Kata Siapa Jadi PNS itu Mudah? Catatan Awal Tugas Seorang ASN (2)

Nia Febriana
Dokter gigi yg bekerja sebagai PNS di Deputi Bidang Rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional.
Konten dari Pengguna
12 Maret 2021 7:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nia Febriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi wanita hamil ke dokter gigi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita hamil ke dokter gigi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menjadi PNS merupakan mimpi bagi sebagian orang, termasuk saya. Masih teringat jelas oleh saya adalah pesan bapak sebelum saya berangkat ke Jakarta untuk test wawancara CPNS di Badan Narkotika Nasional. Saat itu, yang lolos hingga tahap wawancara ada 3 orang dokter gigi, dan saya salah satunya. Bapak berpesan,
ADVERTISEMENT
Nok (panggilan anak perempuan), wawancara nanti adalah penentuan terakhir. Bapak tidak bisa membantu atau memberikan apa-apa selain doa. Semoga formasi itu ditakdirkan Allah untukmu. Tapi kamu tetap harus berjuang sebaik-baiknya, agar kamu memang layak menjadi yang terbaik di antara yang baik”.
Dan alhamdulillah, pada tanggal 18 Desember 2008, saya dinyatakan lolos seleksi menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Badan Narkotika Nasional dan berhasil mengisi satu-satunya formasi Dokter Gigi yang dibutuhkan pada saat itu. Rasa syukur, bahagia, haru, bangga semua menjadi satu. Mengingat saya yang datang dari daerah berbekal ijazah dokter gigi yang baru diterima, serta restu dan doa dari orang tua, yang ingin segera mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan agar lebih bermanfaat untuk bangsa.
ADVERTISEMENT
Penempatan Pertama
Awal Januari 2009, saya bersama teman-teman yang diterima CPNS mengikuti pembekalan selama 1 minggu di kantor BNN pusat yaitu di Cawang, Jakarta Timur. Pada pembekalan tersebut, baru diketahui bahwa kami para tenaga medis dan paramedis akan ditempatkan di UPT Terapi dan Rehabilitasi yang sekarang berubah nomenklatur menjadi Balai Besar Rehabilitasi BNN di daerah Lido, Cigombong, Bogor, Jawa Barat. Lokasi UPT sekitar 80 km dari kantor pusat BNN Cawang. Meskipun begitu, kami harus siap dan bersedia, apalagi sebelumnya kami sudah menandatangani surat pernyataan bersedia di tempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Saya bersama teman-teman CPNS yang ditempatkan di UPT Terapi dan Rehabilitasi di Lido, disediakan bus transportasi untuk Pulang-Pergi ke UPT tersebut. Perjalanan ke Lido sangat macet, berpacu di antara truk-truk container, dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Kemacetan dan hectic nya lalu lintas, cukup membuat saya yang anak daerah mengalami syok culture.
ADVERTISEMENT
Bus BNN berangkat dari kantor BNN Pusat di Cawang pukul tujuh pagi tepat. Bagi yang terlambat datang terpaksa harus menggunakan transportasi umum sendiri untuk mencapai Lido. Agar tidak terlambat, saya harus berangkat dari rumah jam 06.00 WIB pagi agar tidak tertinggal bus BNN.
Sampai di UPT kurang lebih pukul 10.00 WIB dan kami segera bersiap memulai pelayanan kesehatan. Kami bekerja hingga pukul 16.00WIB, dan bis tersebut akan mengantarkan kami yang tidak piket, kembali pulang ke Cawang. Biasanya kami sampai ke Cawang setelah maghrib, dan tentu kami masih harus berjuang lagi untuk dapat kembali ke rumah masing-masing.
Residensial
Saya bersama teman-teman CPNS yang ditempatkan di UPT Lido, wajib mengikuti kegiatan residensial pada awal tugas kami. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang di mana kita mengikuti program rehabilitasi secara utuh, dimulai dari penerimaan hingga selesai program. Program residensi ini berlangsung selama selama 2 minggu. Kami menanggalkan profesi kami untuk bersama-sama memahami proses rehabilitasi yang menggunakan metode Therapeutic Community (TC). Kami diperlakukan sama seperti para residen dengan tujuan agar kami benar-benar mengetahui dan memahami proses rehabilitasi untuk dapat menjalankan tugas fungsi kami secara tepat.
