Review Novel Kerudung Merah Kirmizi

Ananda Erika Febriyanti
Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
27 Mei 2022 22:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Erika Febriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan Novel Kerudung Merah Kirmizi. Novel karya Remi Sylado dengan genre fiksi ini berjumlah 616 halaman dan terbit pada tahun 2002. Novel ini telah meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2003 dan penghargaan Sastra Badan Bahasa pada tahun 2006. Kerudung Merah Kirmizi mempunyai arti yaitu Kerudung Merah Kotor.
ADVERTISEMENT
Awalnya saat saya membaca novel ini sempat merasa bingung dan malas untuk memulainya, karena bukunya terlalu tebal dan sulit bagi saya untuk memahami jalan ceritanya. Akan tetapi setelah mulai dan tau bagaimana ceritanya ternyata seru dan asik. Cerita yang diambil dari latar sosial kehidupan reformasi yang bisa dikatakan kekinian.
Cerita pada novel ini berhasil membuat saya merasakan apa yang terjadi pada kehidupan tokoh pertama. Rasa senang, sedih, kesal menjadi satu.
Foto Kerudung Merah Kirmizi
Novel ini mempunyai tokoh utama yang bernama Mirna Monika seorang perempuan yang lugu yang kini telah menjadi janda pilot dengan dua anak. Mereka bernama Kartika dan Satria.
Mirna yang awalnya hobi bernyanyi, sekarang ia bekerja sebagai penyanyi malam di sebuah hotel berbintang di daerah Jakarta untuk melanjutkan hidup bersama anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi dengan profesi penyanyi malam serta menyandang status janda, orang di sekitarnya menilai negatif terhadap Mirna. Salah satunya bu Purwo, dengan karakternya yang antagonis, bu Purwo sering menyebarkan fitnah yang tidak-tidak tentang Mirna kepada tetangga-tetangganya. Seperti mengatakan bahwa Mirna bekerja sama om-om dan berganti-ganti pasangan demi mendapatkan uang. Pada kenyataannya Mirna tidak seperti itu. Meskipun sebagian tetangganya Mirna pun tidak percaya terhadap bu Purwo tentang hasutan yang telah dibuatnya.
Saat Mirna memutuskan untuk pindah dari kontrakan bu Purwo sekalipun, bu Purwo masih mencari alamat baru Mirna hingga mendatangi tempat kerja Mirna di Jakarta. Padahal jarak rumah bu Purwo dengan hotel tempat Mirna bekerja bisa dikatakan cukup jauh. Bu Purwo dengan sengaja mencari alamat Mirna yang baru dengan tujuan untuk menghasut tetangga barunya mengenai pekerjaan Mirna dan menyebarkan fitnah untuk kesekian kalinya. Mirna meskipun merasa sedih akan fitnah-fitnah itu, ia berusaha kuat di depan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Mirna sendiri awalnya ingin menjalani hidup sendiri bersama anak-anaknya. Tetapi takdir telah mempertemukan Mirna dengan Luk yang menyandang status duda. Luk memiliki satu anak perempuan, ia bernama Laksmi dan sedang berkuliah di Jogyakarta. Luk yang tinggal di Bali ini sering bolak-balik ke Jakarta untuk mengurus pekerjaannya.
Selang beberapa waktu, Luk telah berhasil mengambil hati Mirna dan anak-anaknya. Dan Mirna juga telah berhasil mengambil hati Laksmi. Saat mereka ingin menjalin hubungan ke jenjang serius, takdir berkata lain. Lagi dan lagi Mirna harus mengalami kesedihan untuk kedua kalinya karena Luk meninggal dunia karena di tembak dan dihanyutkan ke sungai oleh orang tidak bertanggung jawab dan tanpa rasa bersalah.
Disinilah Mirna dan anak-anaknya mengalami trauma kembali setelah kepergian suaminya. Dari Mirna saya belajar, kita lebih baik menyadari lebih awal tentang kebaikan atau keburukan dari hal tersebut demi kebaikan kita semua.
ADVERTISEMENT