Konten dari Pengguna

Potensi Jejaring Kartel Narkoba Meksiko di Indonesia

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
15 Oktober 2020 14:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anggota jaringan kartel narkoba internasional.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anggota jaringan kartel narkoba internasional.
ADVERTISEMENT
Kartel Narkoba Meksiko adalah salah satu organisasi narkoba dengan sejarah panjang, berdarah-darah, dan mempunyai pengaruh masif bagi perkembangan kejahatan internasional. Dia sudah eksis sejak ratusan tahun yang lalu, McCarthy-Jones & Baldino (2016) mengulas dengan panjang lebar bagaimana perkembangan kartel Meksiko mempunyai pengaruh terhadap negara-negara lain, khususnya Amerika Serikat sebagai negara tujuan pasar narkoba.
ADVERTISEMENT
Sepanjang abad dua puluh, kartel-kartel Meksiko adalah supplier utama ganja dan heroin. Sementara ketika periode satu partai di Meksiko (1929-2000) melalui Partai Revolusioner Institusional (PRI), berbagai kelompok kejahatan memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang ada. Mereka masuk ke dalam jaringan pemerintahan dan penegak hukum.
Infiltasi Kartel dalam Pemerintahan
Dijelaskan juga bahwa mereka memperoleh kekayaan dan kekuasaan yang fantastis, mengkonsolidasikan jaringan kejahatannya, mendapatkan tempat perlindungan yang aman, dan menguasai berbagai jalur transit narkoba dengan cara melakukan tindakan suap dan korupsi di lingkungan pemerintah. Mereka juga memanfaatkan keuntungan dari situasi keamanan perbatasan yang tidak memadai.
Kebijakan tersebut menggurita. Sehingga upaya mengurangi praktik korupsi dan mengurangi dukungan terhadap narkoba menjadi terlambat. Masa transisi demokrasi pada akhir abad kedua puluh, masa Presiden Felipe Calderon, menghadapi situasi yang tidak ideal.
ADVERTISEMENT
Kampanye perang terhadap narkoba yang dilakukan oleh Calderon pada tahun 2006 harus dibayar mahal dengan kekuatan senjata kartel narkoba. Kartel yang telah merasuki pemerintahan dan berkolusi dengan penegak hukum menghambat kampanye Calderon untuk melakukan perang terhadap narkoba. Kekuatan 50.000 tentara Calderon harus dibayar mahal dengan tingkat kesadisan geng criminal.
McCarthy-Jones & Baldino juga mengutip dari Dudley & Gagne (2014) tentang cerita horor di mana 43 pelajar dibantai dan diberitakan secara nasional dan internasional oleh geng criminal. Bahkan, diduga pemerintah setempat terlibat dalam pembantaian tersebut.
Perang Antar Kartel Narkoba Meksiko
Posisi Meksiko bagi Amerika Serikat adalah negara transit. Sumber utama pemasok heroin adalah Kolombia sehingga Amerika Serikat melakukan perang langsung kepada sasarannya, kartel Kolombia. Kerja sama pemerintah Kolombia dengan Amerika membuat kelompok-kelompok kartel di Kolombia kocar-kacir.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang dikatakan McCarthy-Jones & Baldino yang mengutip Bagely (2002), apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat hanyalah akan berdampak pada pergeseran titik perang, pergeseran penguasaan jalur dan pasar narkoba oleh kartel lainnya, dan bahkan berdampak pada situasi peredaran narkoba di tempat atau negara lain. Bagely menamainya sebagai “Balloon Effect.”
Pelemahan terhadap kartel Kolombia berdampak pada penguatan kartel Meksiko. Beittel (2015) mencatat diperkirakan lebih dari 250.000 orang mengungsi di dalam Meksiko sendiri sejak tahun 2006. Sementara sekitar 60.000 sampai dengan 120.000 orang tewas dalam perang kartel dan 25.000 orang dinyatakan hilang.
Aksi-aksi kekerasan tersebut dilakukan bukan hanya perang dalam arti fisik, namun juga memberikan pesan khusus. Para kartel bukan hanya berebut kekuasaan, tapi juga memberikan pesan secara langsung agar mereka tidak dipandang remeh dan memberikan dampak kepatuhan terhadap anggota kartel, pekerja, supplier, kreditor, dan buyer. Situasi tersebut juga turut memberikan pergeseran dan dinamisasi penguasaan kartel atas jalur peredaran narkoba yang selama ini dominan di Amerika Latin seperti Sinaloa, Los Zetas, dan Jalisco Nueva Generacion.
ADVERTISEMENT
Kartel Meksiko di Australia, Ancaman untuk Indonesia?
Dinamisasi perang terhadap narkoba di negara-negara latin, membuat para Kartel berupaya mengembangkan bisnisnya ke belahan negara lain. Mereka juga melakukan pergeseran jenis dagangan yang mereka tawarkan. Mereka tidak hanya menjual heroin dan ganja, tapi juga jenis narkoba lainnya seperti kokain dan methamphetamine. Keragaman jenis narkoba yang dijual oleh satu organisasi atau jaringan narkoba dikenal dengan sebutan poly drugs network.
McCarthy-Jones & Baldino menyebutkan bahwa jaringan kartel Sinaloa telah sampai ke Australia. Karakter kartel juga berubah. Mereka tidak lagi bersifat sentralisasi dan kekuasaan penuh berada di pimpinan kartel. Namun, mereka melakukan desentralisasi dengan model pendirian sel-sel dan bahkan penyesuaian juga wajar dilakukan oleh jaringannya. Sebut saja di Australia, jaringan sel Sinaloa dapat bersinergi dengan geng kejahatan lokal. Mereka melakukan kesepakatan bisnis, fokus kepada raihan keuntungan materi.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara besar yang paling berdekatan dengan Australia, situasi ini harus dianalisis lebih jauh. Mobilitas besar antara Indonesia dengan Australia dapat berdampak buruk terhadap pergeseran model jaringan narkoba di Indonesia. Jaringan narkoba Australia yang sudah terkoneksi dengan jaringan narkoba Indonesia akan menjadi pintu masuk kartel Meksiko, dan negara Amerika Latin lainnya, untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar berikutnya. Jika itu terjadi, maka situasi tersebut tidak menguntungkan bagi Indonesia!!