Konten dari Pengguna

Mempelajari Nilai Filosofi Dalam Film Life of Pi

Febri Rachmad Arifian
Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang
18 Desember 2020 7:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febri Rachmad Arifian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Poster film Life of Pi, Sumber: https://sites.google.com/site/lifeofpiemilyirvine/life-of-pi---a-film
zoom-in-whitePerbesar
Poster film Life of Pi, Sumber: https://sites.google.com/site/lifeofpiemilyirvine/life-of-pi---a-film
Film Life of Pi adalah film yang dirilis pada tanggal 30 November 2012 bergenre drama, petualangan, dan juga fantasy. film ini berdasarkan kisah sebuah novel "Life of Pi" karya Yann Martel.
ADVERTISEMENT
Awal kisah seorang novelis bernama Yann Martel mendatangi rumah seseorang yang bernama Pi Patel di Kanada, novelis tersebut mendengar kabar bahwa Pi Patel memiliki kisah yang sangat bagus jika dijadikan sebuah buku. Lalu dari sinilah Pi Patel menceritakan sebuah kisah yang cukup menginspirasi sang novelis.
Ayah Pi adalah seorang pemilik kebun binatang di Pondicherry, yang merupakan bagian Prancis di India. Ayahnya menamainya berdasarkan kolam renang yang ada disana yaitu Piscine Molitor Patel. Alasan ayahnya memberi nama tersebut karena saudara ayahnya yaitu paman Pi yang bernama Mamaji berkata bahwa "jika kau ingin puteramu memiliki jiwa yang murni, kau harus membawanya berenang di Piscine Molitor". Hal tersebut membuat Pi menjadi bahan olok-olokan karena namanya terdengar lucu karena ia dipanggil dengan Pissing (kencing) yang semula nama tersebut dari salah satu nama kolam renang Prancis yang elegan.
ADVERTISEMENT
Keluarga Pi beranggotakan ayah, ibu, dan satu kakak laki-laki. Pi dibesarkan dalam keluarga penganut agama Hindu namun ayah memilih menjadi atheis karena masa kecilnya yang mengidap penyakit polio dan beranggap bahwa dewa tidak menolongnya di saat ia membutuhkannya. Namun disamping itu ibunya masih memeluk agama Hindu dan mengajarkannya kepada Pi. Pada saat usia 12 tahun suatu hari Pi dan kakaknya sedang berjalan-jalan di daerah pegunungan, mereka menemukan sebuah gereja disana dan kakaknya menantang Pi untuk meminum air suci yang ada dalam gereja tersebut. Dari situ lah Pi mulai tertarik dengan agama Katolik dan memeluk agama tersebut, namun tidak sampai disitu ia menemukan sekolompok umat muslim sedang menjalankan ibadah sholat di dalam masjid dan tiba-tiba ia tertarik untuk mempelajari Islam. Pada akhirnya ia memeluk tiga agama sekaligus yaitu Hindu, Katolik, dan Islam.
ADVERTISEMENT
Di dalam kehidupan manusia memang terlahir dengan agama warisan dari orang tua, jika kita lahir dalam keluarga Islam maka kita akan otomatis di ajarkan agama Islam dan tentu saja sebalik dengan agama yang lain. Namun tidak sedikit dari sesorang yang menemukan kepercayaan selain agama warisan dari keluarga. Hal tersebut memang tergantung dari pribadi masing-masing untuk menemukan kedamaian dalam kepercayaan yang dianut. Dan Pi memilih untuk memeluk tiga agama sekaligus karena dia hanya ingin mencitai Tuhan.
Saat Pi berusia 16 tahun, ayahnya menyampaikan keluarganya akan meninggalkan India dan mencoba kehidupa baru di Kanada karena akan mengalami kebangkrutan. Ayahnya menjual tanah kebun binatang yang ia punya sedangkan hewan-hewannya masih hak milik dari keluarga Pi. Akhirnya ayah Pi memesan tiket untuk satu keluarga beserta hewan-hewan yang rencananya akan di jual di Amerika Utara, mereka menaiki kapal barang Jepang yang bernama Tsimtsum.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalannya, mereka mengalami badai yang sangat besar dan disaat itulah musibah besar yang dialami dan mungkin tidak akan terlupakan dalam hidup Pi adalah ia tidak bisa menyelamatkan keluarganya yang tenggelam bersama kapal di palung mariana. Pi berhasil selamat karena ia diselamatkan awak kapal untuk pergi ke sekoci terlebih dahulu. Dia selamat dengan 4 hewan kebun binatang yang tersisa di atas sekoci yaitu Zebra, Harimau, Hyena, dan Orang utan.
Pada kondisi yang terombang-ambing ombak di tengah laut Pasifik, keadaan mulai menjadi sangat buruk. Hyena menyerang dan memangsa zebra dan orang utan, namun kemudian hyena tersebut diterkam oleh harimau yang ada di dalam sekoci tersebut. Kelaparan juga mendatangi Pi, namun ia sadar bahwa ada sejumlah cadangan makanan di dalam sekoci.
