news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bonus Demografi dan Tantangan dalam Mewujudkan Generasi Berencana

Fauziah Nurlina
Penyuluh Keluarga Berencana Kabupaten Sragen BKKBN Jawa Tengah
Konten dari Pengguna
26 September 2021 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fauziah Nurlina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Orang tua memiliki peran penting dalam pendampingan akan tumbuh kembang anak remaja. Remaja menurut BKKBN adalah penduduk dengan usia 10-24 tahun dan belum menikah. Pendampingan kepada remaja bukanlah perkara yang mudah. Perkembangan tekonologi dan informasi juga merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan dampak positif dan negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja.
ADVERTISEMENT
Orang tua memiliki peranan penting dalam menyiapkan generasi remaja agar menjadi generasi yang berkualitas dan beretika. Mengingat tahun 2045 Indonesia akan berada di kondisi puncak Bonus Demografi, yang artinya penduduk usia produktif 15-64 tahun akan lebih banyak jumlahnya dari penduduk usia non produktif. Hal ini tentu membutuhkan persiapan dan pemahaman dalam memberikan edukasi kepada remaja akan pentingnya perencanaan kehidupan.
Untuk menghadapi Bonus Demografi yang akan terjadi di Indonesia, dibutuhkan persiapan matang dalam mewujudkan generasi berencana. Kesiapan akan kesehatan fisik, mental, skill, dan kreativitas yang menjadi bekal dalam menunjang keahlian untuk mampu bersaing di setiap kondisi.
Sayangnya, ancaman akan kesehatan reproduksi remaja terus menghantui. Baik pernikahan usia anak, seks pranikah dan penyalahgunaan NAPZA. Belum lagi akan masalah kesehatan mental remaja, hingga belum memilikinya keahlian yang dapat digunakan untuk bersaing era global. Permasalahan-permasalahan ini merupakan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan pembangunan keluarga dalam pembinaan akan ketahanan remaja.
ADVERTISEMENT
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, menunjukkan bahwa perilaku berisiko remaja dengan gaya pacarannya butuh perhatian dalam menyikapinya. Dari hasil penelitian remaja mengaku berpacaran dengan berpelukan yaitu 17% wanita dan 22% pria, ciuman bibir yaitu 30% wanita dan 50% pria, meraba yaitu 5% wanita dan 22% pria.
Ilustrasi pacaran anak SMA Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kegiatan pacaran berisiko ini mampu menjurus pada kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang merupakan ancaman dalam kesehatan reproduksi bagi remaja. Belum lagi KTD pada remaja berisiko akan tindakan kriminal yang dilakukan untuk menutupi perbuatannya atas dasar rasa malu. KTD juga berisiko dengan melahirkan anak yang stunting.
Jika membicarakan akan kesehatan reproduksi remaja, kita akan kembali teringat akan banyaknya kasus tentang aborsi, pembuangan bayi yang tidak berdosa karena hasil dari tindakan orang tuanya yang melakukan hubungan suami istri diluar nikah. Seperti kasus yang belum lama terjadi di Wonogiri, bayi perempuan di buang di pinggir jalan yang setelah diselidiki ternyata orang tuanya masih duduk di bangku SMK. Kedua sejoli masih berstatus sekolah menengah, dengan tega ibu bayi membuang anaknya di pinggir jalan untuk menutupi rasa malu dan kebingungan karena juga telah ditinggal oleh kekasihnya.
ADVERTISEMENT
Ada juga kasus seorang remaja berusia 12 tahun asal Sleman yang masih duduk di bangku SD, nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di kamar usai mengirimkan whatsapp message atas kekecewaannya kepada teman perempuannya. Berbagai macam permasalahan yang diawali dari belum terdampinginya remaja dalam masalah kesehatan reproduksi dan mengontrol emosi serta perasaan yang diakhiri dengan tindakan berisiko bahkan hingga ke kematian.
Mewujudkan remaja yang berencana di era 4.0 merupakan suatu tantangan bagi orang tua dalam membimbing dan membina anak remaja baik dari aspek kesehatan reproduksi, kesehatan mental, hingga pendampingan dalam penggunaan internet dan media sosial. Tentunya semua itu akan membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan remaja. Orang tua memiliki peranan strategis dalam menerapkan delapan fungsi keluarga. Delapan fungsi keluarga yaitu fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta dan kasuh, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosial dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Adapun yang perlu untuk menjadi perhatian dalam pendampingan kepada remaja yaitu tentang komunikasi yang aktif antara orang tua dan anak remaja dalam upaya pendampingan dan bimbingan. Jangan sampai orang tua merasa kecolongan dan tidak mengetahui kondisi anak remaja dengan dalih pekerjaan.
Berikut ini adalah beberapa tips yang perlu diterapkan orang tua kepada anak remajanya untuk mewujudkan generasi yang berencana.
1. Gunakan komunikasi yang baik dan pendekatan personal kepada anak remaja. Remaja membutuhkan banyak arahan terutama dari orang tua dalam menghadapi permasalahan yang ada di dalam dirinya. Komunikasi dan dukungan dari orang tua mampu menciptakan rasa nyaman dan kebersamaan, sehingga remaja tidak merasa sendirian.
2. Kenali perubahan ekspresi dan perilaku pada remaja. Dari hasil pembinaan yang dilakukan oleh penulis kepada remaja di beberapa kecamatan di Kabupaten Sragen, remaja mengaku jika disaat mereka sedih maupun patah hati, orang tua tidak mengetahui dan mereka memilih berdiam diri di kamar.
ADVERTISEMENT
3. Menjadi pendengar yang baik. Setiap problematika yang menghampiri remaja, usahakan untuk terus mendengarkan keluh kesah remaja hingga mereka siap menerima masukan dalam penyelesaian masalah.
4. Kenali teman-teman dari anak dalam upaya pendampingan akan efek negatif yang berasal dari faktor eksternal keluarga.
5. Pahami kegemaran anak, orang tua mampu membaca karakter anak dari barang-barang yang dimiliki, hingga antusias dan kecenderungan apa yang sedang diikuti.
6. Lakukan perhatian dan pendampingan dalam asupan nutrisi, kehidupan yang bersih dan sehat dan penampilan anak untuk menciptakan kesehatan mental bagi remaja.
7. Penting bagi orang tua untuk berbagi akan permasalahan reproduksi saat remaja, untuk memberitahukan risiko berbahaya di dunia dan akhirat jika melanggar.
Dengan adanya pendampingan dari orang tua diharapkan remaja mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi Bonus Demografi. berbekal keterampilan dan kesehatan fisik serta psikis remaja akan mampu melewati 5 fase kehidupan bagi remaja yaitu hidup bersih dan sehat, bersekolah, bekerja, menjadi anggota masyarakat yang baik dan memulai kehidupan berkeluarga.
ADVERTISEMENT