Headphones Bluetooth dengan Kenyamanan Serta Ancaman Pada Kecanggihanya

Muhammad Fatir Rahman
Saya adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta, di fakultas ekonomi dan bisnis. dikarenakan diantara ketertarikan saya pada ekonomi dan dunia olahraga, saya lebih memilih ekonomi pada studi saya di universitas islam negeri.
Konten dari Pengguna
27 November 2023 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fatir Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
headphone hitam foto:Unsplash
Smartphone khususnya menawarkan berbagai fitur canggih seperti melakukan panggilan dan mengirim pesan, serta kamera, akses internet, dan kenikmatan musik. Untuk menikmati musik dan konten audio lainnya dari smartphone mereka, kebanyakan orang menggunakan Headphone Bluetooth mini yang praktis dan modern, bukan headphone berkabel tradisional.
ADVERTISEMENT
Headphone Bluetooth dianggap lebih sederhana untuk digunakan karena terhubung langsung ke smartphone melalui Bluetooth, sehingga tidak memerlukan kabel yang rumit. Selain itu, karena ukurannya yang mini dan bobotnya yang ringan, headphone Bluetooth nyaman digunakan selama beraktivitas. Sayangnya, penggunaan headphone Bluetooth yang berlebihan sering kali luput dari perhatian banyak orang.
Penggunaan headphone yang menjadi kebiasaan sehari hari. foto : unsplash
Penggunaan headphone Bluetooth menjadi semakin meluas, terutama di kalangan remaja dan anak muda. Headphone Bluetooth memudahkan untuk mendengarkan musik dan melakukan panggilan telepon tanpa gangguan kabel. Sayangnya, penggunaan headphone Bluetooth yang berlebihan dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pengguna.
Mengganggu Kualitas pendengaran
Penggunaan headphone Bluetooth melebihi satu jam per hari berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan bagi penggunanya. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Laryngoscope pada 2017, penggunaan headphone pribadi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran hingga ratusan persen. Bahaya utama yang perlu diwaspadai akibat kebiasaan ini antara lain gangguan pendengaran, migrain, dan hambatan konsentrasi. Salah satu efek paling buruk dari pemakaian headphone Bluetooth berlebih adalah kerusakan fungsi pendengaran. Ketika memakai headphone Bluetooth, gelombang suara yang dihasilkan speaker langsung menuju saluran telinga pengguna dari jarak yang sangat dekat, yaitu kurang dari satu sentimeter.
ADVERTISEMENT
Headphone Bluetooth secara langsung mentransmisikan getaran suara ke gendang telinga dan organ pendengaran lainnya. Menurut American Speech-Language-Hearing Association, paparan suara bising lebih dari 85 desibel dalam waktu lama sangat berbahaya bagi kesehatan telinga. Maka, penggunaan headphone Bluetooth harus dibatasi maksimal satu jam per hari agar terhindar dari risiko gangguan pendengaran dan kelainan telinga lainnya.
Kita perlu waspada bahwa penggunaan headphone Bluetooth dalam jangka panjang berpotensi merusak fungsi pendengaran. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Otology & Neurotology, paparan suara bising lebih dari 80 desibel dalam waktu lama dapat merusak rambut halus (stereocilia) di telinga dalam yang berfungsi mendeteksi getaran suara. Akibatnya, pendengaran akan terganggu secara permanen. Selain itu, getaran headphone Bluetooth yang kontinu juga dapat merusak sel-sel pendengaran dan menyebabkan tinitus atau dengingan di telinga. Maka, sangat dianjurkan untuk membatasi penggunaan headphone Bluetooth maksimal satu jam per hari guna mencegah kerusakan organ telinga dan pendengaran.
