Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia, Stigma, dan Upaya Penanganannya.
25 Oktober 2020 19:25 WIB
Tulisan dari AYU PURNAMI WULAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gangguan kesehatan mental merupakan suatu kondisi adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan atau hambatan pada seseorang dalam melaksanakan peran sosial. Orang dengan kondisi mental yang baik dapat menyadari potensi yang mereka punya, mengatasi tekanan kehidupan, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka.
ADVERTISEMENT
Gangguan kesehatan mental dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan mental emosional seperti depresi dan kecemasan serta gangguan jiwa berat. Gangguan mental emosional merupakan keadaan dimana seseorang sedang mengalami gangguan psikologis. Apabila tidak cepat ditanggulangi, gangguan ini akan beresiko lebih serius.
Adapun gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang menggalami gangguan mental emosional adalah mempunyai pemikiran untuk mengakhiri hidup, tidak mampu dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, merasa tidak berharga, kehilangan minat pada berbagai hal, dan adanya gangguan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Gangguan kesehatan mental dapat dialami oleh semua kelompok usia. Data dari hasil Riskesdas menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental terutama gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak usia remaja, yaitu usia 15-24 tahun dengan prevalensi sebesar 6,2%. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi juga pola prevalensinya. Gangguan depresi merupakan gangguan mental dengan pravelensi tertinggi. Di tahun 2013, prevalensi gangguan mental berupa gejala-gejala depresi sebesar 6%. Dengan adanya data tersebut, maka semakin jelas bahwa gangguan mental tidak dapat diremehkan begitu saja karena jumlahnya yang sudah mengkhawatirkan dan gejalanya yang bisa terjadi pada siapa saja.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental masih belum mendapatkan pelayanan yang seharusnya didapatkan. Bahkan, orang yang menggalami gangguan jiwa berat masih ada yang dikucilkan, disembunyikan, sampai dipasung karena dianggap sebagai suatu aib keluarga.
Sistem kesehatan di dunia juga dianggap belum cukup untuk menanggapi beban gangguan mental yang akhirnya menyebabkan adanya kesenjangan antara kebutuhan akan perawatan dan persediannya yang sangat besar. Di negara berkembang, ada sekitar 85% orang yang mengalami gangguan kesehatan mental yang tidak dapat ditangani karena kurangnya fasilitas yang tersedia.
Selain itu, masih banyaknya stigma keliru yang bersebaran di lingkungan masyarakat tentang gangguan kesehatan mental. Masyarakat beranggapan bahwa gangguan kesehatan mental merupakan hal yang aneh dan tabu untuk dibicarakan. Hal ini mengakibatkan banyaknya penderita gangguan kesehatan mental yang akhirnya memilih untuk menutup diri dari keluarga atau bahkan lingkungan sekitar. Tindakan yang seperti ini dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk menyelamatkan atau membantu penderita tersebut dan menyebabkan terjadinya kasus bunuh diri akibat gangguan kesehatan mental yang terlambat ditangani.
ADVERTISEMENT
Bahkan, penanganan gangguan kesehatan mental di Indonesia masih dilakukan dengan cara yang tidak sesuai prosedur. Masih ada masyarakat yang memilih untuk membawa pasien dengan gangguan kesehatan mental ke dukun atau orang pintar karena beranggapan bahwa gangguan kesehatan mental merupakan akibat dari adanya gangguan makhluk halus.
Upaya Penanganan Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia.
Upaya penanganan kesehatan mental di Indonesia sendiri dikelola oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Kegiatan ini di lakukan melalui berbagai upaya mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, sampai rehabilitatif. Semua ini dilakukan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan mental yang optimal bagus setiap individu.
ADVERTISEMENT
Upaya promotif dilakukan dengan tujuan untuk mempertahakan dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat, menghilangkan stigma, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi, serta meningkatkan pemahaman dan peran masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Upaya ini dilakukan di berbagai lingkungan seperti, lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat kerja, masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, media massa, lembaga keagamaan dan tempat ibadan, serta lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
Upaya preventif dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan, mencegah timbulnya atau kambuhnya gangguan jiwa, menggurangi faktor resiko akibat gangguan jiwa, dan mencegah timbulnya dampak masalah psikososial. Upaya preventif dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat.
Upaya kuaratif dilakukan dengan memberikan layanan kesehatan pada ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ dapat berfungsi kembali secara wajar di lingkungan keluarga, lembaga, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Upaya terakhir, yaitu upaya rehabilitatif. Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah atau mengendalikan disabilitas, memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi okupasional, serta mempersiapkan dan memberikan kemampuan ODGJ agar mandiri di masyarakat.
Adapun apabila Anda atau anggota keluarga Anda ada yang mengalami gangguan kesehatan mental, cepatlah hubungi profesional atau lembaga terkait yang dapat membantu untuk menangani masalah tersebut. Selain itu, cobalah untuk bersikap lebih terbuka kepada orang yang menggalami gangguan kesehatan mental dan jangan beranggapan bahwa masalah ini adalah masalah yang tidak penting untuk dibicarakan.
Menghilangkan stigma negatif terhadap adanya gangguan kesehatan mental dan keterbukaan masyarakat akan masalah tersebut sangat diperlukan karena dengan adanya hal tersebut, masyarakat mampu menyelamatkan lebih banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental dan mencegah terjadinya tindakan bunuh diri. Selain itu, dengan menghilangkan stigma negatif dan lebih terbuka akan masalah gangguan kesehatan mental juga dapat membantu orang yang mengalami gangguan tersebut agar mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menghilangkan stigma negatif yang ada di masyarkat mengenai gangguan kesehatan mental dan mulai bertindak lebih terbuka terhadap masalah tersebut agar kita dapat mencapai tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan mental yang optimal bagi seluruh individu.