Konten dari Pengguna

Pemerintah Indonesia Tidak Bertanggung Jawab dalam Mengatasi Pandemi

Faza Alfansuri
Jurnalis, Content Creator, dan Novelis
4 Oktober 2020 19:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faza Alfansuri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.kemkes.go.id/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.kemkes.go.id/
ADVERTISEMENT
Indonesia biasanya digambarkan sebagai negara yang indah dengan kekayaan alam dan budayanya sangat berlimpah, sayangnya, pemerintahan negara ini dipercayakan kepada penduduknya yang tidak teratur, korup, dan susah mendengar aspirasi rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Namun semua orang 6 bulan terakhir ini tampaknya memberikan penilaian buruk terhadap Indonesia baik para pakar atau media asing : The New York Times, Reuters, The Guardian, SBS News, dan The Sydney Morning Herald, semuanya menggambarkan Indonesia sebagai negara yang buruk secara birokrasi dan lambat dalam mengantisipasi serta menangani covid 19, yang pada akhirnya pemerintah kita ikut kebingungan mencari cara mengeluarkan diri dari lubang tragis yang di alami kali ini, ketika virus Corona mengamuk dan konvoi truk pembawa cairan disinfektan pernah menghiasi setiap jalanan di Indonesia tidak lantas membuat perubahan yang besar terhadap jumlah penyebaran virus ini, yang pada akhirnya ambulan harus dikerahkan untuk membawa peti mati - jumlahnya sangat banyak dikarenakan antisipasi yang lambat.
ADVERTISEMENT
Apa yang seharusnya pemerintah Indonesia lakukan dengan semua kritik dari media asing? Apakah ini kejutan global atas perilaku kolektif pemerintah yang menyepelekan Covid 19? Yang terpenting sekarang, bagaimana pemerintah nasional kita disadarkan oleh pemahaman bahwa segala sesuatunya harus memiliki konsep yang jelas dalam menangani pandemi ini, karena badai virus masih jauh dari kata selesai.
Indonesia sekarang berada dalam situasi yang jauh lebih buruk daripada di bulan Maret, ini menandakan indonesia telah melakukan sesuatu yang salah, apa lagi jumlah infeksi terus meningkat. Indonesia selalu Mengklaim akan menangan atas Covid-19 ketika vaksin sudah ada, padahal vaksin masih di luar jangkauan, ini menjadi terasa seperti keangkuhan. Lebih pedih lagi, kita masih berada di tengah pandemi, tapi pemerintah masih memaksakan soal Pilkada dan RUU Cipta Kerja, berperang dengan masyarakat bahwa keputusan melaksanakan pilkada dan mengesahkan RUU Cipta Kerja adalah benar, ini sebuah kekeliruan yang menghawatirkan.
ADVERTISEMENT
Jadi apakah kita orang Indonesia pantas mendapatkan kritikan ini atau tidak? Jawaban singkatnya adalah: ya, tapi bukan karena alasan semua orang mengkritik Indonesia, tapi karena memang kinerja pemerintah kita yang tidak transparan.
Kita harus mengakui bahwa kurva pandemi ini hanyalah angka dan bingkai dari situasi yang masih sangat berubah bisa semakin memburuk atau membaik : satu-satunya opini yang layak untuk didengarkan di masa sekarang adalah pendapat para ahli epidemiologis, dan dari para analis kebijakan politik - pada titik di mana penghitungan kemungkinan-kemungkinan secara penuh. Memberikan gambaran utuh apa yang masyarakat umum, bisa dan memang harus, di lakukan.
Karena semua pemerintahan di belahan dunia yang berhasil mengatasi pandemi mengikuti nasihat para ahli. Keduanya, atas dasar nasehat ahli, kemudian pemerintah memilih strategi yang dianggap lebih sesuai dengan sentimen nasional, budaya, sejarah politik dan sosial. Semua pemerintah mengkomunikasikan strategi ini kepada warganya, dan mengatakan bagaimana mereka diharapkan untuk bertindak.
ADVERTISEMENT
Misalnya, diberitahu bahwa masyarakat harus/wajib tinggal di rumah. Itu bukan anjuran, itu hukum. Jika masyarakat tidak mematuhinya, maka akan didenda atau bahkan berisiko diadili. Alasan orang Indonesia kebanyakan membangkang dan penuh protes, adalah karena pemerintah kita tidak dengan cara yang tertib yang tampaknya membuat semua orang malah geram, di tambah kurang bertanggung jawab atas langkah yang diambil pemerintah untuk memberikan instruksi ini, sama seperti kesalahannya (dan ada banyak kesalahan). Jika ingin bercermin kepada negara-negara yang berada di ujung spektrum berlawanan yang strateginya berjalan dengan baik - tetapi di sisi yang sama dengan Indonesia tidak melakukan penguncian secara nasional, ini menandakan bukan masalah menyamakan cara dengan negara lain akan tetapi tentang pemerintah yang mengandalkan saran para ahli untuk mempresentasikan keputusan kebijakan mereka kepada publik dengan cara yang akuntabel, konsisten, dan transparan.
ADVERTISEMENT
Jadi ujian sebenarnya dari pandemi ini bukan angka pengalaman positif atau negatif, bukanlah tentang jumlah infeksi atau kematian, atau tentang efek menghancurkan yang ditimbulkan semua ini pada ekonomi kita: Covid-19 adalah lomba maraton dan kita tidak tahu jika kita berada di titik mana. Pada intinya ini adalah antara pemerintah yang mengambil tanggung jawab penuh atas tindakan mereka, atau mereka yang meninggalkan warganya dalam lorong ketidakpastian, dan memiliki pemerintahan yang tidak bertanggung jawab.