Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Melihat Kriminalitas dari Sudut Pandang Psikologi
29 November 2022 20:11 WIB
Tulisan dari Fatihah Fairuz Zahidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah gak, sih, kamu berpikir kenapa seseorang bisa melakukan tindak kriminal?
ADVERTISEMENT
Seperti misalnya, mengapa seseorang bisa membunuh orang terdekatnya. Di Indonesia sendiri ada banyak kasus pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya sendiri. Tak peduli itu temannya atau bahkan keluarganya. Lebih parahnya lagi, beberapa kasus telah direncanakan sebelumnya oleh pelaku.
Antara Moral dan Lingkungan
Salah satu pendekatan yang dapat menjelaskan alasan mengapa seseorang dapat bertindak kriminal adalah pandangan psikoanalisis Sigmund Freud. Psikoanalisis Sigmund Freud menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan tindak kejahatan adalah karena ketidak seimbangan antara id, ego, dan super ego yang ada di dalam dirinya. Id adalah yang mengatur keinginan di dalam diri, ego adalah yang akan melakukan suatu tindakan berdasarkan super ego, dan superego sendiri adalah nilai-nilai yang terdapat di dalam diri setiap orang.
ADVERTISEMENT
Nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang dapat disebut dengan pemahaman moral. Jika pemahaman moral seseorang rendah, maka super ego tidak bisa berkembang secara sempurna. Hal tersebut dapat mengakibatkan dorongan atas id terhadap ego semakin kuat tanpa memedulikan tindakannya benar atau salah.
Contoh mudahnya begini, ketika seseorang memiliki dendam yang sangat kuat terhadap orang lain, namun dia merasa bahwa membalas dendam dengan melukai orang lain itu adalah suatu perbuatan yang salah, tak peduli apapun alasannya, maka dia tidak akan melakukan tindak kriminal dengan melukai orang lain. Begitu pula sebaliknya, ketika dendam sudah menguasai dirinya, akan timbul keinginan untuk membalaskan dendamnya tersebut. Jika seseorang menganggap bahwa dengan melukai orang lain dapat membuatnya lepas dari dendamnya, maka akan semakin kuat dorongan untuk melukai orang lain.
ADVERTISEMENT
Adapun pendekatan lain yang dapat menjelaskan alasan mengapa seseorang melakukan kriminalitas adalah perspektif belajar sosial yang disampaikan oleh Albert Bandura. Menurutnya, seseorang dapat melakukan tindak kriminal adalah karena ia memperhatikan lingkungannya dan menganggap bahwa tindakan kriminal adalah suatu hal yang wajar.
Hal ini dapat terjadi apabila sedari kecil telah tumbuh di lingkungan yang mewajarkan kekerasan. Karena pada dasarnya, manusia itu tumbuh dengan memperhatikan lingkungan di mana ia dibesarkan. Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang menganggap kekerasan itu adalah hal yang wajar, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang mewajarkan kekerasan pula.
Kedua pendekatan ini memiliki keterkaitan, yaitu nilai-nilai atau pemahaman moral yang rendah bisa didapatkan karena adanya faktor lingkungan. Lingkungan yang cenderung negatif akan menyebabkan pemahaman moral yang rendah. Sehingga, ketika kekuatan pemahaman moral itu rendah, akan terjadi dorongan yang kuat pula untuk melakukan sesuatu tanpa memandang baik buruknya tindakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Apakah Mungkin Seseorang yang Tumbuh di Lingkungan Negatif Memiliki Pemahaman Moral yang Tinggi?
Kemungkinan itu akan selalu ada. Manusia tidak hidup hanya pada satu lingkungan saja. Ada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat. Namun, lingkungan yang berperan sangat penting bagi tumbuh kembang seorang manusia adalah lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga menjadi sumber utama kepribadian terbentuk. Di lingkungan keluarga pula lah setiap manusia mendapatkan pemahaman moral untuk pertama kalinya. Bahkan, lingkungan keluarga bisa menjadi tolak ukur terhadap lingkungan-lingkungan lainnya.
Akan tetapi, jika seseorang hidup dalam lingkungan keluarga yang negatif, namun juga hidup pada lingkungan sosial masyarakat yang selalu mengedepankan moral, maka masih akan ada kemungkinan orang tersebut menjadi pribadi yang memiliki pemahaman moral yang tinggi pula. Biasanya, ini terjadi pada orang yang memiliki kesadaran diri yang cukup tinggi sehingga ia mampu untuk mengidentifikasi apa yang salah pada diri dan lingkungannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Bila Lingkungannya Sudah Positif tapi Malah Memiliki Moral yang Rendah?
Pada beberapa kasus, hal seperti ini kerap terjadi. Dalam psikologi sendiri, ada dua istilah yang menjelaskan mengenai moral yang rendah, yaitu sosiopat dan psikopat. Ciri utama dari keduanya adalah kurangnya empati terhadap sesama dan kontrol diri yang rendah. Mereka dapat melakukan kejahatan tanpa memikirkan baik buruknya tindakan tersebut dan tanpa adanya rasa bersalah di dalam diri. Sedangkan untuk perbedaannya, sosiopat masuk ke dalam mental disorder dan beberapa menyatakan bahwa psikopat adalah kepribadian juga merupakan sebuah penyakit.
Beberapa studi menyebutkan bahwa psikopat itu dapat terjadi karena adanya faktor biologis. Seperti disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pridmore, Chambers dan McArthur pada tahun 2005. Mereka melaporkan adanya hubungan antara gejala psikopat dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural, dan kelainan fungsional pada otak. Pada tahun 2003, Raine juga mengungkapkan adanya kelainan Corpus Callosum pada diri psikopat. Dalam penelitiannya, Raine menyebutkan bahwa rata-rata Corpus Callosum psikopat memiliki 23 persen lebih besar dan 7 persen lebih panjang. Peningkatan yang terjadi pada Corpus Callosum mengakibatkan seseorang memiliki rasa bersalah yang rendah, emosi yang rendah, dan interaksi sosial yang rendah.
ADVERTISEMENT
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengapa seseorang dapat bertindak kriminal adalah karena kurangnya pemahaman moral yang ada di dalam dirinya, kurangnya rasa empati terhadap sesama, dan adanya kelainan biologis pada dirinya. Dengan demikian, diperlukan kesadaran diri dan kontrol diri yang tinggi agar kita senantiasa terhindar dan dijauhkan dari kriminalitas yang kian hari kian meningkat.
Sumber:
Davies, G., Hollin, C., & Bull, R. (2008). Forensic Psychology. John Wiley; Sussex.
Universitas California Selatan. (2004). Studi USC Menemukan Pengkabelan yang Rusak Pada Psikopat. ScienceDaily. Diambil 22 November 2022 dari www.sciencedaily.com/releases/2004/03/040311072248.htm