Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Hari Keprihatinan Dampak Buruk Narkoba
27 Juni 2023 13:34 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Kegawatdaruratan situasi kejahatan narkoba di Indonesia dapat dilihat dari berbagai berita persoalan narkoba yang mengemuka dan atau apa yang terjadi di masyarakat. Dampak buruk akan sangat dirasakan jika ada anggota keluarga yang terpapar persoalan narkoba.
ADVERTISEMENT
Keterpaparan penyalahgunaan narkoba inilah yang perlu dijaga agar menjauh dari kehidupan kita atau keluarga kita. Bagi siapa pun yang terpapar penyalahgunaan narkoba, maka jarak antara keterpulihan dan keterpaparan kembali menjadi sangat jauh.
Keterpaparan yang berdampak terhadap terjadinya adiksi memang menjadi momok jahat sejak berabad-abad lalu. Penyalahgunaan narkoba hanyalah salah satu bentuk adiksi tersebut. Adiksi sendiri terjadi karena adanya kesenangan yang diraih oleh penggunanya.
David T. Courtwright mengulas dengan runut dan lugas atas isu ini di dalam bukunya The Age of Addiction How Bad Habits Became a Big Business. Berbagai bentuk kesenangan dari berbagai zaman dan tempat adalah masalah utama atas adiksi.
Daun tembakau, koka, ganja, atau kratom adalah bahan-bahan alamiah yang dipahami oleh manusia di berbagai benua sebagai sumber kesenangan. Terdapat bahan alamiah lainnya baik berupa buah, bunga, atau sekadar getahnya saja.
ADVERTISEMENT
Kesenangan tidak melulu dalam bentuk makanan atau minuman. Perilaku seperti judi, gaya hidup, atau seks pun menjadi salah satu sumber kesenangan yang kerap diburu dari dulu hingga kini.
Kesenangan-kesenangan tersebut faktanya seringkali dicipta dan kemudian menjadi ajang bisnis, bahkan bisnis besar. Bisnis obat-obatan yang dapat memberikan rangsangan tertentu yang diharapkan bagi penggunanya adalah masalah tersendiri dalam lingkaran bisnis kesenangan (pleasure business).
Bisnis kesenangan ini semacam ilusi yang seringkali membuat kontrol penggunanya rusak. Ketika kerusakan terjadi, maka dampak buruk adalah niscaya. Narkoba adalah salah satu bentuk kesenangan yang dampak buruknya tidak berkesudahan.
Narkoba Menyasar Kelompok Muda dan Produktif
Adiksi narkoba menjadi berlipat masalahnya ketika menimpa kelompok muda dan usia produktif. Menyasar kelompok ini adalah strategi jitu karena dampak bisnisnya yang besar.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, saya melakukan wawancara terhadap salah satu tahanan di BNNP DKI Jakarta. Dia ditangkap karena mengedarkan narkoba jenis sabu.
Dia mengaku bahwa narkoba yang diedarkannya tersebut diperoleh dari teman SMA-nya dahulu yang pernah menjadi sesama pengguna. Bahkan, temannya tersebut juga yang pertama kali mengenalkan narkoba kepadanya.
Pengakuan seperti itu saya dapatkan juga dari beberapa penyalahguna narkotika yang lain. Seperti hasil penelitan yang saya presentasikan dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah dengan tema besar rehabilitasi tahun lalu. Para penyalahguna mulai mengenal narkoba pada usia muda (di bawah 30 tahun).
Maka tidak heran ketika BNN merilis hasil penelitannya bahwa pemakai narkoba terbesar adalah di usia produktif dan pekerja. Mereka adalah sasaran empuk karena kemampuan ekonominya yang cukup untuk membeli narkoba yang harganya mahal.
ADVERTISEMENT
Data lain juga menunjukkan jika angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa mengalami peningkatan pada survei tahun lalu. BNN merilis jika angka di kalangan pelajar dan mahasiswa prevalensi penyalahgunanya pada 2019 tercatat di kisaran 1,1%. Angka kemudian naik menjadi 1,38% di tahun 2021.
