Memahami Eksisnya Kartel Narkoba Meksiko

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
19 Oktober 2020 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada Desember 2010, di kota Apatzingán, negara bagian Michoacán, Meksiko terjadi ledakan senjata yang mengerikan. Selama dua hari, seperti diulas oleh Rodrigo Canales dari Yale School of Management di ted.com, terjadi perang terbuka antara pasukan pemerintah federal Meksiko dan organisasi kejahatan La Familia Michoacana atau dikenal keluarga Michoacán. Perang terbuka dengan persenjataan berat tersebut berakhir dengan kematian pimpinan La Familia Michoacana, Nazario Moreno.
ADVERTISEMENT
Menyikapi kejadian tersebut, wali kota Apatzingán menyerukan penduduknya untuk melakukan aksi damai. Idenya adalah meminta pemerintah federal untuk melakukan pendekatan yang lebih lembut. Ketika ribuan warganya turun ke jalan dan wali kota siap untuk berpidato, ternyata terdapat dua kelompok peserta yang berbeda.
Kelompok pertama adalah peserta berpakaian putih dengan pantas, dan membawa spanduk meminta perdamaian. Sementara separuh lainnya adalah pendukung organisasi kartel narkoba.
Melihat situasi tersebut, wali kota kemudian urung berpidato, alih-alih dianggap mendukung kelompok kejahatan di kota tersebut. Namun, kedua kelompok masyarakat sipil tersebut tetap membaur dan melanjutkan aksinya menuju pusat kota Apatzingán.
Pendekatan Perang Narkoba yang Gagal
Cerita di atas menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi pemerintah bukan masalah yang sederhana. Pemerintah tampak gagal membaca keadaan dengan baik sehingga salah dalam melakukan upaya pelibatan masyarakat sipil untuk menghadapi persoalan perang narkoba. Kenyataan menunjukkan, masyarakat sipil memiliki ikatan dengan organisasi kejahatan, terpaksa atau tidak.
ADVERTISEMENT
Situasi tersebut juga menunjukkan bahwa apa yang hari ini terjadi di Apatzingán adalah juga terjadi di daerah Meksiko lainnya. Terjadi proses penerimaan terhadap perilaku kejahatan yang dilakukan oleh kartel-kartel tersebut sehingga upaya negara melibatkan masyarakat sipil mengalami kesulitan.
Sebagai seorang professor bisnis, Canales melihat faktor hukum permintaan dan penawaran membuat persoalan tersebut menjadi pelik.
Canales menceritakan, dan ini juga terjadi di berbagai belahan dunia, jika anda mengirim pesan untuk memesan narkoba di kalangan kartel narkoba Meksiko, maka narkoba akan tiba di tempat anda dalam 30 menit. Pelayanan pengiriman narkoba sedemikian cepat, prima, aman, dan itu menunjukkan kekuatan kartel. Menurut Canales, apa yang terjadi di Meksiko adalah soal pengaruh merk dagang. Nama merk dagangnya yang paling dominan dan terkenal adalah Los Zetas, the Knights Templar, dan Sinaloa. Ketiganya memiliki cara yang membuat cengkeraman jaringan kartel mengakar kuat di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pasar Narkoba Amerika Serikat
Penting untuk memahami bagaimana kartel-kartel ini mengakar di Meksiko sehingga berbagai upaya untuk menghentikan perang narkoba tampak tidak berpengaruh besar di negara bekas jajahan Spanyol ini. Faktor utama atas eksistensi kartel-kartel di Meksiko adalah faktor Amerika Serikat itu sendiri. Amerika Serikat adalah pasar besar narkoba di dunia. Mantan diktator Meksiko, Porfirio Diaz, mengatakan "Poor Mexico, so far from God and so close to the United States." Artinya, "Meksiko yang miskin, begitu jauh dari Tuhan dan begitu dekat dengan Amerika Serikat (yang kaya raya)."
Ungkapan itu dilakukan melihat fakta bahwa kemiskinan terjadi di Meksiko, sementara Amerika Serikat adalah negara kaya raya yang menjadi tetangga terdekat Meksiko. Posisi Amerika Serikat sebagai pasar terbesar untuk zat ilegal di dunia, yang menyumbang lebih dari setengah permintaan global adalah “anugerah” bagi kartel-kartel narkoba di Meksiko. Ribuan mil perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko adalah akses satu-satunya dari Selatan.
ADVERTISEMENT
UNODC memperkirakan terdapat 55 juta penyalahguna narkoba di Amerika Serikat. Angka tersebut, jika dikonversikan dengan uang, berpotensi terhadap aliran dana antara 30 s.d. 150 juta dolar AS atau 42 triliun s.d. 210 triliun rupiah. Angka yang fantastis bagi para gembong mafia untuk meraih sebagian keuntungan dari penjualan narkoba ke Amerika Serikat.
Canales kemudian mengilustrasikan, jika kartel narkoba memiliki akses ke bagian grosir saja, maka mereka dapat meraih pendapatan tahunan sekitar 15 miliar s.d. 60 miliar dolar. Angka 60 dolar AS berarti setara dengan pendapatan tahunan perusahaan raksasa Microsoft. Agar kartel-kartel tersebut dapat meraih peluang pendapatan dari 210 triliun rupiah yang tersedia, maka para kartel melakukan strategi perang dagang yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat sebagai pasar narkoba terbesar di dunia, mau tidak mau, harus menginvestasikan berbagai upaya menghentikan peredaran narkoba dari hulu (suplai narkoba) hingga hilir (penyalahguna narkoba). Jika permintaan tidak berkurang, maka kartel-kartel yang berasal dari negara yang mempunyai masalah kesejahteraan seperti Meksiko dan Kolombia akan terus mengalirkan narkobanya dengan berbagai cara.
Mengatur Strategi Perang terhadap Narkoba
Kartel narkoba memahami dinamika perang terhadap narkoba baik yang terjadi di dalam negeri ataupun di pasar global. Dengan pemahaman tersebut, kartel-kartel melakukan berbagai adaptasi, modus, dan pendekatan untuk terus dapat memperdagangkan narkobanya. Itulah yang dilakukan oleh tiga kartel terbesar di Meksiko yaitu Los Zetas, the Knights Templar, dan Sinaloa.
Penegak hukum, lembaga dan aktivis anti-drugs, akademisi, dan berbagai elemen harus mempunyai strategi yang komprehensif dan sinergis sehingga persoalan endemik narkoba di Meksiko dan pasar utamanya yaitu Amerika Serikat dapat diatasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Strategi perang menghadapi narkoba tampaknya harus dievaluasi agar apa yang terjadi di kota Apatzingán tidak sampai terjadi di negara-negara lain, termasuk di Indonesia, karena globalisasi membuat persoalan narkoba di satu negara mempunyai pengaruh terhadap negara lain.
Pelajaran penting dari Meksiko adalah upaya pencegahan yang masif agar kelompok-kelompok pengedar narkoba tidak eksis keberadaannya di masyarakat. Jika mereka eksis dan keberadaannya dibutuhkan atas masalah kesejahteraan dan keamanan yang dibutuhkan masyarakat, maka situasi akan semakin sulit untuk dikendalikan seperti yang terjadi di kota Apatzingán, Meksiko.