Konten dari Pengguna

B-ICON 2024: Menggali Inovasi untuk Mengatasi Beban Penyakit Tidak Menular

B-ICON 2024
B-ICON Polkeslu 2024
25 September 2024 7:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari B-ICON 2024 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
B-ICON 2024: Menggali Inovasi untuk Mengatasi Beban Penyakit Tidak Menular
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bengkulu, 24 September 2024 - Auditorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu menjadi saksi bisu dari semangat luar biasa yang terpancar pada pembukaan Bengkulu International Conference On Health (B-ICON) ke-4. Konferensi ini, yang dihadiri oleh 167 peserta dari berbagai institusi kesehatan di Bengkulu dan para ahli internasional terkemuka, menjadi arena pertukaran pengetahuan dan ide-ide segar dalam upaya mengatasi tantangan kesehatan global, khususnya dalam memerangi penyakit tidak menular (PTM).
ADVERTISEMENT
Sesi pertama konferensi, yang dipandu oleh Andita Ratnadhiani, seorang dosen spesialis keperawatan medikal-bedah, menghadirkan tiga pembicara yang memberikan wawasan mendalam tentang berbagai aspek penting dalam penanganan PTM. Prof. Syed Mohamed Aljunid dari International Medical University, Malaysia, memulai sesi dengan menelusuri sejarah dan perkembangan asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance/SHI). Beliau menjelaskan bagaimana SHI, yang pertama kali diperkenalkan di Jerman pada tahun 1883, telah berevolusi menjadi sistem yang kompleks dan beragam di berbagai negara.
Prof. Aljunid menekankan pentingnya SHI dalam memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat, terutama di negara-negara berkembang yang menghadapi beban PTM yang semakin besar. Namun, beliau juga tidak menutup mata terhadap tantangan implementasi SHI, seperti cakupan yang rendah, inefisiensi sistem, dan mekanisme pembayaran yang kompleks. "Pendekatan inovatif diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa SHI dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung upaya pencegahan dan pengendalian PTM," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dr. Esti Widiastuti, MScPH dari Kementerian Kesehatan RI, melanjutkan diskusi dengan menyajikan data yang mengkhawatirkan tentang beban PTM di Indonesia. PTM tidak hanya menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan, tetapi juga membebani anggaran kesehatan secara signifikan. "Pada tahun 2021, Indonesia menempati peringkat ke-5 dalam jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia, dengan 19,5 juta kasus. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045," ungkap Dr. Esti.
Beliau juga menyoroti tren peningkatan obesitas dan faktor-faktor risiko PTM lainnya, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat. Dr. Esti menekankan pentingnya deteksi dini, intervensi gaya hidup sehat, dan penguatan sistem kesehatan dalam upaya mengatasi beban PTM. "Transformasi sistem kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari penguatan pelayanan kesehatan primer hingga pemanfaatan teknologi kesehatan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sesi pertama ditutup dengan presentasi yang memukau dari Prof. Vinot Kumar Ponnusamy, PhD dari Kaohsing Medical University, Taiwan. Beliau memperkenalkan teknologi analisis canggih yang dapat digunakan untuk pemantauan biologis manusia dan diagnosis klinis yang cepat. Salah satu inovasi yang disorot adalah teknik "New-in Syringe based salt-assisted homogenious LLME", yang memungkinkan analisis sampel biologis dengan lebih cepat, akurat, dan efisien, bahkan dalam kondisi laboratorium yang terbatas.
Prof. Ponnusamy menjelaskan bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk mendeteksi biomarker penyakit, memantau efektivitas terapi, dan mengidentifikasi faktor risiko kesehatan secara dini. "Dengan teknologi analisis yang canggih, kita dapat mengungkap risiko kesehatan yang tersembunyi dan melakukan intervensi sebelum penyakit berkembang menjadi parah," ujarnya.
B-ICON 2024 tidak hanya menjadi ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga platform untuk merangsang inovasi dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan kesehatan global. Diskusi yang mendalam dan pertukaran pengetahuan yang terjadi di konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi-solusi konkret untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya dalam pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular.
ADVERTISEMENT
Dengan semangat "Building Health Resilience", B-ICON 2024 mengajak kita semua untuk berpikir kreatif, bertindak inovatif, dan bekerja sama dalam membangun masa depan kesehatan yang lebih baik. Konferensi ini adalah bukti nyata bahwa Bengkulu siap menjadi pusat inovasi dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan kesehatan global, serta memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat, tidak hanya di Bengkulu, tetapi juga di seluruh Indonesia dan dunia.(Fauzan)