Konten dari Pengguna

Ramah Tamah dan Toleransi Budaya Asli Orang Papua

Siti Fauziah
Sesdilu 76, Kementerian Luar Negeri
21 Juni 2024 15:29 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ibarat kata pepatah, tak kenal maka tak sayang, itulah yang saya rasakan ketika berinteraksi dengan teman lama saya dari Papua. Ucapan salam hangat yang tidak gampang diucapkan bagi Sebagian orang justru terlontar dari teman saya, Ana (nama samaran) dari Papua. Tidak hanya itu, Ana juga tanpa ragu menawarkan bantuan untuk membawa barang ke lantai atas Asrama Anggrek yang kala itu belum ada fasilitas lift seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dengan rekan sesama pelamar CPNS Kemlu di akhir 2009, tapi Ana juga ramah kepada pihak panitia dan para karyawan di Pusdiklat. Candaan hangat selalu terlontar dari bibir manisnya, mencairkan ketegangan saat kita semua serius belajar mempersiapkan ujian seleksi CPNS esok harinya dengan penuh harap.
Perilaku ramah tamah juga ditemui pada Lukas (nama samaran) rekan asal Papua lainnya. Saat pertama kali tiba di Canberra, Australia, Lucas begitu tulus mengantarkan kami, mahasiswa baru asal Indonesia ke Counter Vodafone di City Center untuk mendapatkan harga bundling yang terjangkau. Bagi kami perantauan di negeri orang, tentu informasi ini sangatlah berharga.
Sumber: https://unsplash.com/s/photos/papua-indonesia
Toleransi antar umat beragama juga sangat tinggi tercermin dari ayam dan sosis yang dibawa oleh rekan-rekan Papua dari Halal Butcher di Gungahlin yang jaraknya cukup jauh sekitar 30 km dari tempat tinggal mereka. Ditambah dengan bumbu barbeque yang khas, tidak heran ayam dan sosis yang mereka bawa selalu dinanti saat acara kumpul bersama di pinggir danau Burley Griffin, tidak jauh dari Crawford School of Public Policy, tempat kami menimba ilmu kala itu.
ADVERTISEMENT
Banyak orang beranggapan bahwa Papua banyak kerusuhan dan orang-orangnya menyeramkan. Tetapi saya membuktikan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Orang Papua ramah, baik hati, tulus dan toleran. Rupanya, harmonisasi, toleran dan menghargai keberagaman merupakan urat nadi dari genetik orang Papua sebagaimana disampaikan oleh peneliti BRIN, Dr. Mohammad Fathi Royyani pada Webinar Tradisi Ramadhan di Papua: Memperkuat Toleransi dan Harmonisasi pada April lalu.
Hingga saat ini, keramahan dan ketulusan orang Papua selalu teringat di benak saya. Kesan mendalam begitu nyata, berbeda jauh dengan pemberitaan negatif yang cukup banyak beredar di media. Saya percaya hubungan people to people contact yang hangat dan penuh keakraban merupakan modal utama untuk membangun trust antara masyarakat Papua dan Indonesia secara keseluruhan demi menjaga persatuan dan kesatuan.
ADVERTISEMENT