Cerita Pilu Ibu Seorang Pecandu Narkoba

Nia Febriana
Dokter gigi yg bekerja sebagai PNS di Deputi Bidang Rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional.
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2021 11:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nia Febriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan group therapy. Foto oleh Tima Miroshnichenko dari Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan group therapy. Foto oleh Tima Miroshnichenko dari Pexels.com
ADVERTISEMENT
Kasus exodontia pada akar gigi geraham kanan bawah menutup antrian pasien saya hari ini. Syukurlah pasien hari ini tidak sebanyak kemarin. Setelah membersihkan, merapikan dan mensterilkan seluruh peralatan, saya dan perawat gigi menyalakan sinar ultraviolet, untuk mensterilkan seluruh ruangan klinik gigi.
ADVERTISEMENT
Sambil menunggu proses penyinaran ruangan selesai, saya mengintip ke ruang sebelah tempat pelayanan konseling keluarga. Hari ini merupakan jadwal diadakan Family Support Group (FSG), yang dihadiri oleh keluarga klien yang sedang menjalani rehabilitasi di institusi milik pemerintah ini.
FSG ini merupakan suatu wadah kegiatan untuk mempertemukan keluarga atau orang tua klien rehabilitasi pecandu narkoba, untuk berbagi informasi, pengalaman, perasaan dan harapan. Tujuannya untuk memberikan edukasi terhadap keluarga pasien, dan agar para keluarga tersebut saling memberikan dukungan satu sama lain, serta mendukung pemulihan klien.
Saya masuk ke ruangan dengan hati-hati. Berharap tidak mengganggu kegiatan yang sudah berjalan. Segera saya duduk di kursi lipat yang berada di sudut ruangan. Para anggota keluarga yang hadir duduk secara melingkar. Terdapat salah satu staff kami seorang psikolog yang bertugas sebagai fasilitator untuk memandu berlangsungnya kegiatan.
ADVERTISEMENT
Saat saya masuk, terdapat seorang Ibu yang sedang membagikan pengalaman dan perasaannya, selama mendampingi anaknya yang terjerat narkoba. Ibu paruh baya dengan penampilan sangat sederhana tersebut, menceritakan betapa narkoba tidak hanya telah merenggut masa depan anaknya, namun membawa petaka bagi seluruh keluarganya. Kedua anaknya adalah pecandu narkoba. Anak yang pertama telah meninggal karena over dosis, tanpa sempat mendapatkan pertolongan medis.
Ilustrasi narkoba. Foto: kumparan
Anaknya yang kedua, yang merupakan pecandu putaw tega melakukan apa pun untuk mendapatkan narkoba. Uang sakunya sudah tidak dapat lagi menutupi kebutuhan konsumsi narkoba yang semakin lama semakin meningkat. Si anak sudah mulai secara terang-terangan mencuri uang dari ayah ibunya, bahkan berani untuk mengancam dan melakukan tindak kekerasan.
Barang-barang berharga dan elektronik di rumah juga sudah mulai dijual oleh si anak tanpa sepengetahuan ayah ibu. Bahkan suatu kali tabung gas di rumah juga diangkut untuk dijual. Beruntung aksi tersebut dipergoki oleh Ayah dan berhasil digagalkan.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut, menyebabkan situasi di rumah menjadi sangat tidak nyaman. Perasaan takut, was-was dan saling curiga menyelimuti kondisi rumah. Uang, harta benda, surat berharga dan barang lainnya yang bisa menghasilkan uang, disimpan rapat-rapat. Lemari, laci dan kamar selalu dalam kondisi terkunci.
Tatapan curiga selalu diberikan kepada sang anak, takut ia akan menjual apa yang tersisa dan bertindak nekat. Kondisi ini terus berlangsung hingga keluarga sudah tak punya lagi harta yang bisa diselamatkan.
Selain itu, sekolah sudah angkat tangan terhadap anak. Ibu dan ayah bolak balik dipanggil oleh pihak sekolah dan dilakukan konseling sekolah. Namun, hal tersebut tidak membuahkan hasil. Malah anak dikeluarkan dari sekolah. Hingga suatu hari, si anak tertangkap oleh pihak berwajib saat mencuri di pasar. Rasa malu, marah, kecewa, frustrasi, khawatir, depresi dan segala perasaan telah menggoncang sistem dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa anak ke lembaga rehabilitasi untuk memperoleh perawatan dan terapi rehabilitasi dari ketergantungan narkoba. Saat anak terjerat dalam kondisi kecanduan, keadaan keluarga juga tak kalah kacaunya. Oleh karena itu keluarga juga perlu melakukan rehabilitasi dan pemulihan. Salah satunya adalah melalui kegiatan FSG ini.
Ilustarsi ibu memeluk anaknya: Sumber: Pixabay
Ibu tersebut menambahkan, setelah mengikuti FSG ini, keluarga pelan-pelan mulai dapat mengatur kembali sistem dalam keluarga. Fungsi masing-masing anggota yang sempat hilang atau berganti fungsi, mulai dapat menjalankan fungsinya kembali. Harapannya, setelah anak kembali ke rumah setelah menjalani rehabilitasi, keluarga telah siap menerimanya. Bersama-sama berjuang untuk mempertahankan kepulihan, demi mempersiapkan masa depan anak yang lebih baik.
Selama berbagi pengalaman, Ibu tersebut beberapa kali tampak menyeka air matanya yang menetes. Kulihat juga beberapa peserta FSG lainnya tak kuasa menahan tangisnya. Mungkin mereka ikut hanyut dalam cerita Ibu tersebut, turut merasakan berbagai emosi yang hadir. Namun, mungkin juga mereka menangis karena pengalaman Si Ibu, tak jauh dari apa yang mereka alami selama ini.
ADVERTISEMENT
Sayapun merasakan emosi yang begitu kuat dalam mengikuti sesi FSG kali ini. Sungguh pengalaman yang berharga yang sebenarnya tak ingin dilalui oleh siapa pun. Kulihat satu-persatu wajah mereka, menyiratkan ketegaran dan kekuatan atas segala pengorbanan dan perjuangan yang dilalui.
Setelah beberapa orang juga berbagi rasa, pengalaman dan ditutup dengan edukasi oleh fasilitator, berakhir pula kegiatan FSG hari itu. Makna penting yang kudapatkan dari kegiatan ini adalah keluarga merupakan awal dan akhir pengembaraan seseorang. Dari keluarga mereka lahir dan kepada keluarga jugalah tempat mereka pulang.
Keluarga merupakan kunci penting untuk keberhasilan pemulihan bagi pecandu narkoba. Pemulihan ketergantungan narkoba merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan dukungan dan dorongan dari keluarga yang kuat dan tegar.
ADVERTISEMENT