Konten dari Pengguna

Peran Media Sosial dalam Membentuk Pola Interaksi Sosial Remaja di Era Digital

Fatma Nur Azizah
hello! saya fatma, Mahasiswa
22 November 2024 18:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatma Nur Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber : galeri @fatma
zoom-in-whitePerbesar
sumber : galeri @fatma
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform utama bagi remaja untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk identitas. Di Indonesia, penggunaan media sosial, terutama di kalangan pelajar, telah meningkat pesat. Hal ini menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perilaku sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi dilakukan di Jakarta dengan melibatkan 200 remaja berusia 15-18 tahun, yang merupakan siswa dari berbagai sekolah menengah. Responden diminta untuk menjawab kuesioner dan melakukan wawancara terkait pengalaman mereka dengan media sosial.
1.Koneksi Sosial yang Diperkuat. Deskripsi: Banyak remaja melaporkan bahwa media sosial membantu mereka tetap terhubung dengan teman-teman, terutama selama pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19. Mereka menggunakan platform seperti WhatsApp dan Instagram untuk berkomunikasi dan berbagi momen penting. Conto: Siswa bernama Aisya mengaku bahwa ia merasa lebih dekat dengan teman-teman sekelasnya meskipun tidak bisa bertemu langsung. Ia sering melakukan video call dan berbagi cerita melalui grup chat. 2.Dukungan Emosional Deskripsi: Media sosial juga berfungsi sebagai saluran untuk mendapatkan dukungan emosional. Remaja sering berbagi pengalaman pribadi dan mendapatkan respons positif dari teman-teman mereka. Contoh: Rian, seorang siswa, berbagi tentang kesulitan yang ia hadapi dalam belajar daring. Teman-temannya memberikan dorongan dan tips yang membuatnya merasa didukung. 3.Cyberbullying Deskripsi: Di sisi lain, kasus cyberbullying menjadi salah satu masalah serius. Sekitar 30% responden mengaku pernah mengalami atau menyaksikan tindakan bullying di media sosial. Contoh: Siti, seorang siswa, menjadi korban bullying ketika foto-fotonya diunggah dan dijadikan bahan lelucon oleh teman-teman sekelasnya. Dampaknya, ia merasa tertekan dan cemas. 4. Perbandingan Sosial Deskripsi: Banyak remaja merasa tertekan akibat perbandingan sosial yang terjadi di media sosial. Mereka sering membandingkan diri dengan gaya hidup dan pencapaian teman-teman yang diposting secara online. Contoh: Dika mengaku merasa tidak percaya diri karena melihat teman-temannya memposting foto liburan dan pencapaian akademis. Hal ini membuatnya merasa kurang berharga. 5. Isolasi Sosial Deskripsi: Meskipun media sosial dapat memperkuat koneksi, beberapa remaja melaporkan merasa semakin terisolasi. Mereka lebih memilih berinteraksi secara online daripada bertemu langsung. Contoh: Nia, yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, merasa kesulitan untuk berkomunikasi secara langsung dengan teman-temannya. Ia mengakui bahwa keterampilan sosialnya menurun.
ADVERTISEMENT