Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sudah, Jangan ke Jatinangor di Bulan Januari, Februari, Juli, dan Agustus
2 Juli 2024 18:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fauziah Herlina Azhar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sudah jangan ke Jatinangor
Masih banyak kota lain
Perempuan tak cuma dia
ADVERTISEMENT
Ada tiga miliar dua puluh satu
Penggalan lirik di atas adalah salah satu lagu kolaborasi The Panas Dalam Bank dengan Jason Ranti yang berjudul “Sudah Jangan ke Jatinangor”. Jika disamakan dengan kondisi di Jatinangor pada masa liburan semester yakni bulan Januari, Februari, Juli, dan Agustus, maka liriknya berubah menjadi:
Sudah jangan ke Jatinangor
Masih banyak kecamatan lain
Kecamatan tak cuma dia
Ada tiga miliar dua puluh satu
Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan yang luasnya 262 km² itu “berkelahi” dengan 4 perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN), dan Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) berdiri kokoh di kecamatan yang dulunya hanyalah area perkebunan teh dan pohon karet milik perusahaan swasta Belanda.
ADVERTISEMENT
Karena di dalamnya terdapat 4 perguruan tinggi, maka Jatinangor banyak diisi oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Unpad. Dilansir dari Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Sumedang, pada tahun 2022 Jatinangor memiliki jumlah penduduk lokal sebanyak 98.000 jiwa. Dibandingkan dengan mahasiswanya, secara kasar perkiraan jumlah mahasiswa di Jatinangor bisa mencapai hingga 50.000 mahasiswa dari berbagai daerah.
Jumlah mahasiswa sudah setengahnya dari jumlah penduduk lokal, lantas bagaimana keadaan Jatinangor jika mahasiswa pulang ke daerah masing-masing saat libur semester?
Kecamatan Mati di Kabupaten Sumedang
Karena banyak ditinggali oleh mahasiswa, Jatinangor mendadak seperti kecamatan mati di bulan-bulan liburan semester. Kebanyakan mahasiswa pulang ke daerah asal untuk melupakan sejenak hiruk pikuk kecamatan yang rasa padatnya menyerupai kota metropolitan itu. Bahkan jalanan satu arah yang biasanya macet, terlihat lebih lengang dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Jika biasanya di sepanjang jalan kita bisa menemukan makanan, minuman, atau jajanan dengan mudah, maka kita harus berusaha lebih untuk bertahan hidup di masa liburan semester. Hal ini dikarenakan banyak pedagang yang memilih untuk tutup. Salah satu penjual nasi katsu di Pujasera Ciseke memilih untuk tutup karena hasil penjualan tak sebanyak biasanya.
“Sepi, neng. Jadi saya pilih buat tutup dan pulang ke kampung aja. Itung-itung ikut istirahat. Kalau jualan juga ga rame soalnya pada pulang, kan.” Katanya sembari membereskan kursi dan meja, bersiap untuk tutup padahal waktu baru menunjukkan pukul 12 siang. Hanya tersisa warung ini dan satu lainnya di tengah warung yang ditutupi terpal dan tempat duduk yang sudah dibereskan.
ADVERTISEMENT
Banyak daerah yang memang sepi dan terlihat kosong karena daerah-daerah tersebut menjadi pusat peradaban mahasiswa. Misalnya daerah Ciseke, Hegarmanah, atau Sayang. Bak berada di “another universe”, ada satu yang menghidupkan Jatinangor di bulan Januari, Februari, Juni, dan Agustus.
Yang Tetap Hidup di Masa Liburan Semester
Pasar Unpad atau biasanya sering dipanggil Paun ini sepertinya tidak mempan dengan kutukan kecamatan mati itu. Paun menjadi sisi terang Jatinangor ketika masa liburan semester. Mulai dari jajanan, makanan berat, pakaian, perabotan rumah tangga, bahan makanan, hingga beberapa ekor kuda yang biasanya dinaiki anak-anak itu bisa ditemukan di Paun.
Yang disajikan memang seperti pasar-pasar pada umumnya. Yang membedakan adalah pedagang berjualan di pinggir jalan besar dan hanya buka di hari Minggu. Paun tetap buka dan senantiasa ramai pada saat liburan semester karena yang datang kebanyakan keluarga dan bukan hanya dari Jatinangor saja. Selain itu, Paun ini terletak di kawasan wisata Jatinangor Nasional Park. Maka tak heran kamu bukan hanya akan melihat kuda, motor, mobil, tapi juga bus-bus besar karya wisata.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Paun ini menjadi salah satu yang membantu mahasiswa saat liburan semester. Arina, salah satu mahasiswi yang memilih untuk tetap tinggal di Jatinangor membenarkan hal tersebut, “Betul. Lumayan jadi bisa stok bahan makanan buat di kulkas pas tempat-tempat makan pada tutup. Lumayan buat ngehibur sepinya Nangor ini.”
Arina adalah mahasiswa semester akhir di Unpad. Ia memilih untuk tinggal karena ingin mencari ketenangan untuk menulis skripsinya. Akan tetapi, Arina tidak menyarankan ketenangan ini untuk sengaja dicari. “Kalau masih bisa pulang sih aku merekomendasikannya pulang, ya. Selain susah buat nyari makan, kemungkinan bakalan ngerasa kesepian banget. Jangan di Jatinangor pas masa-masa liburan semester.”