Jebakan FOMO Narkoba
Patut dikhawatirkan jika penyakit sosial modern yang menimpa kelompok muda seperti FOMO semakin membuat mereka terjerembab dalam jebakan gaya hidup hedonis dan menjadikan narkoba adalah bagian dari pertunjukan hedonis tersebut.
FOMO yang menjadi singkatan dari fear of missing out atau rasa takut tertinggal dari gaya hidup orang lain adalah jebakan lain dari absurditas mengejar jenis kesenangan tertentu seperti yang dijelaskan oleh David T. Courtwright (2019). FOMO adalah salah satu pendorong narkoba beredar dengan lancar.
Di Jakarta, misalnya, terdapat beberapa daerah yang dikenal luas sebagai kampung narkoba seperti Kampung Ambon, Kampung Bahari, atau Kampung Bali yang kerap mempertontonkan penyalahgunaan narkoba sebagai raihan kesenangan.
ADVERTISEMENT
Seorang teman yang notabene asli Jakarta dan tinggal di daerah yang dianggap aman dari peredaran narkoba terkaget-kaget saat diajak berkeliling salah satu kampung narkoba di Jakarta Pusat. Katanya, situasi di daerah tersebut sangat berbeda dan hanya paham jika langsung menyaksikannya.
Di waktu yang lain, seorang klien rehabilitasi narkoba di BNNP DKI Jakarta menceritakan jika narkoba yang diperolehnya berasal dari Kampung Ambon, Jakarta Barat. Katanya, saat dirinya masuk salah satu gang di daerah tersebut, langsung dicegat oleh sekelompok orang yang menjajakan narkoba.
Kelompok muda sangat rentan karena penjualan narkoba sintetik di platform media sosial seperti Instagram meningkat cukup pesat. Narkoba sintetik ini, misalnya jenis ganja sintetik, memiliki tingkat adiksi puluhan kali lipat dibandingkan ganja alami itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Tahun 2021 lalu, saya berbulan-bulan mengamati puluhan akun penjaja narkoba sintetik di media sosial dan ribuan akun pengikutnya. Hasil penelitian yang telah diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Data BNN RI tersebut menunjukkan jika transaksi narkoba sintetik melalui media sosial sudah sangat biasa.
Seorang konsumen yang membeli narkoba di salah satu akun yang saya amati tersebut mengatakan jika dia menggunakan narkoba sintetik tersebut terpengaruh oleh teman-teman di lingkungan pertemanannya.
Mahasiswa kampus negeri di Jawa Barat tersebut melakukan transaksi melalui platform media sosial Instagram. Situasi tersebut sangat mengkhawatirkan jika tanpa penanganan lebih lanjut.
Hari Keprihatinan Dampak Buruk Narkoba
Persoalan penyalahgunaan narkoba yang berdampak luas di berbagai negara tersebut setiap tahunnya diperingati di seluruh dunia pada tanggal 26 Juni. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) tahun ini mengusung dengan tema people first: stop stigma and discrimination, strengthen prevention.
ADVERTISEMENT
UNODC berharap kompleksitas permasalahan narkoba di dunia yang mempengaruhi jutaan orang sebagai penyalahguna tidak dibarengi stigmatisasi dan diskriminasi.
Penyalahguna yang mengalami stigmatisasi dan diskriminasi akan membuat mereka menghadapi persoalan kesehatan fisik dan mental dan berakibat jauh dari keterpulihan. Mereka juga mengalami kesulitan untuk mengakses berbagai bantuan yang mereka butuhkan.
Kemudian, UNODC juga berharap upaya pencegahan masyarakat dari penyalahgunaan narkoba harus terus diperkuat. Penguatan tersebut harus berbasis kepada pendekatan yang humanis dan temuan-temuan ilmiah.
Saya membayangkan jika apa yang terjadi di Kota Zombie, Kensington, Philadelphia Amerika Serikat juga suatu hari bisa terjadi di kampung-kampung narkoba yang ada di Indonesia. Apalagi narkoba dengan adiksi kuat seperti heroin kembali marak. Begitu juga berbagai narkoba jenis baru lainnya.
ADVERTISEMENT
Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) sesungguhnya adalah hari keprihatinan terhadap berbagai dampak buruk penyalahgunaan narkoba, khususnya kepada penyalahguna itu sendiri.