Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
NASAKOM: Ideologi Ambisi Soekarno Pada Relevansi Saat Ini
21 November 2024 11:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fatihah Nabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis adalah mahasiswa Pengantar Ilmu Politik, Prodi Kom. FISIP Untirta
Latar Belakang Adanya NASAKOM
ADVERTISEMENT
Istilah ideologi dalam kehidupan sehari-hari terutama di Indonesia pada masa periode Soekarno-Hatta (1945-1966), senantiasa berkaitan dengan nilai dan pandangan politik yang dihubungkan dengan percaturan atau persaingan kekuasaan. Tahun 1926 Bung Karno telah memikirkan sebuah gagasan ideologi sebagai pilar bangsa indonesia, yang dimana ketiga pilar ini dinilai sebagai gagasan yang sangat bagus untuk menjadi pilar kebangsaan. Rumusan konsep ideologi yang ia buat diberi nama NASAKOM (Nasional, Agama, Komunis).
Kendatipun Soekarno termasuk perumus ideologi Pancasila, namun pemikiran politiknya tetap menghendaki kehadiran aliran komunis, yang dipadukan dengan nasional dan agama. Dalam usahanya untuk merespons tatanan yang dihadapi oleh negara dan masyarakat, Soekarno mengembangkan ideologi nasakom sebagai landasan untuk menciptakan persatuan, memajukan ekonomi dan menjaga kemerdekaan Indonesia. Soekarno melihat bahwa Nasionalis bisa menjadi pemersatu berbagai kalangan sosial di Indonesia. Ia menggabungkan nilai nilai agama sebagai landasan moral dalam membangun bangsa. Dan memadukan elemen komunisme sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi rakyat. Latar belakang nasakom bersal dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks pada tahun 1960an. Kabinet Nasakom yang awalnya dibentuk untuk tujuan menciptakan stabilitas politik dan mengurangi ketegangan ideologi, justru mengalami berbagai konflik dan kasus yang signifikan, baik dari segi politik, sosial, maupun ekonomi.
ADVERTISEMENT
Penyebaran dan Pembubaran Kabinet NASAKOM
Penyebaran ideologi Nasakom dalam masyarakat Indonesia terjadi melalui propaganda politik dan berbagai program yang didorong oleh pemerintah Soekarno. Media massa yang dikuasai oleh negara serta berbagai acara resmi negara sering kali menekankan pentingnya persatuan antara nasionalisme, agama, dan komunisme. Organisasi-organisasi massa seperti Gerakan Pemuda Marhaenis, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), dan Barisan Tani Indonesia (BTI) yang berafiliasi dengan PKI juga berperan aktif dalam menyebarkan gagasan Nasakom ke berbagai lapisan masyarakat.
Ideologi Nasakom bertahan di Indonesia selama sekitar 5 tahun, mulai dari awal 1960-an hingga 1965. Ideologi Nasakom mulai runtuh karena sudah tidak lagi relevan dengan kondisi dan situasi yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa ideologi ini bukan malah menyatukan rakyat Indonesia, tetapi memicu terjadinya perpecahan.
ADVERTISEMENT
Pembubaran ini juga diperkuat oleh perbedaan antara paham agamis, nasionalis dan paham komunis. Masyarakat melihat bahwa komunisme sangat bertentangan dengan prinsip bangsa Indonesia. Komunisme dianggap bertentangan dengan sila pertama pancasila, yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa". Paham komunisme juga dianggap dapat membunuh rasa Nasionalisme, karena didalam paham ini semua hal yang diatur oleh negara dikatakan benar. Puncak dari pembubaran ideologi ini yaitu saat terjadi konflik besar antara Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang disebut peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Konflik ini juga yang menyebabkan berakhirnya kekuasaan Soekarno.
Relevansi Konsep NASAKOM pada Zaman Sekarang
Nasakom merupakan gabungan antara 3 ideologi berbeda di masyarakat, yang berawal dari polarisasi politik. Fenomena yang kerap terjadi yang berkaitan dengan konsep Nasakom yaitu saat masa pemilu. Masyarakat secara sadar membuat suatu kelompok dari berbagai pihak politik yang ada.
ADVERTISEMENT
Polarisasi juga terjadi dalam konteks agama, misalnya di India. Sampai saat ini di India peran golongan agama dianggap penting karena dapat mempengaruhi kebijakan negara.
Contoh lain, yaitu masalah pluralisme. Pada zaman sekarang tingkat pluralisme semakin tinggi. Ditinjau dari konsep Nasakom, menyatukan perbedaan merupakan sesuatu yang sulit. Pada negara-negara yang memiliki masyarakat yang majemuk tentunya hal ini menjadi sebuah tantangan.
Konsep Nasakom tidak cocok untuk diterapkan karena meskipun tujuannya untuk menyatukan perbedaan, tidak bisa dipungkiri bahwa tetap akan ada konflik dan perbedaan pemahaman dari golongan masyarakat tertentu. Integrasi antara nasionalisme, agama, dan komunisme dalam kabinet Nasakom dianggap sebagai eksperimen yang gagal. Kegagalan ini disebabkan oleh perbedaan ideologi yang mendasar, konflik kepentingan, kurangnya definisi yang jelas, tekanan dari luar negeri, dan kepemimpinan yang lemah. Kegagalan Nasakom memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia tentang pentingnya konsensus, toleransi, dan kepemimpinan yang kuat dalam membangun sebuah negara yang bersatu.
ADVERTISEMENT