Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Kecemasan Naiknya Harga Pangan Jelang Hari Raya
5 Mei 2021 16:39 WIB
Tulisan dari Febiyana Qomariyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aktivitas rutin mingguan yang saya lakukan di Sabtu pagi adalah berbelanja ke pasar tradisional. Bagi ibu rumah tangga yang juga merangkap sebagai pekerja seperti saya, berbelanja kebutuhan dapur setiap akhir pekan merupakan pilihan yang harus saya ambil. Hal ini saya lakukan untuk menjamin ketersediaan bahan pangan seperti ikan segar, daging ayam segar, minyak goreng, sayur, buah, aneka bumbu dapur, aneka cabai, aneka bawang dan telur ayam ras sebagai bahan pangan keluarga selama satu minggu.
ADVERTISEMENT
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, perubahan harga bahan pangan menjadi perhatian saya setiap kali berbelanja. Separuh bulan Ramadhan sudah dilalui selama April 2021. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat terjadi inflasi sebesar 0,13 persen pada April 2021. Beberapa komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan atau penurunan harga terbesar antara lain daging ayam ras, minyak goreng, cabai merah, cabai rawit, dan beras. Disamping itu, ada juga komoditas non bahan pangan yang juga mengalami kenaikan atau penurunan harga terbesar yaitu rokok kretek filter, bahan bakar rumah tangga dan emas perhiasan. Lantas, bagaimana harga bahan pangan menjelang hari raya nanti?
Merujuk data BPS 2018-2020, Indonesia selalu mengalami inflasi pada bulan yang bertepatan dengan hari raya idul Fitri. Pada Juni 2018 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen (Idul Fitri pada 15 Juni 2018). Kemudian di Juni 2019 juga terjadi inflasi sebesar 0,55 persen (Idul Fitri pada 5 Juni 2019). Demikian juga halnya di Mei 2020, terjadi inflasi sebesar 0,07 persen (Idul Fitri pada 24 Mei 2020). Selama tiga tahun terakhir, komoditi yang mengalami kenaikan atau penurunan harga terbesar dan menjadi penyumbang inflasi pada bulan-bulan tadi masih didominasi oleh komoditi bahan pangan seperti cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bahan pangan lainnya. Pada periode yang sama ada juga komoditi non bahan pangan yang mengalami kenaikan atau penurunan harga terbesar dan menjadi penyumbang inflasi, seperti tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, bahan bakar rumah tangga dan emas perhiasan.
ADVERTISEMENT
Tradisi umum saat hari raya adalah adanya perbedaan kualitas konsumsi. Momen hari raya membuat keluarga saya dan sebagian besar masyarakat muslim untuk mengistimewakan konsumsi. Berbagai hidangan istimewa seperti ketupat, opor, semur, rendang daging dan lain sebagainya akan tersaji di meja makan saat hari raya. Ditambah lagi berbagai hidangan kue-kue khas lebaran lainnya yang akan menambah variasi konsumsi di keluarga. Tak hanya untuk konsumsi bagi anggota keluarga saja, tradisi mengirimkan hantaran kepada sanak saudara dan teman sejawat juga dilakukan menjelang hari raya. Hal ini lah yang membuat meningkatnya demand bahan pangan menjelang hari raya.
Komoditi bahan pangan sering kali mengalami fluktuasi harga yang cukup ekstrim menjelang hari raya, dan menjadi penyumbang inflasi terbesar. Umumnya, fluktuasi harga dipengaruhi supply dan demand. Tak hanya itu, panjang pendeknya rantai distribusi bahan pangan juga turut mempengaruhi fluktuasi harga.
ADVERTISEMENT
Setiap tahun BPS melakukan Survei Pola Distribusi (POLDIS) untuk melihat rantai distribusi perdagangan komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, beras, dan telur ayam ras. Dalam suatu rantai distribusi perdagangan diperoleh Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) pada setiap transaksi yang dilakukan. MPP diartikan sebagai besarnya (persen) kenaikan harga bahan pangan tertentu dari produsen ke konsumen. Semakin banyak pelaku perdagangan yang terlibat, semakin tidak efisian rantai distribusi perdagangan. Kenaikan harga yang diterima konsumen akan semakin meningkat jika semakin panjang rantai distribusi perdagangan.
Fluktuasi harga cabai merah berkaitan dengan momen tertentu seperti hari raya. Namun, faktor cuaca dan musim panen di daerah sentra juga mempengaruhi perubahan harga cabai merah. Selain karena faktor permintaan dan penawaran, pendistribusian cabai merah dari produsen (petani) ke konsumen yang belum efisien juga menjadi penyebab perubahan harga cabai merah. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020 mencatat bahwa cabai merah merupakan salah satu komoditi yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Rata-rata konsumsi cabai merah penduduk Indonesia sebesar 0,14 kg/kapita/bulan. Kegemaran masyarakat Indonesia terhadap masakan dengan cita rasa pedas membuat cabai merah menjadi salah satu bumbu masak yang paling digemari di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil Survei POLDIS 2020, rantai utama perdagangan cabai merah di Indonesia tahun 2019 adalah produsen - pengepul – pedagang eceran – konsumen. Peran pengepul sangat besar dalam menentukan harga cabai merah ke konsumen. Pengepul yang menjadi penghubung antara produsen (petani) dan pedagang eceran. Terkadang pengepul juga turut berperan dalam menaikan harga cabai merah ke konsumen. Kenaikan harga cabai merah dari tingkat petani ke konsumen akhir (MPP Cabai merah) adalah sebesar 61,31 persen.
