news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perjuangan Seorang Ibu untuk Anaknya yang Difabel

Febby Firmansyah
Mahasiswa Sosiologi FISIP Universitas Jember
Konten dari Pengguna
19 November 2022 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febby Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Ibu Tatun Menggendong Anaknya : Sumber Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Ibu Tatun Menggendong Anaknya : Sumber Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Stigma negatif sering dilekatkan pada kaum difabel, dimana mereka dianggap kurang mampu untuk melakukan aktivitas seperti orang normal pada umumnya. Meskipun memiliki keterbatasan mereka tetap bisa melakukan aktivitas seperti orang normal pada umumnya. Menjadi seorang penyandang difabel tidaklah mudah, adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas tertentu sering menjadikan mereka kurang diterima di dalam masyarakat bahkan keluarganya sendiri.
ADVERTISEMENT
Tidak diterimanya seorang penyandang difabel dalam masyarakat sering membuatnya kurang percaya diri dan putus asa untuk menjalankan kehidupan. Maka dari itu, ketika seorang difabel mendapat penolakan dari masyarakat, mereka membutuhkan dukungan yang kuat dari keluarga. Keluarga menjadi salah satu faktor yang penting dalam membangun rasa semangat dalam diri seorang difabel. Keluarga adalah orang yang sangat dekat dengan mereka. Besar dorongan yang diberikan oleh keluarga juga bisa berdampak pada meningkatnya rasa percaya diri seorang difabel dalam menjalankan aktivitasnya.
Inilah yang dilakukan oleh Ibu Tatun (55) yang memiliki seorang anak penyandang difabel berat yaitu Mas Angga (36) yang kami temui saat berkunjung di Komunitas Perpenca wilayah Kabupaten Jember. Ia telah menjadi difabel sejak kecil dan mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan sekitarnya. Kondisi yang dialaminya menjadikan mendiang sang ayah tidak mengizinkan Mas Angga untuk menempuh pendidikan formal, beliau takut dan khawatir anaknya mendapatkan perlakuan diskriminasi di dunia pendidikan. Hal tersebut juga menjadikan Mas Angga memiliki rasa minder dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Dukungan demi dukungan terus diberikan oleh Ibu Tatun, seperti mengajarinya membaca dan menulis. Hal tersebut beliau lakukan agar sang anak tetap bisa baca tulis meski tidak menempuh pendidikan formal. Beliau juga rutin membawa Mas Angga untuk berobat agar keadaannya lebih baik. Tidak berhenti disitu, beliau juga memotivasi dengan menjelaskan kepada anaknya bahwa tidak hanya dirinya yang mengalami hal demikian, ada banyak orang yang juga memiliki keterbatasan bahkan lebih berat dibanding dirinya.
"Iya dulunya sering mengalami diskriminasi, tapi misal ada yang diskriminasi atau mengolok-olok itu saya sering bilang, andaikan kamu di posisinya angga itu bagaimana? Apakah sampeyan bisa menerima?Dia itu diem jadinya. …Tapi ya masih ada 1 atau 2 orang gitu. Kadang ngikutin omongannya terus kok gak jelas ini katanya." Tutur Ibu Tatun.
ADVERTISEMENT
Dalam buku “Sosiologi Suatu Pengantar” oleh Soerjono Soekanto disana dijelaskan mengenai Teori Peran. Peran merupakan suatu hak dan kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan statusnya. Hal ini sejalan dengan peran yang dilakukan oleh Ibu Tatun, beliau membela sang anak jika mendapatkan diskriminasi dari orang-orang sekitarnya, adanya hubungan batin antara anak dan orang tua menjadikan beliau selalu sigap untuk melindungi sang anak. Beliau rela mengorbankan waktu dan tenaga demi anaknya bisa beraktivitas seperti orang normal pada umumnya. Beliau juga terus berjuang agar sang anak yakni Mas Angga mendapatkan hak inklusivitasnya di masyarakat.
Hal lain yang dilakukan oleh Ibu Tatun untuk lebih mendorong semangat hidup anaknya adalah dengan mendukungnya masuk ke dalam Komunitas Perpenca (Persatuan Penyandang Cacat). Komunitas ini menjadi wadah yang tepat bagi kaum difabel untuk berkembang dan membangkitkan kembali semangatnya, karena di dalam komunitas ini kaum difabel diberikan pemberdayaan serta saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Soerjono Soekanto juga mejelaskan, seseorang akan senantiasa berhubungan dengan orang lain sesuai dengan peranan tertentu (Set of Role). Dalam hal ini Ibu Tatun dan Komunitas Perpenca memiliki peranan untuk mendukung dan saling memotivasi. Bergabungnya Mas Angga ke dalam Komunitas Perpenca menjadikannya lebih berani untuk berinteraksi dan berbaur dengan sesama anggota komunitas. Tidak hanya itu, keberaniannya juga menjadikan ia lebih diterima di masyarakat, dibuktikan dengan pengalamannya yang pernah berjualan pulsa di rumahnya, Ibu Tatun menjelaskan dalam waktu dua minggu saja Mas Angga dapat menjual kurang lebih satu juta pulsa. Saat ini Mas Angga mengisi hari-harinya dengan menjadi pedagang online dan Ibu Tatun terus mendukung dengan membantu melakukan aktivitas dan merawatnya.
ADVERTISEMENT
Nama Penulis : Roy Putra Jayanto, Ines Christy Simarmata
Editor : Febby Firmansyah