Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Menguak Kearifan Lokal di Balik Rumah Adat Bugis
2 Desember 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Abdul Fathur rozy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suku Bugis adalah salah satu suku terbesar di Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan. Dikenal sebagai pelaut ulung dan perantau, Suku Bugis memiliki budaya yang sangat kaya, termasuk dalam bidang arsitektur tradisional. Nama "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti "pengikut Ugi," merujuk pada La Sattumpugi, raja pertama dari Kerajaan Cina (sekarang Pammana, Kabupaten Wajo).
ADVERTISEMENT
Rumah adat Bugis bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, status sosial, dan filosofi hidup pemiliknya. Secara umum, ada dua jenis rumah adat Bugis, yaitu Saoraja (untuk kalangan bangsawan) dan Bola (untuk masyarakat umum). Meskipun berbeda status, unsur-unsur utama dalam desainnya tetap sama.
Ciri Khas Arsitektur Rumah Adat Bugis
Salah satu elemen khas rumah adat Bugis adalah timpalaja, yaitu bidang segitiga di antara dinding dan pertemuan atap. Timpalaja memiliki jumlah susunan yang berbeda sebagai penanda status sosial:
Tiga hingga lima susunan: Menunjukkan pemilik rumah berasal dari kalangan bangsawan.
Satu atau dua susunan: Menandakan pemilik rumah dari kalangan masyarakat biasa.
Namun, saat ini penggunaan timpalaja sebagai simbol status sosial tidak lagi seketat dulu.
ADVERTISEMENT
Rumah adat Bugis memiliki bentuk panggung, mirip dengan rumah tradisional lainnya di Asia Tenggara. Rumah ini dibuat dari kayu berkualitas, dengan atap berlereng dua dan kerangka berbentuk "H" yang dirakit tanpa paku atau pasak. Rumah ini dibagi menjadi tiga tingkatan yang mencerminkan filosofi hidup:
Dunia atas (boting langi): Melambangkan hubungan spiritual dengan Tuhan.
Dunia tengah (ale kawa): Tempat aktivitas sehari-hari seperti berkumpul dan beristirahat.
Dunia bawah (buri liu): Biasanya digunakan untuk menyimpan hasil panen atau alat kerja.
Filosofi dan Relevansi Masa Kini
Rumah adat Bugis tidak hanya mencerminkan kemampuan arsitektur tradisional, tetapi juga mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial. Konsep tiga tingkatan rumah ini mengajarkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Meski modernisasi telah mengubah cara hidup masyarakat Bugis, rumah adat ini tetap menjadi simbol identitas budaya yang harus dilestarikan. Tidak sedikit yang kini memadukan elemen rumah adat Bugis dengan desain modern sebagai bentuk pelestarian budaya.
Kesimpulan
Rumah Adat Bugis adalah lebih dari sekadar warisan arsitektur. Desainnya mencerminkan nilai-nilai luhur yang relevan hingga saat ini. Dengan melestarikan rumah adat ini, kita tidak hanya menjaga budaya Bugis, tetapi juga menghormati kearifan lokal yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.