Konten dari Pengguna

Pengembangan Sastra sebagai Media Pembelajaran Tematik di Pelosok

Fathma Cita Zunurahma
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 November 2021 21:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathma Cita Zunurahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumentasi penulis
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi penulis
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Bahasa Indonesia di lingkungan Sekolah Dasar menjadi tombak awal pemahaman peserta didik akan pembelajaran sastra. Studi sastra sendiri menurut Rene Wellek dan Austin Warren dalam bukunya yang berjudul Teori Kesusastraan, studi sastra adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki titik fokus pada pembelajaran atau pengkajian karya sastra yang telah ada sebelumnya. Pengkajian karya sastra sendiri membutuhkan unsur kognitif sehingga dalam menginterpretasikan karya sastra tidak melenceng jauh dari apa yang ada dalam imajinasi pemilik lisensi karya. Pembelajaran sastra sudah dimulai sejak SD pada mata pelajaran tematik.
dokumentasi penulis
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi penulis
Pada pengajaran tematik, sastra terselip melalui materi puisi. Peserta didik diminta untuk memahami materi tematik secara umum dengan media pembelajaran yakni sastra. Misalnya, dalam materi pengenalan kelas kata seperti kata kerja dari larik dalam bait puisi. Sekali waktu, penulis pernah berkesempatan berpartisipasi dalam bidang ini. Beberapa kali dalam kesempatan mengajar, penulis menjadikan puisi sebagai media pembelajaran. Misal dalam pengunaan puisi, penulis membuat sebuah puisi sederhana seperti berikut.
ADVERTISEMENT
Ibu,
Kau bangun setiap pagi
Kau beri aku makanan yang begitu lezat
Memberi bekal agar aku tidak kelaparan
Ibu
Hanya satu doaku
Agar dirimu sehat selalu
Dan mampu melihat aku membahagiakanmu
Puisi di atas merupakan salah satu media penulis dalam pengajaran sastra di sekolah dasar. Beberapa materi dalam pelajaran Bahasa Indoensia yang dapat dijabarkan dari puisi tersebut di antaranya peserta didik mengenal jenis-jenis kelas kata. Ada kata kerja, kata benda, kata keterangan, kata konjungsi, dan lain sebagainya. Penulis juga menyelipkan pembelajaran matematika dalam puisi tersebut. Seperti belajar menghitung berapa kata dalam setiap bait, berapa suku kata dalam setiap bait, dan lain sebagainya. Di lain itu, penulis perlahan menyelipkan nilai sastra dalam pembelajaran, dengan penggunaan puisi sebagai media pembelajaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Paradigma pembelajaran sastra di pelosok tidaklah sama dengan pembelajaran sastra di kota besar. Pada ekosistem metropolitan, pembelajaran sastra dapat dilakukan secara eksplisit karena fasilitas yang memadai, ketersediaan tenaga pengajar, dan lainnya. Seperti yang penulis sebutkan di atas, itulah merupakan cara penulis dalam mengenalkan sastra dengan media puisi ke anak-anak di pelosok. Kurangnya literasi membuat masyarakat di pelosok—dalam hal ini di Kecamatan Cigemblong—tempat penulis melakukan observasi kurang dalam pemahaman akan membaca. Masyarakat juga masih buta terhadap sastra, padahal sastra dapat dijadikan sebagai media cerdas dalam menyuarakan pendapat mereka akan kehidupan yang mereka anggap kurang adil antara atmosfer pelosok dan kota. Namun, penguatan sastra dalam komunitas mereka lebih menekankan pada sastra melayu seperti hikayat, cerita jenaka, pantun, dan syair. Beberapa kali penulis juga mendengar anak-anak menyanyikan lagu daerah dengan Bahasa Sunda, dan lain sebagainya karena memang konvensi budayanya masih sangat kental.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, penulis berusaha dengan melakukan pendekatan terhadap peserta didik terkait pembelajaran sastra khususnya sastra Indonesia dengan terlebih dahulu memahami kultur masyarakat setempat. Seperti dalam puisi di atas, penulis menggunakan tema Ibu karena dalam kultur masyarakatnya sendiri, Ibu atau Mamak dianggap sebagai tokoh yang sakral, berpengaruh, penyayang, bahkan keramat. Dengan pendekatan tersebut, penulis berharap bahwa sedikit-sedikit peserta didik mampu memahami sastra dengan media yang telah diberikan.