Konten dari Pengguna

Melestarikan Budaya Jawa: Kirab Ki Ageng Selo di Desa Selo Kabupaten Grobogan

Febri Sofwatul Qolbiah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas PGRI Semarang
26 November 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febri Sofwatul Qolbiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelaksanaan kirab Ki Ageng Selo. Gambar diambil oleh @sofwafbri_ (Febri Sofwatul Q)
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan kirab Ki Ageng Selo. Gambar diambil oleh @sofwafbri_ (Febri Sofwatul Q)
ADVERTISEMENT
Desa Selo, yang terletak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai pusat pelestarian tradisi Jawa yang autentik. Salah satu bukti nyata dari kekayaan budaya yang masih hidup di desa ini adalah kirab Ki Ageng Selo-nya yang legendaris.
ADVERTISEMENT
Ki Ageng Selo atau Kyai Ageng Ngabdurrahman Selo adalah tokoh spiritual yang memiliki pengaruh besar di Desa Selo serta dianggap sebagai cikal bakal keturunan raja-raja Mataram. Ki Ageng Selo juga lebih dikenal sebagai tokoh sakti yang mampu menangkap bledheg (petir).
Kirab ialah simbol penghormatan dalam acara atau upacara, biasanya berupa perjalanan bersama-sama atau beriringan secara teratur dan berurutan dalam suatu rangkaian upacara (adat, keagamaan dan sebagainya). Kirab lebih dikenal sebagai pawai atau arak-arakan. Tradisi kirab di makam Ki Ageng Selo secara turun temurun sampai sekarang masih dilakukan oleh raja-raja Surakarta, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, nguri-nguri budaya, doa dan berkah. Tradisi ini umumnya dimeriahkan oleh berbagai kalangan, mulai dari warga sekitar, warga desa lain, hingga para santri dan abdi ndalem Keraton Surakarta. Salah satu ciri khas kirab tersebut adalah gunungan, yakni tumpeng raksasa yang dihiasi hasil bumi.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya banyak wilayah yang ikut serta melestarikan tradisi tersebut, dan salah satunya di Grobogan, tepatnya di Desa Selo, Tawangharjo. Kirab biasanya dilaksanakan setiap catur wulan pada malam minggu, minggu pertama, yaitu Bulan Suro (Muharrom), Jumadil Awal dan Poso (Ramadhan). Alasan diambil setiap bulan tersebut karena banyaknya acara yang dilakukan di Keraton Surakarta, seperti pancer papat, sesajen ratu lautan, Segara Kidul dan masih banyak lagi," ucap Juru Kunci Makam Ki Ageng Selo.
Pelaksanaan Kirab Ki Ageng Selo. Gambar diambil oleh @sofwafbri_ (Febri Sofwatul Q)
Prosesi kirab Ki Ageng Selo dimulai dengan berjalan sejauh 100m dari kantor Keraton Surakarta yang berada di Desa Selo menuju ke makam Ki Ageng Selo sambil membawa bunga di baki. Lalu masuk ke dalam makam atau sarean untuk pembacaan syahadat kures dan tahlil. Kemudian melanjutkan prosesi kepungan atau selametan di masjid Ki Ageng Selo dan dilanjut acara berbincang-bincang dengan kerabat-kerabat dan perwakilan ndalem dari Keraton Surakarta.
Pelaksanaan kirab Ki Ageng Selo. Gambar diambil oleh @sofwafbri_ (Febri Sofwatul Q)
Dalam acara kirab Ki Ageng Selo mengandung makna simbolik yang mendalam. Gunungan memiliki makna sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan. Pawai memiliki makna sebagai simbol perjalanan manusia yang penuh dinamika. Doa yang memiliki makna harapan akan kehidupan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Pada Bulan Ruwah (Sya'ban), diadakan acara khusus yang melibatkan ratu Keraton Surakarta. Dalam tradisi ini, ratu melakukan perjalanan dari Keraton Surakarta diiringi prajurit serta kerabat-kerabat Jawa yang ada di Desa Selo untuk mempersiapkan bunga dalam acara sadranan." Ucap Juru Kunci makam Ki Ageng Selo.