Konten dari Pengguna

Peran Daun Kelor Dalam Mencegah Stunting : Nutrisi dan Manfaat Kesehatan

FauziyahR
Saya adalah mahasiswa fisioterapi yang berkuliah di kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta
13 September 2024 10:49 WIB
·
waktu baca 14 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FauziyahR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
1. Pendahuluan
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Stunting memiliki dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak dan juga perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru Nampak saat anak berusia dua tahun (Kemenkes RI, 2018).
ADVERTISEMENT
Dampak stunting terhadap kesehatan dan tumbuh kembang terutama pada anak berusia di bawah dua tahun akan mengalami gangguan pada tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Anak-anak yang mengalami stunting pada umumnya akan mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan motoriknya yang akan mempengaruhi produktivitasnya saat dewasa. Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.stunting bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis. Menurut UNICEF (2013) dalam Kemenkes RI (2018) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stunting diantaranya adalah penyebab langsung, Asupan Makan Kurang, Penyakit Infeksi, Penyebab Tidak Langsung, Ketahanan Pangan, Pola Asuh, Faktor Lingkungan (Hoeriyah, 2021).
ADVERTISEMENT
Menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG), stunting termasuk prevalensi tertinggi. Peningkatan prevalensi balita pendek di tahun 2016 yaitu dari sebesar 27,5% menjadi 29,6% di tahun 2017. Di tahun 2017, lebih dari setengah balita yang mengalami stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya atau sekitar 39% tinggal di Afrika. Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukan prevalensi balita stunting di Indonesia yaitu sebesar 36,8%. Terjadi sedikit penurunan pada tahun 2010 yaitu menjadi 35,6% namun terjadi peningkatan kembali di tahun 2013 menjadi 37,2%. Menurut hasil PSG tahun 2015 angka prevalensi stunting di Indonesia sebesar 29%, dan di 2016 mengalami penurunan menjadi 27,5% kemudian terjadi peningkatan lagi pada tahun 2017 sebesar 29,6% (Bima, 2019).
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Angka stunting di Indonesia masih jauh dari target penurunan sebesar 14 persen pada 2024. Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen, turun sekitar 0,8 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.a (Bapeda Lombok Timur, 2019).
ADVERTISEMENT
Gizi kurang atau gizi buruk pada anak menjadi penyebab anak mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Sementara itu juga kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Untuk menekan tingginya angka kejadian stunting, perlu dilakukan penanggulangan bersama dari berbagai pihak, termasuk pihak pendidikan. Pemilihan daun kelor sebagai objek penelitian dirasa tepat untuk mengurangi kejadian gizi buruk bagi balita.
Dari penjelasan di atas, Mahasiswa KKN Muhammadiyah-Aisyiyah 2024 akan melaksanakan program penelitian di Desa Dukuh, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dalam upaya pencegahan stunting dengan efektivitas konsumsi daun kelor ( Moringa Oleifera ) dengan target balita usia di atas 2 tahun. Presentase stunting di Desa Dukuh 4% dengan jumlah balita yang terindikasi 10 dari 244 balita, 3 balita < 2 tahun dan 7 balita > 2 tahun. Walaupun stunting di Desa ini memiliki angka yang tidak terlalu tinggi tetapi pihak kesehatan desa Dukuh menekankan agar angka stunting tidak semakin meluas bahkan bisa hilang total dengan berbagai upaya dari Pemerintah Desa yang bekerja sama dengan pihak kesehatan melalui program-program yang mencakup sanitasi berupa penggunaan air bersih, imunisasi balita rutin, kegiatan posyandu Balita , Posyandu Remaja, Posyandu Lanjut Usia, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan dan Susu kepada balita dan ibu hamil, pemberian pil cantik atau tablet tambah darah ( tablet Fe) kepada remaja dan calon pengantin, pemeriksaan HB ulang kepada remaja dan calon pengantin, pengukuran Lingkar Lenga Atas (LILA) pada calon pengantin, serta penjaringan dan kelas ibu hamil.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa KKN Muhammadiyah-Aisyiyah 2024 melaksanakan program dengan cara membuat produk inovasi agar-agar berbahan dasar ekstrak daun kelor sebagai sumber nutrisi utama berupa zat besi dan asam folat sehingga takaran gizi nya terpenuhi dalam upaya pencegahan stunting. Ekstrak daun kelor juga berfungsi menjadi pewarna dan perasa yang dalam produk inovasi. Tujuan pembuatan produk inovasi di targetkan terutama kepada ibu-ibu yang memiliki balita usia di atas 2 tahun dengan harapan ibu dapat memahami kualitas daun kelor yang kaya akan manfaat untuk masa depan anak sejak dini. target selanjutnya terhadap balita, dengan cara mengamati reaksi balita terhadap produk dan menganalisis tingkat ketertarikan balita terhadap agar-agar baik dari segi penampilan yaitu bentuk dan warna, tekstur serta rasa.
