Mengulas Secara Singkat Kepemimpinan Joko Widodo

Fatimah Badri Arrifai
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
6 Juni 2021 13:38 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatimah Badri Arrifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: instagram.com/jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: instagram.com/jokowi
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin akan memiliki ciri khas dan identitas nya masing-masing, tak terkecuali Presiden Joko Widodo. Sebagai mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, ia lebih suka terjun langsung untuk berinteraksi dengan rakyat, atau yang lebih dikenal dengan istilah "blusukan". Kepemimpinannya tersebut membuat kita sebagai rakyat tentu merasa seakan tidak ada sekat antara seorang presiden dengan masyarakat di negara ini. Dengan begitu, kondisi masyarakat dapat terlihat secara langsung sehingga ia dapat mendengar keluh kesah yang dirasakan oleh mereka. Kebiasaan inilah yang kemudian terbawa hingga ia menjabat sebagai seorang presiden.
ADVERTISEMENT
Pendekatan Kepemimpinan ala Jokowi
Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan memberantas masalah kemiskinan, Jokowi melakukan berbagai strategi yang ada. Berdasarkan pendekatan kepemimpinan, sosok Jokowi menggunakan the situasional approach yaitu mengambil kebijakan sesuai dengan kondisi nyata yang ada pada lingkungan. Pada masa kepemimpinannya, masalah tersebut dapat terselesaikan secara perlahan melalui kebijakan–kebijakan dan inovasi yang dibuat seperti melakukan Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selain itu, pendekatan kepemimpinan juga tidak lepas dari pemimpin yang karismatik. Dalam hal ini, Jokowi telah berhasil membuat masyarakatnya patuh dalam melakukan kebijakan yang ia dibuat. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari tingkat jumlah dan persentase penduduk miskin Indonesia berdasarkan data BPS menurun sebesar 1,14%.
Gaya Kepemimpinan yang Melekat pada Jokowi
ADVERTISEMENT
Berdasarkan 4 gaya kepemimpinan situasional yang dicanangkan oleh Hersey dan Blanchard, Jokowi telah memenuhi keempatnya pada setiap langkah kebijakan yang ia ambil yaitu directing, coaching, supporting, dan delegating.
Berdasarkan gaya kepemimpinan directing (mengarahkan), terlihat pada tradisi blusukan Jokowi salah satunya ketika Jokowi melakukan blusukan ke desa di Jambi dan mendapatkan banyak masukan mengenai tunjangan operasional dan kinerja yang diterima Babinsa dirasa tidak cukup. Sehingga ia mengarahkan Kementerian Keuangan untuk menaikkan pemberian tunjangan operasional dan tunjangan kinerja per bulannya kepada Babinsa di seluruh Indonesia.
Untuk gaya kepemimpinan coaching (pembinaan), tercermin dari pemberian pengarahan kepada masyarakat oleh Jokowi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan saat acara Evaluasi Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2018. Dia menginstruksikan kepala desa dan pendamping dana desa untuk menyalurkan dana desa sesuai dengan fokus dan kebutuhan desa sehingga penggunaannya menjadi lebih efisien dan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Gaya kepemimpinan supporting (dukungan) Jokowi direalisasikan dengan dukungan yang diberikannya kepada Babinsa di seluruh Indonesia yang dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan tunjangan operasional hingga 1,2 juta dan tunjangan kinerja sebesar 1 juta setiap bulannya pada Babinsa sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya.
Kemudian gaya kepemimpinan delegating (pendelegasian) juga merekat pada diri seorang Jokowi dan terlihat pada Program Perhutanan Sosial yang dilaksanakan di daerah hutan Jambi dengan memberikan tunjangan kepada 8,165 kepala keluarga yang tinggal di sekitar hutan di Jambi untuk mengolah dan mengembangkan lahan hutan seluas 10 hektar setiap orangnya.
Tipe Kepemimpinan Efektif yang Direalisasikan Jokowi
Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi termasuk lembaga pemerintahan salah satunya yaitu tipe kepemimpinan partisipatif, karismatik dan transformasional.
ADVERTISEMENT
Partisipatif merupakan tipe kepemimpinan yang menumbuhkan rasanya keterlibatan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Berkaitan dengan hal tersebut, Jokowi memanfaatkan sistem blusukannya untuk lebih melibatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional sekaligus perwujudan dari demokrasi sejati yaitu menghadirkan setiap rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Sedangkan karismatik adalah ketika pemimpin mampu menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang dapat menarik perhatian orang di sekelilingnya. Kebiasaan blusukan yang dimiliki Jokowi telah membuktikan ia dapat lebih dekat dengan masyarakat dan kesederhanaan yang dimilikinya inilah yang menjadi sumber karisma dan dianggap sebagai modal yang baik dalam pembentukan tata pemerintahan yang bersih juga transparan.
Kepemimpinan transformasional juga mengukur sejauh mana hubungan dan dampak dari pemimpin terhadap anggotanya. Berkaitan dengan hal ini, Jokowi menyatakan bahwa koordinasi merupakan kunci dari semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga, ia memberi perintah kepada setiap kementerian/lembaga untuk menghilangkan ego sektoral, ego kementerian, maupun ego lembaga. Sebab, dibutuhkan koordinasi yang baik antar kementerian/lembaga dalam membentuk kebijakan yang solid dan berguna bagi bangsa dan negara.
Muasal Presiden Jokowi pidato menyebut Bipang Ambawang sebagai kuliner Lebaran. Foto: Youtube/Kementerian Perdagangan