Konten dari Pengguna

Fenomena Second Account Instagram di Kalangan Gen Z

fauzia nur aeni
Saya Fauzia Nur Aeni Mahasiswa dari UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
16 November 2024 17:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari fauzia nur aeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena Second Account Instagram di Kalangan Gen Z.Sumber. Canva desain pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena Second Account Instagram di Kalangan Gen Z.Sumber. Canva desain pribadi
ADVERTISEMENT
Fenomena akun kedua atau “second account” di Instagram, yang juga dikenal sebagai “fake Instagram” atau “finsta,” telah menjadi tren populer di kalangan Gen Z. Di tengah tekanan media sosial yang sering kali menuntut kesempurnaan, akun kedua ini memberikan mereka ruang lebih bebas untuk berekspresi. Berbeda dengan akun utama yang biasanya dikelola dengan lebih teliti untuk terlihat rapi dan sempurna, akun kedua lebih spontan, kurang terstruktur, dan umumnya bersifat pribadi. Bagi Gen Z, akun kedua memberikan kebebasan untuk membagikan hal-hal yang lebih personal tanpa perlu khawatir dengan penilaian orang lain.
ADVERTISEMENT
Akun utama sering kali menjadi “etalase” untuk menunjukkan versi terbaik diri mereka, seperti pencapaian, foto yang sudah diedit sempurna, atau momen spesial yang terlihat menarik. Namun, tidak semua pengguna nyaman dengan standar ini. Mereka merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di hadapan teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja yang mengikuti akun utama mereka di Instagram. Sebaliknya akun kedua menjadi ruang di mana Gen Z merasa lebih bebas untuk mengunggah konten tanpa tekanan dari pandangan atau penilaian banyak orang. Biasanya hanya teman dekat atau orang-orang terdekat yang mengikuti akun ini, sehingga pengguna merasa lebih aman dan bisa mengekspresikan diri tanpa khawatir akan berdampak sosial yang negatif.
Perbedaan mendasar antara akun utama dan akun kedua terletak pada tujuan dan cara keduanya digunakan. Akun utama biasanya digunakan untuk berbagi konten yang lebih sesuai dengan citra publik yang ingin ditonjolkan. Konten di akun utama umumnya dirancang untuk menarik perhatian lebih luas, dengan harapan memperoleh banyak suka atau komentar positif. Sementara itu, akun kedua memberikan pengalaman yang berbeda. Di akun ini, Gen Z cenderung lebih spontan dan bebas dalam berbagi konten, tanpa terlalu memikirkan jumlah like atau tanggapan orang lain. Unggahan di akun kedua mungkin berupa foto yang tidak sempurna, status lucu atau nyeleneh, serta pengalaman sehari-hari yang lebih “mentah” dan alami. Akun ini menjadi ruang bagi pengguna untuk lepas dari ekspektasi sosial, di mana mereka bisa berbagi cerita dengan lebih jujur dan autentik.
ADVERTISEMENT
Fenomena akun kedua ini bukan sekadar tren, melainkan juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental penggunanya. Akun kedua memberi Gen Z kesempatan untuk tetap aktif di media sosial tanpa terbebani oleh ekspektasi yang ada. Di sini, mereka bisa lebih jujur dalam mengekspresikan emosi, kegelisahan, atau bahkan kekecewaan. Akun ini berfungsi seperti ruang terapi, di mana mereka bisa menunjukkan diri tanpa harus memenuhi standar kesempurnaan. Fenomena ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan keaslian di kalangan generasi muda. Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih terbuka tentang kesehatan mental, dan akun kedua menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih lepas. Dalam jangka panjang, kebebasan ini dapat membantu mereka menjaga keseimbangan emosional dan mengurangi tekanan untuk selalu tampil sempurna.
ADVERTISEMENT
Fenomena akun kedua mencerminkan perubahan dalam budaya media sosial, di mana pengguna mulai merasa lelah dengan standar kesempurnaan yang sering ditampilkan di platform-platform ini. Pengguna dari generasi Z menolak citra yang selalu tampak rapi dan sempurna di media sosial dan lebih memilih ruang yang lebih nyaman dan autentik bagi diri mereka sendiri. Ini bisa menjadi indikasi bahwa generasi muda mulai mempertanyakan dampak media sosial terhadap kehidupan mereka dan mencari cara untuk lebih mengontrol pengalaman mereka secara online. Akun kedua mencerminkan keinginan untuk keaslian dan kebebasan, sekaligus menunjukkan sikap kritis generasi Z terhadap cara media sosial mempengaruhi pandangan masyarakat. Dengan menggunakan akun kedua, generasi ini berusaha menciptakan ruang yang lebih pribadi dan tidak terlalu terpengaruh oleh algoritma atau tekanan sosial. Sebagai kesimpulan, Fenomena akun kedua di Instagram di kalangan Gen Z menggambarkan kebutuhan yang kuat untuk mempertahankan keaslian dan menjaga kesehatan mental di era digital. Akun ini memberikan mereka ruang yang aman untuk mengekspresikan diri dengan jujur tanpa takut dihakimi oleh orang lain di sekitar mereka. Pada akhirnya, akun kedua merupakan respons kreatif dari Gen Z terhadap tekanan sosial di media sosial. Akun ini menjadi alat bagi mereka untuk mencari dan mengekspresikan jati diri dengan bebas. Fenomena ini mencerminkan pergeseran budaya digital yang lebih mengutamakan kenyamanan dan keaslian di tengah dunia maya yang terstruktur. Dengan memahami fenomena ini, kita dapat melihat bagaimana media sosial akan terus berkembang mengikuti kebutuhan penggunanya dan mungkin akan menjadi lebih inklusif serta mendukung keaslian di masa depan.
ADVERTISEMENT