ADVERTISEMENT
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian survey eksperimen sejati. Memberikan produk inovasi daun kelor, kuesioner berupa pre test dan post test, serta edukasi melalui penyuluhan yang disampaikan melalui kegiatan posyandu yang berlokasi di Dusun Bulak Desa Dukuh Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa tengah. Pemilihan lokasi dijadikan sampel dikarenakan lingkungan yang memiliki keinginan angka stunting rendah sehingga pihak Desa, kesehatan hingga masyarakat ingin memiliki angka stunting yang lebih rendah lagi bahkan tidak ada. Target populasi adalah Ibu dengan balita . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling sehingga sampel berjumlah 30 partisipan dengan rincian 15 ibu dengan 15 balita yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu kemampuan komunikasi yang baik,kemampuan kognitif yang baik,serta dapat mengikuti instruksi dengan benar dan hadir saat penyuluhan. untuk kriteria eksklusi yaitu memiliki gangguan dalam berkomunikasi,memiliki gangguan kognitif, tidak ikut sertakan saat dilakukan penyuluhan.
ADVERTISEMENT
3. Hasil dan Pembahasan
Desa Dukuh menekankan kondisi kesehatan yang baik pada anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Kepala Pos Kesehatan Desa (PKD) Desa Dukuh, terdapat data mengenai rendahnya masalah stunting dengan presentase 4%. Oleh karena itu, tujuan dari program KKN Muhammadiyah-Aisyiyah 2024 adalah berperan membantu Desa agar semakin berkurangnya masalah ini dengan memberikan literasi dan eksperimen. Di Desa Dukuh, terdapat 10 anak yang terindikasi terkena stunting. Yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah anak stanting Desa Dukuh
ADVERTISEMENT
Kegiatan tahap awal melakukan survei yaitu wawancara langsung bersama kepala Pos Kesehatan Desa (PKD) Dukuh. Survei dilakukan untuk mengetahui masalah terkait kejadian stunting, menetapkan tempat yang cocok digunakan untuk pelaksanaan kegiatan, dan berkoordinasi terkait peserta yang akan mengikuti kegiatan. Kepala Pos Kesehatan Desa (PKD) menyarankan peserta yang akan mengikuti penyuluhan yaitu ibu-ibu dari balita yang terdapat di Posyandu Desa Dukuh.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat yang bertujuan untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan, memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang difokuskan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi serta pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan ibu dan bayi. kegiatan yang dilakukan pada Posyandu salah satu adalah pemantauan status gizi, melalui kegiatan pemantauan gizi, posyandu berperan penting dalam mencegah risiko stunting pada anak. Pelayanan gizi di Posyandu meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, dan pemberian suplemen serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang bergizi salah satunya produk agar-agar daun kelor.
ADVERTISEMENT
Produksi agar-agar daun kelor, merujuk pada beberapa referensi produk yang perlu dipersiapkan mengenai cara pengolahan. Proses analisis terhadap bahan baku, teknik atau cara produksi, dan pengemasan yang digunakan untuk produk saat di bagikan kepada balita. Setelah mendapatkan referensi yang memadai, dilanjutkan dengan peninjauan lokasi produksi untuk memastikan bahwa material serta sarana dan prasarana yang tersedia dapat menunjang proses produksi secara optimal. Penentuan material yang tepat serta ketersediaan fasilitas yang mendukung sangat penting untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan serta efisiensi dalam proses produksi produk inovasi, sehingga dapat memastikan bahwa agar-agar daun kelor yang diproduksi tidak hanya bergizi dan berkualitas, tetapi juga dapat bahan-bahan yang murah dan mudah didapatkan.
