Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Game, Motivasi, dan Kesuksesan
3 Mei 2023 9:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Febbyuli Arrissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Motivasi merupakan aspek penting dari perkembangan manusia. Sedangkan, manusia sendiri adalah makhluk yang sangat kompleks dan tidak dapat diprediksi karena latar belakangnya yang beragam.
ADVERTISEMENT
Setiap manusia pada dasarnya telah memiliki kesadaran kognitif. Kesadaran kognitif sangat penting bagi kita, sebagai manusia, untuk mengembangkan karakter dan memahami kebutuhan pribadi serta keinginan untuk mencapai tujuan masing-masing.
Perilaku manusia didorong kuat oleh motivasi yang dibangun secara ekstrinsik atau intrinsik. Motivasi eksternal dapat didorong oleh peristiwa yang sedang terjadi atau memicu dari lingkungan atau aspek sosial seseorang. Sedangkan, motivasi intrinsik didorong oleh proses mental kita, seperti harapan dan keyakinan.
Jadi, bagaimana motivasi dapat dipengaruhi oleh gamifikasi?
Mungkin istilah 'gamifikasi' sangat asing di telingan, seperti siapa yang menggunakan kata 'gamifikasi' pada percakapan sehari-hari? Hampir tidak ada, bukan? Jadi, sekedar penjelasan sederhana, gamifikasi adalah penerapan konteks permainan ke konteks luar permainan (non-game) untuk mempromosikan motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran atau pengembangan individu.
ADVERTISEMENT
Gamifikasi sendiri telah didefinisikan oleh Kapp sebagai 'permainan berpikir' untuk melibatkan dan memotivasi orang dengan mendorong pembelajaran dan pemecahan masalah (dikutip dalam Alsawaier 2017, hlm. 56).
Lalu, bagaimana bisa pengkonversian konteks game ke konteks non-game bisa memotivasi seseorang? Sederhananya, hal itu dilatarbelakangi oleh tiga poin utama kebutuhan manusia; tujuan, pilihan, dan lingkungan sosial.
Pertama, poin tujuan yang mampu menarik motivasi manusia secara langsung. Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu yang penting karena ingin melihat dampak dari apa yang telah dilakukannya. Motivasi untuk melakukan sesuatu akan tumbuh secara alami demi menunjukkan kompetensi dan kemampuan manusia untuk mencapai tujuan.
Kedua, yaitu pilihan. Ketika manusia dihadapkan dengan pilihan, mereka akan merasa lebih terlibat dan tertantang olehnya. Fakta bahwa adanya konsekuensi dari pilihan tersebut juga menjadi jauh lebih berarti bagi manusia untuk membuat pilihan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, poin ketiga adalah lingkungan sosial. Manusia membutuhkan keterlibatan dengan orang lain di lingkungan melalui cara tertentu, salah satunya dengan memiliki tujuan bersama. Ketika kita terlibat dengan orang lain, motivasi akan tumbuh karena representasi mental diri sendiri dibangun melalui interaksi dengan lingkungan.
Umpan balik yang baik dari lingkungan kita pun mampu meningkatkan motivasi secara signifikan. Tak hanya hal yang positif, bahkan hal negatif seperti masalah yang timbul dalam lingkungan juga mampu memotivasi manusia untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Singkatnya, cara kerja gamifikasi dapat menyatukan individu-individu untuk menciptakan 'lingkaran sihir' di mana mereka saling percaya, bekerja sama, dan mencapai tujuan masing-masing.
Untuk memahami lebih lanjut, di sini akan digambarkan bagaimana gamifikasi dapat mengembangkan motivasi manusia. Sebagai contoh, mari ambil fenomena seputar kegiatan belajar mengajar.
ADVERTISEMENT
Gamifikasi saat ini diterapkan untuk memengaruhi perubahan perilaku, motivasi fisik, atau meningkatkan proses pembelajaran. Ada masalah signifikan yang dihadapi lembaga pendidikan akhir-akhir ini. Seperti yang dibahas Zichermann dan Cunningham (Alsawaier, 2017),
banyak siswa yang kehilangan minat belajar, terutama karena perkembangan teknologi yang memungkinkan mereka bermain game terus-menerus yang mengakibatkan penurunan motivasi dalam belajar atau mengerjakan tugasnya.
Terjadinya gamifikasi dapat mengubah situasi semacam ini dengan mengakomodasi elemen permainan dengan cara belajar tradisional. Siswa diberikan strategi instruksional yang berisikan tantangan atau perintah yang perlu diselesaikan melalui materi-materi pembelajaran, sehingga akan dihasilkan pemahaman yang lebih baik dan pengembangan bakat siswa (Banfield & Wikerson, 2014).
Dalam metode belajar tradisional, siswa ditandai berdasarkan seberapa baik kinerjanya dalam menyelesaikan tugas. Namun, dalam linkup gamifikasi, siswa dihargai atas usaha mereka dengan poin atau lencana bahkan ketika hasil tugas mereka tidak memenuhi tujuan; dan itulah bagaimana gamifikasi memotivasi siswa dengan mengubah tujuan mereka dari mencapai kemenangan ke pemecahan masalah.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, ada satu teori yang disebut "self-determination theory" alias penentuan nasib sendiri. Singkatnya, kebutuhan psikologis manusia didasarkan pada bagaimana manusia membuat pilihan, dorongan manusia untuk bersaing dan membangun hubungan dengan orang lain; di mana kebutuhan ini dapat ditemukan di lingkungan "permainan". Kebutuhan psikologis inilah yang terkait dengan bagaimana manusia berperilaku.
Sejalan dengan prinsip-prinsip berperilaku, manusia cenderung mengalami perubahan perilaku ketika mereka dikritik atau mendapatkan peringatan atas perilaku buruk mereka. Sebaliknya, manusia cenderung merasa dihargai dan termotivasi jika mereka dihargai atau dipuji karena perilaku mereka.
Oleh karena itu, gamifikasi menjadi berkaitan dengan prinsip-prinsip perilaku karena adanya konsep pemberian penghargaan dan hukuman melalui poin yang kemudian meningkatkan motivasi pemainnya yang tak lain adalah manusia.
ADVERTISEMENT