Konten dari Pengguna

Mengisi Kekosongan dengan Tracking di Sentul

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
15 Februari 2025 18:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu rombongan tracking di Sentul, Jawa Barat. Foto: koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu rombongan tracking di Sentul, Jawa Barat. Foto: koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya kita akan kembali ke tempat di mana kita tinggal. Satu bagian penting dari kartu identitas yang setiap orang miliki adalah alamat di mana dia tinggal. Maka, memelihara tempat tinggal adalah penting atau bahkan penting sekali.
ADVERTISEMENT
Memelihara tempat tinggal itu bukan sekadar memelihara aspek fisik. Fisik hanyalah atribusi dari rumah itu sendiri. Kenyamanan atas bangunan fisik rumah juga tergantung dengan makna simbolik yang kita sematkan kepadanya, sangat artikulatif.
Rumah mewah, luas, kasur empuk, dan symbol kewemahan lainnya bagi Sebagian besar orang tentu sulit diraihnya. Komposisi kepemilikan kekayaan di Indonesia yang timpang adalah representasi dari keadaan bahwa kemewahan dalam makna simbolik pun juga berbeda.
Bahkan, beberapa studi tentang kebahagiaan menunjukkan ada situasi anomali bahwa yang kaya belum tentu Bahagia dan yang miskin belum tentu tidak Bahagia. Paling tidak, jika kita mengacu pada konteks persebaran kekayaan di Indonesia, kebahagiaan seharusnya hanya milik beberapa persen penduduk saja.
Sementara saya, Anda, atau Sebagian lainnya seolah-olah jauh dari kata Bahagia. Saya yang terkategori berada pada kurva menengah, seharunya menolak pada teori bahwa kebahagiaan adalah milik orang kaya. Saya, dan seharusnya juga Anda, tentu menolak terkategori sebagai orang sedih.
ADVERTISEMENT
Terlalu banyak alasan untuk tetap Bahagia dan terlalu banyak alasan untuk tidak sedih. Buat kita, terminologi “yang miskin minggir..” itu tidak berlaku dan boleh diganti menjadi “yang sedih minggir..”
Kembali soal tempat tinggal, tempat yang paling nyaman adalah tempat tinggal yang kita miliki sendiri, masa bodoh dengan kemehawannya, tapi yang terpenting adalah perasa nyaman terhadap apa yang kita miliki.
Rombongan wisatawan Sentul naik pick up menuju area tracking. Foto: Koleksi pribadi.
Menciptakan ruang kebahagiaan
Dus, menciptakan ruang kebahagiaan adalah kecerdasan yang harus kita kreasikan, kita ciptakan. Di antara cara menciptakan kebahagiaan adalah dengan cara mentertawakan penderitaan yang menimpa diri. Tentu dengan memahami konteksnya agar tidak keliru.
Satu waktu, bersama tim saya di tempat pekerjaan, kami melakukan perjalanan sederhana yaitu tracking di perbukitan Sentul, Jawa Barat. Di antara adegan dalam perjalanan tersebut adalah mentertawakan diri atau teman baik kita saat terpleset dan jatuh saat berjalan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kelucuan berlanjut saat dibuat meme atau sticker peristiwa-peristiwa menggelikan tersebut. Tentu saja tracking atau berjalanan di perbukitan sendiri memang sengaja kami buat untuk menciptakan kebahagiaan di tengah penderitaan yang menggebu-gebu di tiap hari-hari kerja.
Bekerja di bagian dukungan data yang kerap dijadkan dasar kebijakan bukan perkara ringan. Apalagi seolah tidak ada pola yang ajeg. Rekan kerja kami menyebutnya hari-hari yang penuh “dar, dar, dor..” Ada juga anggota baru kami yang terlihat “menyesal” karena informasi menyesatkan temannya bahwa pekerjaan di tempat baru nanti akan lebih santai, kenyataannya tidak.
Hidup hampir selalu seperti itu, selalu ada kenyataan yang tidak sesuai dengan imajinasi yang kita bayangkan. Karena itu, menerima kenyataan adalah kunci pertama untuk bisa keluar dari kerundungan perasaan atas perkara yang tidak kita sukai.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sikap kita terhadap situasi lalu mengisi waktu yang ada adalah kunci lain agar hidup tetap bermakna, tetap berkarya. Kemampuan kita mengisi ruang hampa, ruang kosong yang dapat membuat Anda depresi adalah soft skill yang harus kita miliki.
Salah satu spot wisata di Sentul, Jawa Barat. Foto: koleksi pribadi.
Mengisi kekosongan
Ruang kosong sering dimaknai negatif. Ruang kosong dalam psikologi dimaknai sebagai perasaan hampa yang berlebihan dan jika itu terjadi secara terus-menerus, maka akan menjadi indikasi depresi atau masalah kesehatan mental lainnya bagi Anda.
Film The Intern, film yang diproduksi tahun 2015 dan disutradarai oleh Nancy Meyers, memberikan Anda pemahaman sederhana bahwa ketiadaan aktivitas dapat berakibat pada situasi hampa, hidup tanpa perasaan dan penuh kekosongan.
Situasi pekerjaan yang Anda lakukan dari waktu ke waktu, berimplikasi menjadi rutinitas, tanpa semangat, dan membawa Anda pada perasaan yang kosong. Karena itu, kita perlu mengaturnya agar perasaan tidak terus-menerus kosong.
ADVERTISEMENT
Jika dalam film The Intern, pemeran utama, Ben Whittaker (Robert DeNiro), kembali bekerja dengan status pegawai magang senior untuk mengisi kekosongan waktu dan perasaannya, saya bersama dengan tim di kantor melakukan tracking dengan membawa pasangannya masing-masing.
Suasana dibangun dengan santai, penuh canda, jauh dari sekat-sekat birokrasi. Apalagi jika melihat detail-detail yang terjadi selama perjalanan. Keseruan naik mobil pick up, terperosok di perjalanan, celotehan berupa klaim sebagai anak alam, mendadak tapping video, bermain air terjun, makan nasi liwet, dan durian yang manis creamy.
Ada banyak yang dapat dijadikan bahan cerita di setiap tikungan, tanjakan, turunan, atau langkah yang kami lakukan. Satu keseruan yang nyata dari perjalanan ini adalah kami mengenal pasangan masing-masing. Walaupun ada yang tidak membawa, tapi sebagiannya membawa pasangan dan jadi saling mengenal.
ADVERTISEMENT
Ini adalah tracking saya, istri, dan beberapa rekan yang kesekian kalinya di area perbukitan Sentul yang banyak memberikan alternatif rute. Sentul adalah alternatif logis dibanding Puncak yang sering kali dirundung kemacetan.
Jarak Jakarta – Sentul pun cukup dekat sehingga dapat biaya transportasi menjadi lebih hemat. Penting bagi kita untuk menghemat apapun di era efisiensi ini.
Bagi saya, ini bukan perjalanan pertama membawa pasangan di acara-acara gathering informal kantor. Di tempat sebelumnya pun beberapa kali kami melakukannya. Itu juga salah satu cara membangun ikatan kepada pasangan Anda, termasuk dengan mengenalkan pasangan Anda dengan rekan kerja di kantor.
Lebih dari itu, saya kembali mencatat pesan seorang teman, penulis kenamaan, Ahmad Fuadi “a couple who travel together will grow together.”
Sepasang wisman di salah satu spot alam wilayah Sentul. Foto: koleksi pribadi