Pada tahap kedua adalah edukasi melalui penyuluhan tentang manfaat daun kelor yang dapat diubah menjadi produk pangan olahan untuk memperbaiki gizi anak sehingga efektif dalam mencegah dan menurunkkan stunting. Penyuluhan literasi gizi tentang manfaat dari daun kelor dalam olahan agar-agar. Anak-anak di bawah usia lima tahun semuanya dapat menerima gizi tinggi yang ditemukan dalam daun kelor. Selain bergizi tinggi, alasan daun kelor dipilih menjadi bahan utama pembuatan agar-agar adalah karena daun kelor mudah didapat, mudah diolah, serta harganya yang terjangkau. Makanan jenis agar-agar atau puding juga mudah dimodifikasi dan dapat dilakukan penambahan bahan pangan lainnya, sehingga daun kelor juga memiliki potensi untuk diolah menjadi agar-agar.
ADVERTISEMENT
Edukasi penyuluhan yaitu pemaparan melalui ceramah secara langsung dan pengisian kuesioner pre dan pasca penyuluhan untuk mengetahui, menganalisis dan menilai tingkat keberhasilan penyuluhan yang telah dilaksanakan serta untuk melihat reaksi secara langsung peserta yang ditargetan. Kuesioner sebelum penyuluhan berisi beberapa pertanyaan pilihan ganda, kemudian diisi dengan penyuluhan mengenai stunting, penanganannya melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan dasar daun kelor serta manfaat yang terkandung pada daun kelor. Kemudian kegiatan pengisian kuesioner setelah penyuluhan yang juga berisi beberapa pertanyaan pilihan ganda, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari peserta penyuluhan.
Pemberian kuesioner pre dan pasca penyuluhan bertujuan untuk memaparkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan stunting pada balita diantaranya pendidikan ibu yang rendah serta pengetahuan ibu yang kurang terkait pemenuhan asupan nutrisi pada anak, tidak diberikan ASI eksklusif, pemberian MPASI yang tidak sesuai umur, riwayat BBLR, riwayat penyakit infeksi seperti penyakit ISPA dan diare berulang, sanitasi lingkungan yang buruk, dan status sosial ekonomi keluarga yang rendah dalam pemenuhan nutrisi pada anak.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah hasil dari kuesioner yang diberikan kepada ibu responden :
Pengetahuan ibu balita tentang nutrisi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
Tabel 2. Rekapitulasi nilai pengetahuan ibu balita berdasarkan hasil pretest
Rentang Nilai Predikat f %
56-100 Baik 8 53,3
ADVERTISEMENT
0-50 Cukup 7 46,6
Tabel 1. menunjukan bahwa pengetahuan ibu Balita di Desa Dukuh Dukuh sebelum diberikan penyuluhan mayoritas berada pada kategori baik yaitu sebanyak 8 orang (53,3%) dan kategori cukup sebanyak 7 orang (46,6%)
Tabel 3. Rekapitulasi nilai pengetahuan ibu balita berdasarkan hasil posttest
Rentang Nilai Predikat f %
ADVERTISEMENT
56-100 Baik 15 100
0-50 Cukup 0 0
ADVERTISEMENT
Tabel 3. menunjukan bahwa pengetahuan ibu Balita di Desa Dukuh sebelum diberikan penyuluhan mayoritas berada pada kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (100%) dan kategori cukup sebanyak 0 orang (0%)
Gambar 1. Tim Posyandu Arumsari 2
Gambar 2. Penyuluhan
Gambar 3. Pembagian Leaflet
Gambar 4. Leaflet Mengenai Stunting dan Daun Kelor
Informasi Gizi dan proses pengolahan produk inovasi agar-agar daun kelor
Kegiatan pelatihan mengenai pengolahan produk inovasi dari daun kelor yaitu agar-agar dilaksanakan bersama ibu kader PKK yang berlokasikan di kediaman Salah satu kader. Bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara membuat agar-agar daun kelor. Peserta diberikan penyuluhan cara membuat agar-agar daun kelor dengan media brosur.
