Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jennifer Jill, Kompol Yuni, dan Kesadaran Sosial Orang-orang Atas
28 Maret 2021 17:59 WIB
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musibah berupa pandemi COVID-19 yang telah “dirayakan” genap satu tahun ini berdampak luar biasa. Bagaimana tidak, masyarakat bukan hanya dibuat ling-lung dengan serangan mematikan virus yang berukuran nanomikro, namun juga pada persoalan kebutuhan perut.
ADVERTISEMENT
Saya selalu berupaya bertanya soal omzet saat sesekali jajan di warung pinggir jalan, tukang mie ayam misalnya. Jawaban mereka adalah sekarang pembelinya kisaran 50% dari sebelum pandemi. Katanya, “yang penting kita gak kelaparan pak”. Begitu juga saat naik taksi online, bajaj, atau ojek.
Mereka sebenarnya khawatir karena rekan atau sanak kerabat yang berprofesi serupa harus berjuang di bangsal-bangsal RS COVID. Namun, diam dan tidak bekerja juga berakibat mati kelaparan.
Target hidup mereka begitu sederhana, anak dan istri tidak kelaparan. Sebagian dari mereka memilih kembali pulang kampung untuk menjadi petani pembajak atau petani penggarap milik orang-orang kaya di kampungnya. Pandemi memang berdampak sistemik.
BPS membandingkan tingkat kemiskinan antara bulan September 2019 (sebelum pandemi) dengan bulan September 2020 (saat pandemi). Angkanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Persentase penduduk miskin pada September 2020 berada di angka 10,19 persen, meningkat sebanyak 0,97 persen poin terhadap September 2019. Artinya, jumlah penduduk miskin pada September 2020 menjadi sebesar 27,55 juta orang.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan September 2019, angka tersebut meningkat sebanyak 2,76 juta orang. Angka 27,55 juta orang adalah angka fantastis.
Penduduk perkotaan adalah yang paling terdampak atas situasi pelik ini. Dibanding Maret 2020, jumlah penduduk miskin September 2020 perkotaan naik sebanyak 876,5 ribu orang (dari 11,16 juta orang pada Maret 2020 menjadi 12,04 juta orang pada September 2020). Mereka tidak dapat memenuhi ambang batas garis kemiskinan yang berada di angka Rp458.947,-/kapita/bulan.
Tingkat kesejahteraan semakin tertekan karena pengangguran yang meninggi dan rasio gini yang semakin berjarak. Khususnya di perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,93 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan sedang. Kelas menengah terseok-seok bertahan, kelas bawah terjerembab jauh di bawah, sementara kelas atas, walaupun pendapatan mereka menurun, berbagai kebutuhan mereka tidak terpengaruh sama sekali.
ADVERTISEMENT
Utang negara pun semakin bertumpuk, dalam dua bulan pertama tahun ini saja, penambahan utang negara nyaris Rp 300 triliun sehingga jumlah utang menjadi Rp 6.361 triliun. Mengerikan!!
Imajinasi kebahagiaan kelas atas
Sementara si miskin termegap-megap mencari seribu dua ribu rupiah, orang kaya melintir seperti Jennifer Jill (JJ) tentu tetap memiliki kebebasan, jauh dari dampak negatif primer seperti kelas menengah-bawah perkotaan umumnya. Kekayaannya, jika dibagikan kepada si miskin, akan cukup memangkas beberapa poin angka kemiskinan yang tercatat oleh BPS.
Imajinasi orang menengah-bawah perkotaan macam saya tidak akan sampai bisa menghitung seberapa pendapatan per bulannya. Biaya listrik per bulannya saja setara dengan pendapatan statis saya selama sekitar satu tahun. Rumahnya saja bernilai Rp 100 miliar dengan alat kelengkapan 40 orang pembantu. Angka yang hanya akan bisa didapat dengan puluhan atau ratusan kali korupsi pegawai negeri sebagai fee berbagai proyek.
ADVERTISEMENT
Para pembeli kopi pahit dan penikmat indom** telor hanya manggut-manggut saat menonton di televisi bahwa istri pesinetron Arjun Perwira tersebut ditangkap polisi karena narkoba. Katanya, orang kaya mah bebas. Beli narkoba mah gampang di mana saja. Sementara kita, boro-boro beli narkoba. Makan saja susah.
Seorang pewarta menghubungi saya bertanya kenapa kok bisa orang seperti Jennifer Jill menggunakan narkoba. Memang kurang apa untuk berpesta sepuasnya tanpa narkoba. Apakah JJ kurang bahagia? Kenapa tidak plesiran dengan kapal pesiar seperti crazy rich di film-film?.
Saya menjawabnya, JJ orang kaya, kekayaan melimpah ruah, mungkin JJ sedang butuh sensasi dan imajinasi kebahagiaan lain dari apa yang selama ini dinikmati. Bagi JJ, berpelancong ke semua negara di dunia ini tinggal nyebut, makan di restoran mewah bukan lagi sesuatu yang istimewa, menginap di hotel mewah tak jauh beda dengan perkakas rumahnya. Bahkan, untuk memilih “brondong” yang dia sukai pun, terwujud dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Nikmat mana lagi yang masih tampak asing baginya, mungkin narkoba sabu jawabannya. Fantasi semangat, imajinasi motivasi tinggi, atau hasrat terpendam yang selama ini JJ bayangkan. Akal normal manusia tercerabut jika narkoba sabu telah merenggut kesadarannya. Itulah yang membuat JJ atau orang-orang kaya lainnya terjerat dan bahkan berkali-kali berurusan dengan petugas.
Narkoba sabu juga dapat memburu orang-orang atas lainnya. Sebut saja Kompol Yuni dan sepasukan anggota Polseknya, tercerabut akal normalnya, berpesta sabu secara berjamaah di hotel. Pertanyaan orang awam adalah dari manakah sabu yang digunakannya? Beli atau mengutil dari barang bukti? Keduanya adalah salah. Kompol Yuni dan anggotanya kini menjadi pesakitan di hadapan penyidik propam.
Polri yang kini dipimpin Kapolri baru, tentu mendapat momentum untuk melakukan aksi bersih-bersih terhadap orang seperti Kompol Yuni dan anggotanya. Mereka bukan hanya ingkar janji dengan sumpah demi merah putih dan demi NKRI-nya, namun juga menabur muka institusi suci dengan barang hina, pengkhianatan terhadap profesi.
ADVERTISEMENT
Catatan dari Polri sendiri, selama tahun 2020 saja terdapat 497 anggotanya yang terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Entah berapa angka yang tidak tercatat.
Membangun kesadaran
Jenifer Jill, Kompol Yuni, dan orang-orang dengan kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, tampaknya tidak peduli dengan situasi sulit di masa pandemi ini. Mereka abai dengan angka-angka yang menunjukkan betapa jutaan orang miskin saat ini menderita, depresi, dan merasakan masa depan demikian suram. Target mereka adalah bertahan hidup.
Mereka gagal menjadi pengasih orang miskin dan gagal menjadi teladan kelas menengah-bawah. Bagi penikmat kopi pinggiran, saya paham betul perasaan penonton berita ditangkapnya JJ dan Kompol Yuni hanya bisa menggeleng kepala dan sedikit menghela napas.
Kesadaran kolektif bahwa mereka yang berada di kelas atas juga membutuhkan mereka yang ada di kelas di bawahnya harus dibangun. Pun terhadap mereka yang mempunyai kekuasaan lebih. Mereka seharusnya teladan dan pelindung orang yang sedang dalam kesusahan luar biasa, berjuang untuk tetap hidup di masa pandemi.
ADVERTISEMENT