hingga kampanye budaya.
Saat ini, anak muda banyak mengakses media sosial untuk mencari referensi. Dan sudah mulai muncul influencer dengan bahasa daerah masing-masing sehingga dapat mengenalkan anak-anak muda tentang budaya yang ada di Indonesia.
Langkah ini saya yakin dapat mengurangi potensi hilangnya budaya di Indonesia akibat dari globalisasi dan import budaya yang terus menerus masuk melalui kanal informasi media sosial. Jika konsisten, kita juga bisa export budaya melalui kanal-kanal media sosial yang ada sehingga budaya Indonesia dapat diakui di kancah Internasional.
Salam Damai
Fathin Robbani Sukmana, Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bekasi
ADVERTISEMENT