Ekstrak Daun Kelor
Berdasarkan penelitian, daun kelor ternyata mengandung banyak zat gizi yang penting bagi tumbuh kembang anak seperti vitamin A, protein dan kalsium. Kandungan ekstrak daun kelor lebih tinggi dari pada daun kelor basah.
ADVERTISEMENT
Zat Besi
Kebutuhan mineral mikro yang penting untuk balita salah satunya adalah zat besi. Zat besi diperlukan untuk proses reaksi oksidasi-reduksi, metabolisme aerobik, dan pembawa oksigen dalam darah. Jika kecukupan zat besi tidak adekuat maka jaringan tubuh akan kekurangan oksigen dan tulang tidak akan tumbuh maksimal jika oksigen ke jaringan tulang berkurang (Dewi & Nindya, 2017).
Dalam sehari, zat besi yang dibutuhkan pada anak usia 1-3 tahun adalah 7 mg dan anak usia 4-5 tahun adalah 10 mg (AKG, 2019).
Cara Pembuatan
Bahan-Bahan
• 100 gram Daun Kelor Segar
• 7 gram agar-agar bubuk
• 7 sendok makan Gula
• 40 ml susu kental manis
• 130 ml santan cair
ADVERTISEMENT
• 250 ml Susu UHT
• 2 lembar daun pandan
• 500 ml air
Cara membuat :
• Cuci bersih daun kelor tambahkan 500 ml air, lalu dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian disaring
• Campurkan ekstrak daun kelor dengan semua bahan meliputi bubuk agar, susu kental manis, susu UHT, santan, gula pasir dan sedikit garam serta 2 lembar daun pandan
• Masak hingga mendidih sambil diaduk. Kemudian adonan dituang ke masing-masing wadah yang sudah disiapkan
• Tunggu beberapa saat sampai dingin dan dimasukkan ke kulkas
• AGALOR ATING (Agar-agar daun kelor anti stunting) siap disajikan
Produk inovasi agar-agar daun kelor telah dibuat hendaknya langsung di sajikan dan di kemas selucu dan semenarik mungkin untuk menarik perhatian sasaran yaitu anak-anak balita.kemasan diberikan stiker yang berisi informasi untuk konsumen yang telah disediakan oleh tim peneliti. sasaran yaitu ibu dari balita di buatkan leaflet untuk memberikan informasi tentang isi produk, bahan yang digunakan dan prosedur pembuatan.
Gambar 5. Hasil Produk Agar - Agar Daun Kelor
Evaluasi keberhasilan produk inovasi
ADVERTISEMENT
Evaluasi keberhasilan produk inovasi dalam menarik perhatian serta nafsu makan anak terkhusus nya balita di atas 2 Tahun ini dilakukan dengan memberikan produk inovasi agar-agar kepada anak tepat setelah pengisian post test kepada ibu dari balita di akhir kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat balita, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 93% balita tertarik dan menyukai produk inovasi, 6% balita tidak tertarik dan tidak menyukai produk inovasi.
Gambar 6. Anak-anak Menyukai Produk Agar-Agar Daun Kelor
Berdasarkan hasil analisis kuesioner diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan inovasi produk dari daun kelor berhasil diselenggarakan dengan baik dan mendapatkan respon yang positif dari peserta.
