Konten dari Pengguna

Sejarah Taman Budaya Banyumas

Fatkhi Rahmania Okta Viani
Mahasiswi Universitas Amikom Purwokerto, Program Studi Ilmu Komunikasi
17 Juni 2023 0:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatkhi Rahmania Okta Viani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Depan Gedung Budaya Banyumas Soetedja. Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Potret Depan Gedung Budaya Banyumas Soetedja. Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Karya seni merupakan penanda perkembangan kebudayaan dari masa ke masa. Karenanya, penghargaan kepada seni ini semakin berkembang.Dalam hal penghargaan terhadap seni, pemerintah pun merespon dengan membentuk wadah organisasi kesenian di setiap daerah berupa dewan kesenian di tiap propinsi dan kabupaten. Semakin besarnya penghargaan masyarakat terhadap seni juga ditandai dengan semakin banyaknya aktifitas seni yang diselenggarakan baik berupa pertunjukan seni, pameran, maupun seminar atau sarasehan tentang seni.
ADVERTISEMENT
Kota Purwokerto sebagai ibu kota Kabupaten Banyumas yang mempunyai banyak kebudayaan daerah. Wujud kebudayaan Banyumas berawal dari kelompok-kelompok kecil masyarakat yang mendiami dusun-dusun, grumbul-grumbul dan desa-desa yang dibatasi oleh gunung, sawah, ladang, sungai, hutan dan semak belukar. Di setiap komunitas kecil itu terdapat spesifikasi budaya yang dibangun berdasarkan peradaban lokal komunitas tersebut. Oleh karena itu tidak mustahil apabila suatu ragam kesenian ada di satu kelompok masyarakat, tetapi tidak terdapat di kelompok masyarakat lainnya meskipun semua itu masih berada di dalam ranah kebudayaan Banyumas. Keberadaan aset seni dan budaya ini memerlukan pendokumentasian agar tidak punah, caranya bisa dengan menyediakan galeri dan perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya. Khusus untuk seni pagelaran memerlukan ruang untuk mengajarkan dan mementaskannya secara rutin agar dapat diketahui dan dipelajari masyarakat. Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto merupakan satu-satunya gedung kesenian yang masih tersisa di Purwokerto. Dalam rentang waktu tahun 70-an hingga 90-an, gedung ini merupakan tempat para seniman lokal menyalurkan kemampuan seni mereka dengan berbagai kegiatan seperti pementasan dan pameran.
ADVERTISEMENT
Taman Budaya Banyumas (TBB) diresmikan pada hari jum'at 22 Desember 2017. Menempati lahan seluas 1,7 Hektar Dijalan Pancurawis, Kelurahan Purwokerto Kidul, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Taman Budaya Banyumas merupakan taman budaya pengganti gedung Soetedja Di Pasar Manis.
Penamaan Gedung Kesenian Soetedja merupakan mengambil nama komponis legendaris Banyumas, yaitu R Soetedja Purwodibroto yang telah mengharumkan nama Banyumas di dunia musik Indonesia. Soekarmo Agung selaku bupati Banyumas pada saat itu kemudian memberikan penghargaan kepada Sang Legenda, dengan mengubah bekas gedung Bioskop Indra menjadi Gedung Kesenian Soetedjo. Pada 14 Maret 1970 nama Soetedja diresmikan sebagai nama gedung kesenian Banyumas. Nama Soetedja tetap dipakai karena nama ini memiliki nilai historis tentang perkembangan seni dan budaya Banyumas. Proses perencanaan dan perancangan tersebut juga sudah sesuai dengan kebijakan dan ketentuan dari pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
R. Soetedja merupakan seniman Banyumas yang terkenal dengan lagu Keroncong legendaris di Indonesia yaitu, Di Tepinya Sungai Serayu. Saking melegendanya lagu ini digunakan di Stasiun di Daop. Ketika memasuki area taman budaya akan terasa kental suasana Banyumas, yaitu dengan tulisan "B" Better Banyumas.
Potret Tulisan "B" Better Banyumas yang terletak di halaman depan. Sumber : Dokumen Pribadi
Di Lobby gedung Soetedja terdapat papan agenda kegiatan. dimana itu berisikan jadwal peserta yang sudah ada izin untuk menggunakan gedung itu. Terlihat di papan agenda ini, cukup banyak yang sudah ada izin untuk menggunakan gedung tersebut.
Potret papan agenda yang terletak di lobby. Sumber : Dokumen Pribadi
Di samping papan agenda, terdapat papan tata tertib untuk semua pengunjung ataupun peserta yang hendak menggunakan gedung itu untuk pertunjukan. Tata tertib ini diberlakukan agar pengunjung tetap menjaga fasilitas yang ada di gedung itu.
Potret papan tata tertib yang terletak di lobby. Sumber : Dokumen Pribadi
Sebagai lokasi dibangun taman budaya pengganti gedung sutera yang berlokasi di Pasar Manis, Pancurawis seharusnya dikonsep sebagai pusat budaya Banyumasan. Pemrintah kabupaten Banyumas perlu menerapkan beberapa konsep yang dijadikan pedoman bagaimana cara mengelola taman budaya agar tetap ramai. Misalnya pertunjukan ebeg setiap minggu pertama tiap bulannya. Dan ada baiknya jika setiap kesenian mendapatkan kesempatan tampil dalam tiap bulannya, tentu tetap memperhatikan atau mengatur giliran tiap grup kesenian.
ADVERTISEMENT