Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menikmati Spiritualitas
20 Maret 2024 8:57 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selepas salat tarawih, seorang jamaah menghampiri imam muda yang bertugas di hari tersebut.
ADVERTISEMENT
“Pak Ustadz, tadi bacaan sholatnya bagus. Suaranya jelas, nadanya pas, dan gerakan-gerakannya juga pas.” Kata pria yang berusia sekitar mendekati 60 tahun tersebut. Nada bicaranya gagap karena setengah badannya lumpuh dilanda struk. “Sayang kurang panjang pak ustadz bacaannya”
Saya yang menyaksikan dialog tersebut hanya senyum-senyum saja. Membayangkan jika semua jamaah salat merespon dengan cara yang sama, berharap imam masjid memanjangkan bacaan ayatnya, menikmati setiap huruf, makhroj, waqof, nada, dan mad-nya.
Kata para guru dan ustadz sepanjang saya mendengar beberapa kali kajian bahwa iman itu naik dan turun. Ada naik-turunnya terjadi secara smooth, ada juga seperti gejolak rupiah saat krisis moneter terjadi. Ada yang dari hari ke hari tampak stabil dan tenang.
ADVERTISEMENT
Bapak-bapak uzur tadi, tampaknya sedang merasakan manis lezatnya iman. Dalam terminologi salah satu hadits disebutnya halawatal iman. Orang yang merasakan manisnya iman adalah orang-orang yang beruntung. Ibadah baginya adalah wisata ruhani yang menyegarkan jiwa. Sementara situasi sebaliknya bisa terjadi.
Jika hari pertama Ramadan, masjid-masjid selalu penuh oleh jamaah masjid. Bahkan panitia sampai berepot ria menyiapkan tenda dan karpet di lapangan masjid. Situasinya selalu sama dari tahun ke tahun, penuhnya masjid hanya berlaku di hari pertama. Sedikit yang bisa bertahan sampai hari kedua dan ketiga.
Selanjutnya, masjid akan diisi oleh jamaah regular yang memang dari Ramadan ke Ramadan selalu menyempatkan hadir di masjid untuk mengikuti salat tarawih sampai tuntas.
Gambaran orang-orang yang tarawihnya hanya bisa sekali atau dua kali saja adalah gambaran orang-orang yang belum merasakan manisnya iman. Jiwanya masih rapuh dan kering. Salat baginya adalah beban. Kehadirannya di hari pertama hanyalah kebiasaan tahunan.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah bagi seseorang untuk berada pada level menikmati iman atau menikmati spiritualnya. Iman adalah abstrak dan seringkali rasionalitas seseorang tidak dapat menjangkau sehingga sulit menikmati keberadaannya.
Apalagi jika orang tersebut memang cenderung mengabaikan aspek ruhani dalam kesehariannya. Dia tidak pernah duduk merefleksi siapa hakikat dirinya. Dia tidak pernah bertanya soal kenapa hidup, untuk apa dia hidup, atau bagaimana seharusnya dia hidup.
Dia juga abai dengan standar moralitas yang berbasis ketuhanan. Baginya standar nilai adalah standar formil. Dia lupa bahwa basis standar formil adalah nilai etika yang berakar pada aspek ketuhanan. Jika tidak, maka standar nilai dapat dengan mudah diabaikan.
Bagi orang yang takut dengan Tuhannya, maka dia takut berbuat bohong dalam bentuk apapun. Dia takut korupsi dalam bentuk apapun. Dia takut karena Tuhan ada, karena hari pembalasan pasti tiba, dan karena yakin soal surga dan neraka.
ADVERTISEMENT
Jika ada seseorang yang sesekali tidak salat, tidak puasa, sesekali menerima suap, sesekali memanipulasi laporan, maka sesungguhnya dia belum merasakan nikmatnya iman secara konsisten. Karenanya, kita perlu menjaga aspek spiritualitas tersebut.
Caranya nikmatilah setiap momentum yang kita temui. Berkumpul dengan orang baik adalah momentum perbaikan diri. Bahkan salah satu doa yang termaktub dalam ayat Al-Qur'an adalah mohon diwafatkan bersama orang-orang baik (abror). Orang-orang yang frekuensinya adalah berpegang pada nilai-nilai yang baik.
Momentum lainnya adalah menikmati waktu dan tempat khusus seperti ibadah di bulan Ramadan, tilawah Al-Qur'an, salat di masjid, berbuka dan sahur puasa, dan beragam kegiatan ibadah lainnya. Nikmatilah selagi kita masih bisa merasakan kenikmatannya. Karena jika tidak, merugilah ia.
ADVERTISEMENT
Mari kita nikmati spiritualitas kita sampai hari esok tiba. Seperti seorang jamaah uzur di awal tulisan ini. Semoga dia dan kita sama-sama dapat menikmati iman, menikmati spiritualitas.
Live Update