4. Kesimpulan
Hasil yang kami dapatkan dari pemberian agar-agar dari Ekstrak daun kelor yang kami olah dan kami kreasikan sendiri mendapatkan hasil yang positif dari warga. Bukan hanya tampilannnya yang trendi tapi rasanya juga yang sangat disukai oleh anak atau balita. Hasil dari Kegiatan pengolahan Ekstrak daun kelor ini sebenarnya sudah sangat banyak dan memang memiliki potensial yang dapat membantu dalam menurunkan angka stunting yaitu : 1) kaya akan nutrisi contohnya seperti Protein, Zat besi, Kalsium, Vitamin A, Vitamin C, dan Zat-zat penting lainnya untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, 2) Meningkatkan asupan gizi anak, 3) meningkatkan berat tubuh dan tinggi tubuh pada anak. Daun kelor juga diketahui memiliki sifat yang memperbaiki penyerapan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh tubuh, sehingga membantu memaksimalkan manfaat nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Ucapan Terima Kasih
Diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam KKN Muhammadiyah Aisyiyah ini, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Referensi
Alamsyah, A. G., Sari, P. M., Hidayati, C., Pradhana, P., Lestari, Z., & Indra, A. P. (2022). Pemanfaatan Ekstrak Daun Kelor (Moeringacae Olievera) Sebagai Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Desa Cinta Raktay Percut Sei Tuan. Modeling: Jurnal Program Studi PGMI, 9(4), 39–47.
Amelia, Nurviana, Wibowo Gustia Sara, Sari, P. R., Muliani, F., & Nabilla, U. (2023). Pelatihan dan Pendampingan Inovasi Produk dari Daun Kelor untuk Mencegah Stunting di Desa Sungai Pauh Pusaka Training and Assistance of Product Innovation from Moringa Leaves to Prevent Stunting in Desa Sungai Pauh Pusaka. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 8(1), 66. Retrieved from http://jurnal.unmabanten.ac.id/index.php/jppm
ADVERTISEMENT
AKG.2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.
Bapeda Lombok Timur. (2019). 174 Anak Stunting di Lombok Timur. Retrieved from https://bapeda.lomboktimurkab.go.id/ba ca-berita-174-stunting-kab-lotim2019.html
Bima, A. (2019). Analisis bagaimana mengatasi permasalahan stunting di Indonesia? Berita Kedokteran Masyarakat, 35(4), 6–10. https://doi.org/10.22146/bkm.45197
Dewi, E.K. dan Nindya, T.S., 2017. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan. Amerta Nutrition, 1(4): 361-368.
Hoeriyah, Y. A. (2021). Hubungan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dan Pola Asuh Terhadap Kejadian Stunting Pada Baduta (Studi Pada Baduta Usia 12-24 Bulan Di Kelurahan Karanganyar Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya). Universitas Siliwangi.
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–1178
ADVERTISEMENT
Ridhani W.S, H., Rahadita, K., Winarsih, S., Rizqy, M., Abidin, Z., Achmad, A., & Taufikurrhman, T. (2022). Pemanfaatan Ekstrak Daun Kelor Pada Produk Olahan Puding Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Di Desa Pohsangit Tengah. NeuroQuantology, 2(5), 3668–3675. Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Ilham-Arief-3/publication/361106495_Exclusive_Breastfeeding_as_an_Effort_to_Prevent_Stunting_in_Toddlers/links/629d56de6886635d5cc2f10e/Exclusive-Breastfeeding-as-an-Effort-to-Prevent-Stunting-in-Toddlers.pdf
Marta, A., Putra, A. E., Buana, A., Ramadhan, A. T., Syauqi, A. A., … Adriani, T. (2022). Upaya Pencegahan Stunting Dengan Meningkatkan Konsumsi Daun Kelor. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI, 2(2), 90–97. https://doi.org/10.46880/methabdi.vol2no2.pp90-97
Nuraina, Azizah, C., Fonna, P. A., Rizkyan, M. A., Zaki, R., & Firdaus, M. R. (2021). Jurnal Peduli Masyarakat EDUKASI PEMANFAATAN DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) UNTUK PEMENUHAN NUTRISI PADA BALITA STUNTING. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM) - Aphelion, 3(September), 207–212. Retrieved from http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM
ADVERTISEMENT
Solusi, S., Untuk, G., Stunting, C., & Desa, D. I. (2024). Medic nutricia 2024, 7(5), 25–31. https://doi.org/10.5455/mnj.v1i2.644xa