Konten dari Pengguna

Tantangan & Solusi Partisipasi Politik Gen Alpha di Indonesia

febiolaallya
Mahasiswa Universitas Andalas
13 Oktober 2024 10:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari febiolaallya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah Generasi Z atau Gen Z, generasi yang akan menjadi penerusnya ini disebut Generasi Alpha. Mereka lahir setelah tahun 2010, di mana sudah terlahir di era digital dan akses kepada teknologi yang lebih canggih, mudah, dan cepat. Sehingga Gen Alpha sudah terpapar teknologi dari sejak mereka lahir, bisa dikatakan teknologi menjadi bagian integral dari kehidupan Gen Alpha secara keseluruhan.Melihat perkembangan teknologi yang semakin cepat dan berkembang, tentu tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi mendatangkan dampak baik hingga buruk kepada generasi selanjutnya seperti Gen Alpha ini. Dalam era serba teknologi ini, Gen Alpha tidak hanya membutuhkan peningkatan kemampuan akademik, tetapi juga aspek intelektual, emosional, moral, hingga akhlak di generasi ini. Supaya bisa membangun pendidikan karakter dan membentuk karakter anak yang disiplin, bertanggung jawab, sopan, bermoral dan berakhlak mulia. Namun karena terlalu terpapar dengan teknologi, Gen Alpha ini terlalu banyak mengonsumsi konten-konten yang tidak baik, bahkan berpotensi dalam memunculkan perilaku menyimpang.Hasilnya, Gen Alpha yang terlalu banyak konsumsi konten-konten yang ada di internet membuat ketertarikan mereka terhadap politik ikut menurun. Tidak hanya demikian, tetapi rasa semangat dan nasionalisme yang dimiliki oleh Gen Alphaini bisa sangat rentan menurun bahkan hilang akibat penurunan moral yang signifikan. Rasa hormat, kebanggaan, dan dorongan dalam mengikuti jejak-jejak para pahlawan terdahulu tidak menjadi pendorong utama generasi muda ini untuk menghadapi perubahan zaman. Bahkan dalam era digital ini, kondisi nasionalisme pada kalangan generasi muda, khususnya Gen Alpha memang mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah maupun masyarakat untuk mencoba meningkatkan partisipasi politik Gen Alpha. Apalagi di masa depan, Gen Alpha sudah menjadi penentu dalam kegiatan berpolitik. Jika kita melihat fenomena yang ada di Gen Alpha sekarang ini, mereka terfokus pada internet yang seolah memiliki virtual world tersendiri bagi mereka. Di mana Gen Alpha ini seolah menciptakan batasan yang tak kasat mata sehingga bagi generasi-generasi di atasnya akan susah untuk mendobrak lingkungan virtual yang telah diciptakan oleh Gen Alpha. Dalam kata lain, Gen Alpha ini akan susah jika ingin dipaparkan oleh politik yang merupakan sebuah topik kompleks. Butuh pendekatan yang friendly, mudah diterima, namun tetap dalam bahasan yang mereka punya. Ini adalah tantangan yang serius dan sebaiknya memang perlu dipikirkan dari sekarang. Sosiologi politik mungkin bisa menjadi solusi dalam permasalahan partisipasi politik Gen Alpha ini. Sebab melalui sosiologi politik, kita dapat melihat bagaimana sebuah generasi bersikap dan bersosialisasi. Dengan sosiologi dapat dianalisis juga bagaimana Gen Alpha mampu menerima sebuah informasi dan menyebarkannya kepada generasi sesamanya. Setelah itu baru bisa diterapkan informasi-informasi politik kepada Gen Alpha dalam harapan informasi ini bisa diterima mereka dengan mudah.Meskipun demikian, tantangan ini juga tidak dapat dijalani dengan mudah. Tidak semudah itu dalam menerapkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme agar para generasi muda ini melek pada politik. Perlu dihindari juga bahwa melalui media sosial, Gen Alpha sangat mudah untuk disetir, sehingga penanaman informasi yang sesuai juga harus diperhatikan.Fenomena ini telah muncul pada Pemilu 2024 kemarin. Di mana banyak sekali informasi-informasi politik yang tidak sesuai. Sehingga partisipasi politik yang dilakukan Gen Alphaakibat paparan informasi yang tidak selaras ini hanya memanasi situasi politik yang penuh perdebatan. Akibatnya, banyak sekali polarisasi politik yang semakin jelas terlihat di kalangan generasi muda. Partisipasi politik yang dilakukan Gen Alpha pada Pemilu 2024 kemarin pun dianggap semu, karena hanya bisa membuat keadaan semakin rumit. Selain itu, Gen Alpha belum bisa menyumbang suaranya dalam pemilihan umum kemarin.Maka dari itu tantangan partisipasi politik Gen Alpha di Indonesia memang sangat kompleks, harus dikaji secara terus menerus dan dipastikan juga bahwa informasi politik yang disampaikan sesuai, pesan yang diterima juga harus sesuai konteksnya. Sehingga partisipasi politik Gen Alpha tidak hanya sekedar memanasi situasi tanpa memahami konteks politik yang sebenarnya.Melalui sosiologi politik, dapat diusahakan penanaman pendidikan karakter juga yang dapat membangun moral dan akhlak pada Gen Alpha. Sehingga partisipasi politik sebagai bentuk aktualisasi dari demokrasi di Indonesia dapat terbangun. Dengan sosiologi juga, dapat diketahui juga bagaimana pesan yang dapat diterima oleh Gen Alpha dan cara penyebaran informasi yang sesuai. Dengan sosiologi politik tentu akan lebih mudah juga dalam mengetahui tingkah laku sosial serta tingkah laku politik Gen Alpha agar dapat dikaji lebih dalam dan ditingkatkan partisipasi politik mereka.
ADVERTISEMENT
Allya Febiola, Mahasiswa Ilmu Politik, Universitan Andalas