pria membetulkan posisi headphone yang tidak nyaman. foto: unsplash
Mengakibatkan Migrain
ADVERTISEMENT
Penggunaan headphone Bluetooth berlebih juga berisiko memicu sakit kepala dan migrain akibat tekanan getaran suara yang masuk ke saluran telinga. Menurut American Migraine Foundation, getaran yang ditransmisikan melalui tulang tengkorak dapat memicu migrain pada sebagian orang. Setelah digunakan beberapa jam, getaran headphone Bluetooth akan merangsang saraf sensorik di sekitar telinga dan kepala hingga memicu nyeri hebat. Maka, pendapat para pakar, penggunaan headphone Bluetooth harus dibatasi maksimal satu jam per hari sajaGetaran suara yang berulang-ulang juga dapat mengganggu beberapa saraf tengkorak yang mengontrol denyut nadi dan diameter pembuluh darah di sekitar kepala. Otot-otot di sekitar kepala dan leher juga menegang akibat stimulasi saraf yang berlebihan dan gangguan aliran darah otak. Kondisi ini dapat memicu sakit kepala dan migrain bagi pengguna headphone Bluetooth. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan headphone Bluetooth dibatasi maksimal satu jam per hari untuk menghindari risiko tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, saya juga prihatin penggunaan headphone Bluetooth yang berlebihan dapat mengganggu konsentrasi dan fokus penggunanya. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environment International, paparan getaran dan kebisingan kronis dapat memengaruhi fungsi kognitif. Alasannya, rangsangan suara berkepanjangan akan melelahkan saraf pendengaran dan otak yang dipaksa bekerja extra untuk memproses informasi audio secara terus-menerus. Dalam kondisi seperti ini, otak akan kesulitan menjaga fokus dan konsentrasi dalam jangka panjang. Selain merujuk penelitian, banyak psikolog juga memperingatkan dampak penggunaan headphone Bluetooth berlebihan terhadap fokus pengguna.
Maka sangat disarankan untuk membatasi penggunaan headphone Bluetooth maksimal 1 jam per hari, serta menghindari penggunaannya dalam situasi yang membutuhkan konsentrasi dan fokus tinggi. Kesehatan otak dan produktivitas harus menjadi prioritas dalam pemanfaatan teknologi audio seperti headphone Bluetooth.
ADVERTISEMENT
Penggunaan headphone Bluetooth yang berlebihan berpotensi mengganggu aliran darah dan merusak saraf di kepala. Menurut penelitian di jurnal Headache, getaran kronis pada pembuluh darah dapat memicu peradangan yang memengaruhi aliran darah ke otak. Kondisi ini dapat memicu sakit kepala jenis tekanan. Apalagi jika getaran headphone langsung masuk ke liang telinga yang sensitif, tentu akan berisiko menimbulkan migrain hebat.
Mengurangi levelitas dan kualitas fokus
Selain risiko fisik tersebut, penelitian di Journal of Cognitive Enhancement juga menemukan bukti bahwa getaran kronis berdampak pada fungsi kognitif seperti konsentrasi dan fokus. Alasannya, rangsangan audio berkepanjangan melelahkan saraf pendengaran sehingga otak kesulitan memproses informasi dengan fokus penuh. Maka, sangat penting untuk membatasi penggunaan headphone Bluetooth agar terhindar potensi gangguan fungsi otak serta risiko sakit kepala dan migrain akibat getaran yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan headphone Bluetooth secara berlebihan berpotensi menimbulkan beragam gangguan kesehatan bagi penggunanya. Risiko utama yang perlu diwaspadai meliputi gangguan pendengaran permanen akibat paparan suara bising secara langsung dan dalam jangka panjang, sakit kepala migrain karena getaran yang ditransmisikan ke tulang tengkorak, serta gangguan fungsi kognitif seperti konsentrasi dan fokus.
bekerja menggunakan headphone. foto : unsplash
Untuk mencegah agar risiko-risiko tersebut tidak terjadi, sangat dianjurkan membatasi penggunaan headphone Bluetooth maksimal 1 jam per hari saja. Selain itu, tetap perhatikan volume agar tidak terlalu keras, istirahatkan telinga dari headphone, dan hindari penggunaan headphone Bluetooth saat membutuhkan konsentrasi tinggi. Lebih baik mencegah sejak dini daripada menyesal di kemudian hari. Kesehatan dan produktivitas harus menjadi prioritas dalam menggunakan teknologi seperti headphone Bluetooth. Semoga informasi ini bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko kesehatan dari penggunaan headphone Bluetooth secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Daftar Bacaan
Recreational Firearm Noise exposure (no date) American Speech-Language-Hearing Association. Available at: https://www.asha.org/public/hearing/Recreational-Firearm-Noise-Exposure/
(Accessed: 24 November 2023).
Romano, R.R. et al. (2021) Could altered evoked pain responsiveness be a phenotypic biomarker for alzheimer’s disease risk? A cross-sectional analysis of cognitively healthy individuals, Journal of Alzheimer’s disease : JAD. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7990440/ (Accessed: 24 November 2023).