Sama halnya dengan cabai merah, komoditi bawang merah juga merupakan salah satu komoditi yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia berdasarkan Susenas Maret 2020. Rata-rata konsumsi bawang merah penduduk Indonesia sebesar 2,22 ons/kapita/bulan. Bawang merah selalu dipakai sebagai bumbu masakan wajib bagi masyarakat Indonesia. Pola tanam yang bersifat musiman dan peningkatan permintaan menjelang hari raya dan akhir tahun mengakibatkan peningkatan harga bawang merah di tingkat konsumen. Pendistribusian bawang merah yang masih bermasalah pun ditenggarai menjadi penyebab berfluktuasinya harga bawang merah.
ADVERTISEMENT
Rantai perdagangan bawang merah di Indonesia mengacu pada Survei POLDIS 2020 menunjukkan fakta yang sama seperti komoditi cabai merah yaitu produsen – pengepul – pedagang eceran – konsumen. Selain dari pengepul, pendistribusian bawang merah ke pedagang eceran juga berasal dari produsen, distributor, sub distributor, agen, dan pedagang grosir. Pada kondisi terjadi lonjakan permintaan mendekati hari raya keagamaan di Indonesia dan pada saat di luar masa panen belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, disinilah nampak peran importir memberikan pasokan bawang merah ke pedagang grosir. Survei POLDIS 2020 juga mencatat MPP bawang merah sebesar 38,01 persen.
Bahan pangan lain dengan harga relatif terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat Indonesia adalah daging ayam ras. Fluktuasi harga daging ayam ras sering kali terjadi pada momen hari besar nasional. Sama seperti bawang merah, pendistribusian barang yang masih belum efisien dicurigai menjadi penyebab fluktuasi harga pada daging ayam ras. Rata-rata konsumsi daging ayam ras/kampung masyarakat Indonesia berdasarkan Susenas Maret 2020 sebesar 0,56 kg/kapita/bulan.
ADVERTISEMENT
Merujuk Survei POLDIS 2020, rantai utama distribusi perdagangan daging ayam ras di Indonesia tahun 2019 adalah produsen – pedagang eceran – konsumen. Namun, cukup banyak juga daging ayam ras yang didistribusikan dari produsen ke konsumen yang melakukan kegiatan usaha restoran, rumah makan, dan katering melalui pedagang besar. Hal ini mengindikasikan bahwa cukup besar juga konsumsi daging ayam yang didominasi oleh kegiatan penyediaan makan dan minum. Kenaikan harga daging ayam ras dari produsen sampai konsumen (MPP daging ayam ras) di Indonesia sebesar 25,53 persen.
Komoditi lain yang juga banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah telur ayam ras. Telur ayam ras memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama dari segi protein dan mudah dicerna oleh tubuh. Susenas Maret 2020 mencatat rata-rata konsumsi telur ayam ras masyarakat Indonesia sebesar 9,37 butir/kapita/bulan. Fluktuasi harga telur ayam ras terkait dengan permintaan dan pasokan serta mahalnya biaya transportasi. Peningkatan harga telur ayam ras terjadi terutama pada hari besar keagamaan dan pada akhir tahun.
ADVERTISEMENT
Rantai pendistribusian perdagangan telur ayam ras secara umum berdasarkan Survei POLDIS 2020, yaitu produsen – pedagang eceran – konsumen akhir. Beberapa peternak di daerah sentra seperti Bogor dan Blitar mendirikan koperasi guna memutus rantai distribusi dan menurunkan disparitas harga (Ketut Diarmita dalam BPS, 2020). MPP telur ayam ras adalah 13,07 persen.
Untuk menjamin stabilitas dan kepastian harga pangan, pemerintah telah membuat peraturan terkait harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga penjualan di konsumen untuk beberapa komoditi pangan. Hal ini tertuang dalam ketentuan Permendag Nomor 7 Tahun 2020. Beberapa harga penjualan komoditi pangan yang tercatat pada permendag tersebut antara lain, harga penjualan bawang merah Rp. 32.000,-/kg, daging ayam ras Rp. 35.000,-/kg dan telur ayam ras Rp. 24.000,-/kg.
ADVERTISEMENT
Sebagai ibu rumah tangga, saya tetap mengkhawatirkan adanya kenaikan harga bahan pangan menjelang hari raya. Harapan saya yang mungkin juga menjadi harapan ibu rumah tangga lain pada umumnya adalah pemerintah tetap melakukan pengawasan ketat terhadap rantai distribusi bahan pangan menjelang hari raya nanti. Saya pun berharap agar pemerintah dapat mengantisipasi tingginya demand bahan pangan dengan menjamin kecukupan supply bahan pangan tersebut. Agar tidak terjadi fluktuasi ekstrim harga pangan menjelang hari raya.
Febiyana Qomariyah
Statistisi Madya BPS Provinsi Lampung