Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pratin-Baturraden: Jalur Terobosan Yang Terlupakan
3 Januari 2025 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Fauzani Diki Satria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Minggu pagi yang mendung tak menyurutkan langkahku dan temanku untuk beranjak dari rumah menuju Pratin . Udara sejuk dan dingin menyelimuti perjalanan kami, menghadirkan suasana yang tenang dan damai. Pratin, yang terkenal dengan kebun stroberinya, menjadi tujuan kami untuk melepas penat sekaligus mencicipi hasil bumi segar yang selalu menggoda.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di Pratin, kami langsung disambut dengan hamparan hijau tanaman stroberi. Di salah satu kios kecil di pinggir kebun, kami membeli sebungkus stroberi segar yang masih berembun. Rasanya manis asam, segar, seperti membangkitkan kembali energi yang sempat hilang. Sambil menikmati stroberi, percakapan kami mengarah ke sebuah kenangan tentang jalur terobosan yang tak ramai dilalui sebagai penghubung utama antara Pratin dan Baturraden.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan itu tampaknya tinggal harapan. Jalur terobosan Pratin-Baturraden kini terbengkalai. Aspalnya sudah rusak, digenangi air hujan seperti di sungai, dan beberapa bagiannya bahkan tertutup semak belukar. Jarang ada kendaraan yang berlalu lalang, tidak ada geliat aktivitas yang menandakan kehidupan di sana. Kami memutuskan untuk menyusuri jalur itu, meskipun beresiko.
Di tengah perjalanan, hujan pun mulai turun dan kami memutuskan memakai mantel. Dengan suasana yang gelap oleh rindangnya pohon cemara dan dinginnya air hujan, tak membuat kami gentar untuk meneruskan perjalanan. Saat meneruskan perjalanan, kami melihat ada warung yang berada di tengah hutan dan kami bertanya-tanya “kok bisa ya jualan disitu?,” ucap temanku.
Setelah sekian lama menulusuri jalan yang rusak, akhirnya kami sampai pada aspal yang terawat dan halus. Di jalan yang halus itu, kami melewati sebuah kafe yang berada di tengah hutan, yaitu Safari See To Sky. Niatnya kami ingin mampir kesana, tetapi waktu tidak merestui.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya kami pun sampai di Kebun Raya Baturraden. Hari itu pun, kami menyudahi perjalanan dengan perasaan campur aduk. Stroberi yang kami beli masih terasa manis, tapi pikiranku terusik oleh ironi jalur terobosan yang kini terabaikan. Mungkin, di balik mendung pagi ini, ada harapan bahwa suatu saat jalur Pratin-Baturraden akan kembali hidup. Tidak hanya menjadi penghubung fisik, tetapi juga jembatan harapan bagi masyarakat sekitar dan sektor pariwisata Banyumas.