ADVERTISEMENT
TC merupakan metode rehabilitasi yang terstruktur untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba dan mengubah perilaku melalui kehidupan komunitas. Para residen didorong untuk dapat mengenal diri sendiri secara emosional, spiritual, keterampilan melalui kegiatan kelompok komunitas.
Kegiatan residensial ini sangat menguras energi, emosi dan pikiran saya. Karena saya benar-benar diajak masuk ke dalam kehidupan rehabilitasi para pecandu narkoba. Melalui kegiatan ini, saya lebih mengenal mereka, mengetahui bagaimana kehidupan mereka, dan mempelajari adiksi secara langsung. Dan yang lebih berkesan lagi, bahwa kegiatan ini berakhir tepat satu minggu sebelum hari pernikahan saya. Jadi sebelum pernikahan, saya tidak sempat lagi melakukan perawatan di salon, seperti calon pengantin lainnya. Malah kulit saya menjadi lebih gelap selama mengikuti kegiatan ini (Maafkan calon istrimu ini dulu ya mas hehehe..)
ADVERTISEMENT
Tugas Pertama
Sebagai seorang dokter gigi, saya bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi karyawan serta residen yang merupakan pecandu dan/ atau penyalah guna narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di UPT Terapi dan Rehabilitasi Lido. Pada saat itu tren penyalahguna narkoba yang digunakan adalah golongan opiat, seperti morfin dan heroin (putaw), sehingga banyak sekali di antara mereka mereka yang mempunyai penyakit penyerta seperti HIV-AIDS, Hepatitis C, Tuberculosis dan lain-lain sebagai akibat dari penyalahgunaan narkoba menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Saat menjalankan tugas memeriksa pasien. Sumber: dokumentasi pribadi.
Penyakit tersebut merupakan penyakit menular dan berbahaya, yang menjadi risiko kerja bagi kami yang bertugas. Sebagai seorang dokter gigi, yang area kerjanya adalah mulut dan gigi, tentu saya mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk tertular. Hal tersebut pada awalnya menjadikan saya agak bimbang dalam menjalankan tugas saya. Karena jika saya terkena, maka tidak hanya saya, namun suami dan anak-anak saya nantinya sangat berisiko tertular juga.
ADVERTISEMENT
Adanya kebimbangan tersebut, mendorong saya untuk mempelajari lebih jauh terkait penyakit-penyakit tersebut secara mandiri. Selain itu, saya ditugaskan oleh instansi untuk mengikuti kegiatan pelatihan Voluntary Counselling and Testing (VCT) bagi penderita HIV-AIDS yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI. Dalam pelatihan tersebut, selain diberikan keterampilan untuk melakukan konseling, kami diberikan pengetahuan mendalam terkait patofisiologi, penularan dan pencegahan penularan khususnya pada HIV-AIDS. Pengetahuan dan keterampilan baru ini telah membuang jauh kebimbangan saya, sehingga saya lebih dapat berempati dan menjalankan tugas dengan baik dan sesuai SPO. Selain itu saya juga sadar, bahwa mereka adalah orang yang perlu kita bantu, bukan malah dijauhi dan dikucilkan.
Dunia adiksi merupakan dunia baru bagi saya, dan pengalaman ini membuka mata hati dan pikiran saya bahwa terdapat dimensi kehidupan yang mungkin tidak kita ketahui sebelumnya. Awalnya sangat berat bagi saya untuk dapat masuk dan menerima dunia baru ini. Namun, dimulai dari UPT ini, saya menyadari bahwa menjadi ASN merupakan dunia di mana kita should not stop to learn and learn… karena memang menuntut ilmu adalah wajib hukumnya. Oleh karena itu, kata siapa jadi PNS itu mudah? Jika kamu tak sanggup, maka biarkan kami saja yang menanggungnya. 😊
ADVERTISEMENT