Konsep Wisata Halal di Indonesia, Apakah Menarik ?

Fauzan al hafidh
Seorang mahasiswa di Uin Syarief Hidayatullah
Konten dari Pengguna
9 Desember 2022 9:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fauzan al hafidh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bora bora island ( sumber : https://pixabay.com/photos/bora-bora-island-caribbean-tahiti-3023437/ )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bora bora island ( sumber : https://pixabay.com/photos/bora-bora-island-caribbean-tahiti-3023437/ )
ADVERTISEMENT
Wisata adalah perjalanan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, Sudah banyak tempat wisata yang ada di Indonesia mulai dari Wisata Bahari, Wisata Pertanian dan Wisata Ziarah dengan banyaknya tempat wisata di Indonesia menjadi peluang untuk membangun perekonomian Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), populasi muslim di Indonesia diperkirakan sebanyak 237,56 juta jiwa maka dari itu hal yang wajar banyak tempat wisata religi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, istilah wisata halal pun muncul. Wisata halal atau halal tourism menurut Mohsin et al. (2016) berkaitan dengan penyediaan produk dan jasa pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim dalam rangka memfasilitasi ibadah dan kebutuhan lainnya sesuai dengan syariat Islam. Menurut behaviorisme, mengadopsi selera muslim mengacu pada adat budaya berpakaian, makanan, dan perilaku daerah.
Pada tahun 2015 Kementerian Pariwisata mulai ingin mengembangkan wisata halal, wisata halal menurut Mohsin et al (2016) mengacu pada penyediaan produk dan layanan pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim untuk memfasilitasi ibadah dan persyaratan lainnya sesuai dengan syariat Islam. Wisata halal di Indonesia " Apakah menarik ? " dapat dilihat pada tahun 2018 mencapai 18%, dengan jumlah wisatawan Muslim mancanegara yang berkunjung ke destinasi wisata halal prioritas Indonesia mencapai 2,8 juta dengan devisa mencapai lebih dari Rp 40 triliun, dari hal itu menggambarkan terdapat ketertarikan besar wisatawan Muslim mancanegara terhadap wisata di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, ketika mengembangkan konsep pariwisata, konsep halal berarti bahwa tujuan harus jelas menargetkan pelanggan (Muslim dalam hal ini), lokasi kegiatan (atribut dan tujuan), rincian kegiatan serta produk dan layanan yang ditawarkan.
Untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan Muslim, anda harus mengikuti kriteria tertentu saat menyediakan akomodasi atau layanan agar wisatawan dapat tetap menjalankan ibadah dan kewajibannya sebagai Muslim tanpa mengorbankan kenyamanan perjalanan.
Menurut Mosh et al. (2020) meliputi:
Media memiliki informasi tentang lokasi tempat ibadah terdekat, terutama informasi tentang ketersediaan bagi laki-laki Muslim yang wajib melaksanakan shalat Jumat. Kawasan wisata, termasuk layanan hotel, juga harus memiliki layanan dan akomodasi yang mencakup sekurang-kurangnya musala dan/atau sajadah dalam kamar dan petunjuk arah kiblat. Umat ​​Islam shalat minimal 5 waktu dalam sehari, meskipun ada fasilitas untuk musafir atau orang yang bepergian dalam keadaan tertentu, namun tetap harus shalat di tempat dengan fasilitas yang bersih dan layak.
ADVERTISEMENT
Makanan halal yang ditawarkan harus terjamin kehalalannya. Selain pemilihan bahan, cara penyembelihan dan persyaratan lainnya juga harus sesuai dengan syariat Islam. Kami merekomendasikan untuk mendekati restoran dengan sertifikat halal atau makanan bersertifikat halal yang ditandai dengan logo halal dari badan sertifikasi halal global seperti JAKIM Malaysia atau MUI Indonesia.
Di beberapa negara, seperti Jepang, yang saat ini sedang berusaha mengembangkan segmen wisata Islami misalnya melalui inovasi, menawarkan makanan vegetarian dan aneka makanan laut, serta pelarangan sajian daging babi dan alkohol di akomodasi wisata kuliner dalam layanan wisata halalnya. (Ainin et al., 2020; Hariani, 2016; Samori et al., 2016; Moshin et al., 2020). Tidak seperti negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda, yang menawarkan beragam daftar restoran halal serta masakan Timur Tengah dalam wisata kulinernya, hal ini juga menarik banyak non-Muslim yang mencari hidangan eksotis dan biasa saja. Mencari kesucian dan kebersihan, keamanan tinggi karena dijamin halal (Al-Ansi et al., 2018 dalam Moshin et al., 2020).
ADVERTISEMENT
Destinasi wisata yang dituju memiliki adat istiadat dan kesopanan sesuai dengan nilai-nilai agama Islam, termasuk tata cara berpakaian dan lain-lain. Untuk pengaturan pendukung lainnya, tidak ada alkohol di dalam kamar, tidak ada minibar, tidak ada materi pornografi atau informasi yang menjurus ke arah seksual di dalam kamar, ada waktu berenang khusus untuk wanita dan staf berpakaian dengan pantas.
Berbeda dengan pendapat Meirzald (2020), wisata halal dalam perspektif Islam berfokus pada isu-isu seperti community engagement, tujuan Islami, makanan dan minuman, yang diatur oleh beberapa indikator wisata halal, antara lain:
ADVERTISEMENT
Wisata Halal ini akan menarik jika terdapat pembaruan dalam fasilitas dan layanannya, karena akan menjadi kunci utama untuk menarik wisatawan atau wisatawan muslim macanegara. Ada 6 kebutuhan utama wisatawan muslim saat sedang berwisata yang dapat ditingkatkan, ialah: Tersedianya makanan dan minuman halal, tersedianya fasilitas ibadah, toilet dengan air untuk wudhu yang memadai, pelayanan pada saat bulan Ramadhan misalnya makanan untuk berbuka dan sahur, pencantuman label halal pada makanan dan minumam halal agar wisatawan dapat membedakan yang halal dengan yang haram, dan fasilitas akomodasi yang menjaga privasi atau tidak bercampur secara bebas.