Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ucapan Terima Kasih Jadi Bentuk Syukur dan Kunci Bertambahnya Nikmat dalam Islam
4 September 2023 6:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fauzan Kurnia Zain tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Interaksi sosial umumnya memiliki 2 bentuk dengan respons yang berbeda dari manusia satu sama lain. Kedua interaksi tersebut adalah interaksi sosial disosiatif dan interaksi sosial asosiatif. Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang mengarah pada konflik antar individu atau kelompok, respons manusia dalam interaksi ini biasanya adalah muncul rasa marah, benci, hingga saling memusuhi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang mengarah pada penyelesaian, persatuan, dan hal positif lainnya. Kebanyakan respons manusia terhadap interaksi ini adalah muncul rasa nyaman, senang, dan bahagia yang sering kali tercermin melalui ucapan “Terima kasih”
Ucapan “Terima kasih” sudah menjadi tabiat umum hampir semua manusia setelah mereka mendapat suatu kebaikan dari sesamanya. Orang tua kita telah mengajarkan kita untuk mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang, bahkan hanya sekadar, berbuat baik kepada kita supaya menjadi kebiasaan kita seumur hidup.
Namun, ada pula sebagian manusia yang melupakan, bahkan segan untuk mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah berbuat baik kepada mereka. Padahal, ucapan “Terima kasih” ternyata salah satu ibadah manusia kepada Allah SWT, yaitu bentuk syukur.
“Siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak (dapat) mensyukuri yang banyak. Siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, ia tidak bersyukur kepada Allah. Menceritakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya (termasuk) kufur. Persatuan adalah Rahmat dan perpecahan adalah adzab..” (HR. Ahmad dan di-hasan-kan oleh Syaikh Al Bani).
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW memberi tahu kita bahwa seseorang tidak dapat mensyukuri suatu nikmat yang lebih besar dari nikmat yang ia peroleh saat ini sebelum ia mampu mensyukurinya. Seseorang yang tidak berterima kasih kepada orang lain atas kebaikan yang diberikan sama dengan tidak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan melalui perantara orang tersebut.
Dengan kata lain, apabila kita tidak mengucapkan “Terima kasih” kepada sesama manusia atas kebaikannya, sama saja kita tidak bersyukur kepada-Nya sehingga menjadi sebab berkurangnya nikmat tersebut, bahkan dapat merubahnya menjadi adzab.
Hadits di atas juga memberikan kita pemahaman lebih mengenai ucapan “Terima kasih” bukan hanya sekadar ucapan sebagai bentuk apresiasi atas kebaikan orang lain, namun salah satu bentuk ibadah seorang hamba kepada Tuhan-nya, bersyukur.
ADVERTISEMENT
Ucapan tersebut dapat terhitung ibadah apabila seseorang menyadari bahwa kebaikan yang ia terima dari orang lain hakikatnya adalah pemberian Allah SWT melalui manusia sebagai perantara.
Allah menambah nikmat seorang hamba apabila ia bersyukur dan memberi adzab kepadanya apabila ia kufur. (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7). Ayat tersebut memberi tahu ‘apa kunci terbukanya nikmat-nikmat Allah kepada para hamba-Nya dan sebab turunnya adzab atas mereka.’ Syukur adalah kuncinya.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad memiliki kaitan yang sangat erat dengan firman Allah SWT, surat Ibrahim ayat 7. Kandungan kedua sumber hukum itu saling mendukung dan melengkapi.
ADVERTISEMENT
Hadits mengajarkan manusia bagaimana cara bersyukur dan merincikan apa yang Allah sampaikan melalui ayat tersebut, menjawab pertanyaan yang muncul atas firman-Nya “Mengapa Allah hanya menambah nikmat kepada para hamba yang bersyukur saja? Mengapa harus dengan bersyukur?” Sedangkan Al-Quran memberi tahu manusia apa yang akan mereka terima apabila mengamalkan kandungan hadits tesebut.
Seseorang yang mampu mensyukuri suatu nikmat (apa yang telah ada dalam ataupun sekitar mereka) berarti mampu mensyukuri suatu nikmat yang lebih besar dan seseorang yang berterima kasih kepada sesamanya berarti ia bersyukur kepada Allah SWT. Mereka itulah orang-orang yang akan Allah tambahkan nikmatnya sebagaimana kandungan surat Ibrahim ayat 7.
Kehidupan sehari-hari kita tidak dapat lepas dari interaksi antar sesama manusia. Sebagian dari kita mengumandangkan adzan Subuh untuk membangunkan, mengajak, dan merangkul sebagian lainnya untuk melaksanakan kewajiban kita kepada Allah SWT. Manusia memiliki berbagai macam profesi yang saling melengkapi keberlangsungan hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Ada para ahli agama yang menuntun hubungan kita kepada Allah SWT, para guru yang mentransfer ilmu untuk mencerdaskan SDM, para ilmuwan/penemu yang berusaha mencarikan solusi atas berbagai problematika kehidupan manusia, dan masih banyak lagi profesi lainnya.
Banyaknya ragam profesi atau tindakan manusia yang saling melengkapi sudah seharusnya menjadi sebab kita saling berterima kasih kepada sesama. Kita memberi ucapan “Terima kasih” tidak terbatas hanya kepada para profesionalis suatu bidang, namun kepada siapa pun yang telah berbuat baik kepada kita.