Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Jejaring dan Komitmen Keislaman, Keindonesiaan HMI
5 Februari 2025 16:02 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fauzan Dardiri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Fauzan Dardiri
Kiprah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai kawah Candradimuka generasi muda (mahasiswa) bangsa berjalan berkesinambungan hingga saat ini. Selain dikenal memiliki jejaring kuat, komitmen keIslaman dan keIndonesiaan tak pernah luntur.
ADVERTISEMENT
Kini, HMI memasuki usia ke-78 tahun. Tokoh penting dalam pembentukannya, tak lain, Prof Dr Lafran Pane pada 5 Februari 1947 Masehi atau 15 Rabiulawal 1365 Hijriyah di ruang perkuliahan Sekolah Tinggi Islam yang kini dikenal Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.
78 tahun, HMI mewarnai Indonesia. Hadir di perguruan tinggi negeri dan swasta. Data Tahun 2023, HMI memiliki 20 Badan Koordinasi (Badko) tingkat Provinsi atau gabungan dengan jumlah Cabang dan Cabang Persiapan tak kurang dari 267 Cabang tingkat Kabupaten dan Kota. Kemudian, memiliki 5 Cabang di Luar Negeri.
Jejaring HMI tumbuh seiring dengan pertumbuhan perguruan tinggi. Kondisi ini tidak terlepas dari aktifnya perkaderan. Perkaderan merupakan upaya menggembleng, menggali potensi kader. Tak hanya itu, perkaderan seperti sumber mata air keberlangsungan HMI, dalam merawat kejernihan (kualitas) kader.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menggambarkan kekuatan perkaderan HMI. Yaitu, Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI sebagai landasan ketauhidan, kemanusiaan dan kemasyarakatan kader. Memacu kader menambah wawasan intelektual, membaca dan menulis, sehingga menghadirkan kader muslim, intelektual dan profesional.
Hal ini tidak terlepas dari doktrin NDP HMI dalam membentuk profil kader HMI atau dikenal Lima Kualitas Insan Cita, yaitu insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan Islam dan insan bertanggungjawab atas terwujudnya mayarakat adil makmur.
Pertama, Insan Akademis. Kader HMI hsrus berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, kritis dan ojektif. Kedua, Insan Pencipta. Kader HMI harus memiliki kreativitas, daya prediktif, serta mampu melihat hal-hal di luar yang terjadi. Ketiga, Insan Pengabdi. Segala potensi diri atau Ilmu yang dimiliki kader HMI harus diwujudkan dalam pengabdian.
ADVERTISEMENT
Keempat, Insan yang bernafaskan Islam. Islam harus menginternalisasi pada diri Kader HMI dalam mengabdikan diri. Kelima, Insan yang bertanggungjawab. Kader HMI harus bertanggungjawab atas keilmuan, daya kreatif, pengabdian dan nilai keIslamannya.
Berbekal tempaan perkaderan di HMI berpengaruh pada pasca berproses dan menjalani kehidupan bermasyarakat (dibaca; alumni). Tak heran, mudah ditemui, para alumni HMI yang terjun, berperan aktif dalam berbagai pembangunan, melalui jalur pengabdiannya masing-masing, seperti birokrat, pengusaha, politisi, akademisi, jurnalis, non government organization (NGO), dan sebagainnya, tetap memegang teguh keislaman dan keindonesia.
Keteguhan sikap tersebut, sesuai dengan amanat melaui pesan Prof Lafran Pane kepada kader HMI yang purna berproses di HMI. "Dimana pun kau berkiprah tak ada masalah, yang penting semangat keislaman dan keindonesiaan itu yang harus kau pegang teguh."
ADVERTISEMENT
Pesan ini, tidak terlapas dari pemikiran Prof Lafran Pane bahwa agama Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan hubungan manusia satu dengan yang lainnya baik lingkup keluarga, hingga lingkup masyarakat dan negara. Ia berkeyakinan, Islam berisi peraturan-peraturan dan tuntutan untuk segala aspek kehidupan.
Ia pun menilai Islam sebagai satu kebudayaan yang sempurna. Tidak diciptakan manusia, tapi diturunkan langsung oleh Allah kepada masyarakat Arab serta berlaku Universal. Namun, adanya berbagai macam bangsa, yang memiliki perbedaan dalam masyarakatnya, faktor alam, kebiasaan dan lainya. Maka, kebudayaan Islam hendaknya dapat diselaraskan dengan tiap masyarakat.
Menurut Lafran Pane sebagaimana ditulis dalam Buku 'Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya', yang ditulis Hariko Wibawa Satria. Pasca kemerdekan, dampak kolonialisme tidak serta merta lenyap, khususnya dari meraka yang hanya menerima pengajaran di lembaga-lembaga kolonial. Seperti, mereka menganggap bangsa Barat dalam segala hal lebih baik dari bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Islam mengajarkan semua manusia itu setara dan menentang perbudakan. Atas dasar tersebut kemudian Prof Lafran Pane memprakarsai pendirian Himpunan Mahasiswa Islam atau kita kenal dengan HMI sebagai aktualisasi dan pandangannya tentang Islam dan Indonesia.
Prof Lafran Pane mendirikan HMI bertujuan, mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam. Ini kemudian meneguhkan komitmen HMI terhadap keIslaman dan keIndonesiaan.
Atas dasar tersebut, bagi keluarga besa kader dan alumni HMI seyogyanya terus berikhtiar mengabdi mewujudkan masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT dalam bingkai keislaman dan keindonesia. Selamat Diesnatalis HMI ke-78 Tahun.(*)
Penulis adalah Ketua DPD KNPI Kota Serang 2025-2028, Ketua Umum HMI Cabang Serang 2011-2012.
ADVERTISEMENT