ADVERTISEMENT
Terhitung telah berbulan-bulan Pi dengan harimau tersebut berada di lautan samudra pasifik. Pi merakit sebuah sekoci kecil dari sisa kayu sekoci utama. Ia juga harus memenuhi kebutuhan makanan harimau tersebut atau kalau tidak maka dia lah yang akan menjadi santapan dari harimau tersebut.
Pi tidak menyerah untuk tetap bertahan hidup, ia membaca buku panduan dari sekoci dan mencoba untuk bertahan hidup selama mungkin. Dari sini Pi menjadi seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan karena dia tidak ingin mati kehabisan energi untuk melakukan hal yang tidak perlu. Hal ini hampir sama dengan kata-kata yang diucapkan seorang penulis naskah dan penulis skenario yang berasal dari Amerika yaitu John Patrick, dia berkata "Kesakitan membuat anda berpikir. Pikiran membuat anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan hidup."
ADVERTISEMENT
Dari kata-kata John Patrick, kita tahu bahwa Pi mengalami sebuah kesakitan dan musibah atas kehilangan keluarganya. Lalu sekarang ia dihadapkan dengan situasi terombang-ambing di tengah laut samudra pasifik bersama seekor harimau. Hal ini membuat dia menjadi seseorang yang pantang menyerah untuk hidup dan mengambil keputusan yang bijaksana dalam keadaan sulit sekalipun.
Pi juga tidak menyerah untuk selalu berdoa kepada Tuhan, pertolongan Tuhan menjadi nyata saat setelah ia mengalami badai yang besar dan pasrah atas semua keputusan yang akan diberikan kepadanya, pada akhirnya ia terdampar pada suatu pulau dan pulau tersebut dipenuhi dengan populasi hewan meerkat. Pi dan harimau lalu masuk kedalam hutan dan mencari sebuah makanan. Dia berenang dan meminum sumber air yang berada dalam pulau tersebut. Di saat malam menjelang, Pi melihat kawanan meerkat lari keatas pohon dan ia mengikutinya. Lalu dia menemukan sebuah bunga yang ada di atas pohon tempat istirahatnya, ia membuka kelopak bunga tersebut dan menemukan sebuah gigi manusia yang telah menyatu dengan tanaman tersebut. Pi juga melihat ke arah sumber mata air yang ternyata air tersebut berubah menjadi asam dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati, ia sadar bahwa pulau tersebut bukanlah tempat yang bagus untuk bertahan hidup. Maka keesokan harinya ia mengumpulkan sumber makanan sebanyak mungkin dan melanjutkan mengarungi lautan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya ia sampai di pantai Meksiko dengan kondisi badan yang sangat kurus dan kehabisan energi untuk bergerak, sedangkan harimau pergi meninggalkan Pi dan masuk kedalam hutan. Setelah beberapa jam Pi ditemukan oleh warga disana dan diselamatkan. Pi merasa sedih karena ia di tinggalkan oleh harimau tersebut yang sudah dianggap menjadi keluarganya dan teman dalam menghadapi musibah yang dialaminya. Disamping itu Pi sudah tidak punya keluarga selain harimau yang diberinama Richard Parker.
Di rumah sakit tempat ia dirawat, Pi didatangi oleh agen asuransi dari perusahaan kapal Jepang dan mewancarainya tentang apa yang terjadi. Dia menceritakan semua yang terjadi selama ia berusaha bertahan hidup di tengah samudra pasifik bersama dengan seekor harimau. Namun agen asuransi tidak percaya dengan apa yang diceritakan dan bertanya sekali lagi kepada Pi apa yang sebenarnya terjadi. Lalu Pi menceritakan kisah yang berbeda yaitu 4 hewan yang selamat sebelumnya diganti menjadi korban manusia yang selamat. Yaitu ibunya sebagai orang utan, pelaut sabagai zebra, hyena sebagai juru masak, dan Pi sebagai harimau. Ia menceritakan bahwa juru masak telah membunuh pelaut dan memakan dagingnya , ia juga bercerita bahwa sang juru masak membunuh ibunya sebelum Pi membunuhnya dengan sebuah pisau. Agen asuransi masih belum puas dengan cerita Pi lalu pergi tanpa melanjutkan wawancara lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Kisah berakhir disaat Pi Patel menanyakan kepada novelis yaitu Yann Martel, dia berkata "Aku menceritakan dua kisah tentang apa yang terjadi di lautan. Tak ada penjelasan penyebab tenggelamnya kapal itu, dan tidak ada yang bisa membuktikan kisah mana yang benar dan mana yang tidak. Di kedua kisah itu, kapalnya tenggelam, keluargaku meninggal dan aku menderita. Jadi, kisah mana yang lebih kau sukai?" sang novelis menjawab "kisah yang ada harimaunya, kisah itu lebih baik."
Dari kisah ini kita belajar bahwa, semua peristiwa yang kita lalui merupakan sebuah sebuah cara untuk kita belajar menjadi lebih baik lagi dan mengingatkan kita kepada Tuhan. Dari kisah ini pula mengajarkan bahwa semua agama itu baik dan mengajarkan untuk berbuat baik kepada semua makhluk hidup namun dengan caranya masing-masing. Terkadang dengan kita mengalami sebuah musibah, kita bisa menjadi manusia lebih baik lagi dari sebelumnya dan menjadikan sebuah pelajaran atau peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup.
ADVERTISEMENT